Bab 1: Ketuker

798 38 8
                                    

"Yah, putus lagi nih sandal. Beli baru ah sekitaran sini aja, ntar pulang baru beli sandal yang lebih bagus."

Halilintar liat-liatin mulu sandal hitamnya yang udah putus gara-gara gak sengaja terlalu ngangkat kakinya tapi neken sandalnya ke bawah. Alhasil copot dah tu sandal. Padahal dia bisa aja beli sandal yang lebih mahal, tapi dia beli sandal itu hanya karena kasihan ke kakek-kakek pedagang sandal yang udah lumayan tua di pasar.

"Zo, Ayah mau salat jamaah Subuh di masjid! Kamu mau ikut nggak?" tanya Halilintar. "Bentar Yah! Kenzo masih nyariin pecinya Kenzo!" teriak Kenzo biar Halilintar nggak berangkat duluan sambil terus nyariin pecinya yang entah nyasar dimana.

Nggak lama kemudian, Kenzo nyamperin Halilintar di depan gudang Pak RT. Eh, bukan berarti mereka tinggal disitu ya ges. Halilintar 'kan CEO dari perusahaan fashion terkenal, Bratadikara, dan saat itu memang Halilintar lagi pengen ngunjungin temennya yang baru aja buka usaha jahit baju. Rencananya mau diajak kerjasama untuk memasarkan produk Bratadikara, gitu. Jadi untuk sementara, Halilintar dan Kenzo menempati gudang Pak RT setempat, meskipun hanya gudang tapi lumayan layak tinggal dan memang biasanya disediakan untuk pendatang.

"Oke, ayo berangkat." ucap Halilintar sambil menaiki motornya. Keduanya naik ke atas motor, Kenzo duduk di depan karena memang masih kecil.

***

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." ucap imam jamaah salat Subuh sambil melakukan gerakan salam, diikuti oleh para makmumnya.

"Ayah, Kenzo baru ingat kalau hari ini Kenzo mau vaksin. Datangnya harus lebih pagi, di klinik situ." kata Kenzo tiba-tiba setelah salam. "Duh, kamu emang kebiasaan ya kalau ada hal penting pasti ingetnya pas udah mendadak. Ya udah, kita doa sebentar aja habis itu langsung ke klinik." balas Halilintar agak kesal, tapi berusaha tidak menunjukkan kekesalannya.

Akhirnya, ntu Halilintar ama Kenzo cuma doa sebentar doang, abis itu wuss pergi keluar meskipun tetap sopan ke jamaah lain. Saking paniknya, Halilintar nggak nemuin sandalnya sendiri, dan berujung ngambil sandal hijau yang sangat mirip dengan sandalnya, hanya saja ukurannya agak lebih kecil.

"Eh, ini sandalku bukan ya? Tapi kok mirip? Kekecilan lagi. Ah sudahlah, pake yang ini aja, daripada nyolong sandal orang atau anakku ketinggalan pas jatah vaksin." kata Halilintar. Halilintar langsung nggandeng Kenzo ke motor, habis itu pulang ke rumah buat siap-siap, soalnya keduanya juga belum mandi, sarapan, ganti baju dan lain-lainnya. Mereka saat ini aja cuma pakai kaos biasa, sarung, sama peci.

***

"Lho? Sandalku kemana? Sandal yang ini mirip banget sama sandalku, tapi kok kebesaran ya sama kakiku? Apa perasaanku aja ya?" lirih Taufan. Jamaah lain udah pada pulang, tinggal dia doang yang masih muter-muter masjid sambil nyariin sandal.

"Aduuuhhh, mana aku ada jadwal ngasih vaksin ke anak-anak SDN Cempaka lagi. Kalau gini ceritanya, gimana aku bisa cepet-cepet berangkat? Apalagi Tiffany harus sekolah." keluh Taufan.

"Yaudah deh, pake yang ini aja. Daripada aku telat siap-siap ke klinik." ujar Taufan agak kesal karena sandalnya nggak ketemu-ketemu.

Taufan turun dari tangga masjid, dan pakai sandal itu. Tanpa dia ketahui, kalau sandal itu bukan miliknya, tapi milik orang lain. Trus pulang ke rumah yang nggak jauh dari masjid.

"Mmm... Bak!" sambut Tiffany, adik Taufan yang berkebutuhan khusus (down syndrome). "Eh iya... Tiffany udah mandi sama ganti baju ya? Pinternya..." puji Taufan.

"Iiii... Aaaa... Nyyy... Mau... Ma-kan!" pinta Tiffany. "Oh, mau makan ya? Itu, Mbak Taufan udah masakin nasi sama tempe goreng. Mbak ambilin ya... Terus Mbak suapin." jawab Taufan.

Taufan mengambilkan sepiring nasi dan tempe goreng untuk Tiffany. Dia biasa menyuapi Tiffany sarapan terlebih dahulu, baru dia yang makan. Meskipun lauknya hanya gonta-ganti seputar telur, tahu dan tempe goreng, tapi Taufan tetap bersyukur karena mereka berdua tetap bisa makan dan menyekolahkan adik spesialnya, setelah kedua orangtua mereka bercerai.

"Habis ini Mbak anterin ke sekolah ya. Mbak juga ada kerjaan hari ini." tutur Taufan. "I-Yaaa!!" jawab Tiffany bersemangat. Btw, Tiffany ini SMA ya. Dan perceraian kedua orangtua mereka sendiri itu sudah lumayan lama, sejak Tiffany masih kecil. Alasannya simpel, tidak terima dengan takdir Tiffany sebagai anak berkebutuhan khusus, dan hanya Taufan yang bisa menerima kekurangan Tiffany.

Oh iya ya, aku baru sadar, tadi sandal yang kupake nggak ada tulisan namaku. Jadi, sandalnya siapa yang aku pake? Dan kemana sandalku?

Bersambung.....

.
.
.
.
.

Maaf ya singkat-singkat dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maaf ya singkat-singkat dulu. Awoakowkwowk.

Kira-kira keduanya ngeuh ga ya? 🗿Oiya, nama Laravel diubah jadi Bratadikara.

Gara-Gara Ketuker: HALITAU [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang