Haami kemudian duduk di sampingku.
"Bisakah kau menemaniku berkeliling?" tanyaku, Haami tersenyum kecil lalu mengulurkan tangannya. Aku menatapnya sejenak sebelum menerima uluran tangan tersebut.
Kami berjalan ke arah taman barat, di mana terdapat sebuah danau dan juga sebuah labirin.
Kami berjalan di sekitarnya sambil bergandengan tangan dengan keheningan yang menemani.
Kemudian Aku membuka suara.
"Setidaknya itu dapat mengobati kerinduan mereka pada ibu, walau itu terakhir kalinya mereka melihatnya."
Haami menoleh ke arahku menungguku melanjutkan kalimatnya.
"Aku hanya berharap aku dapat menjalani kehidupanku seperti biasa setelah ini."
Haami menghentikan langkahnya, akupun ikut menghentikan langkah dan menoleh ke arah Haami.
"Lulu, kau tau kau memiliki diriku bukan. Aku tak akan meninggalkanmu, kau tau itukan, aku akan selalu menemanimu, aku tak akan pernah lelah mengucapkan kata itu. Kau boleh bersedih dihadapanku, kau boleh berkeluh kesah, tak akan ada yang melarangmu untuk bersedih. Terkadang aku juga menangis kok saat malam hari saat mengingat orang tuaku yang meninggalkanku ataupun nenek yang telah pergi. Tetapi aku tetap berusaha untuk bangkit karena aku masih memilikimu, kau pun begitu, oke."
Aku mengangguk dan tersenyum. "Terimakasih."
"Tak perlu berterimakasih padaku, hari sudah cukup terik bagaimana kalau kita masuk. Kau belum makan bukan."
Kemudian kami kembali berjalan masuk ke dalam.
Sabitah yang baru saja tiba menghampiri kami. "Hai, kau sudah makan?" tanya Haami. Sabitah menggelengkan kepalanya. "Nah kalau begitu kau temani Lunar makan ya, aku dipanggil katanya."
Kami mengangguk lalu melambaikan tangan kala Haami pergi menjauh.
| 50.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saujana
Fantasydaun yang berguguran, membuat semua tempat bernuansa oranye 'indah' satu kata yang dapat mendefinisikan keadaan ini seandainya aku tak datang kemari mungkin aku akan menyesal tapi ... benarkah aku tidak menyesal setelah mengetahui semua ini?