Pagi buta matahari belum terbit, masih males kayaknya tuh matahari. Hali sama Taufan masih aja tepar di ranjang.
"Mmm... Yang..." lirih Halilintar sambil ngumpulin nyawa, dan nggerayangi pundaknya Taufan.
Nang Ning nong! Nang Ning nong! Eh eh!
Alarm hape Hali bunyi, bikin dua-duanya langsung kaget. "Waaa!!!" jerit Hali sambil matanya jadi makin melek, bikin Taufan tambah kaget. "Huaaa!!!" jerit Taufan terkaget-kaget dan reflek nendang Hali dari kasur.
"Aduh! Sakit!" ujar Hali kesakitan, mana kepalanya kejedot meja lagi. Untung aja kagak benjol. Coba kalo Solar yang kejedot, biasanya benjol tuh :v
"Eh, Mas Hali! Maaf maaf! Taufan kirain siapa tadi!" kata Taufan turun dari kasur sambil ngelus-elus kepalanya Hali. "Mboten nopo-nopo, Mas? (Nggak apa-apa, Mas?)" tanya Taufan makin khawatir. Duh salah siapa kagetnya nendang-nendang, 'kan jadi jatoh tu si gledek.
"Nggak apa-apa, Dek. Kamu bikin Mas makin kaget aja." protes Halilintar cemberut. "Duh, minta maaf Mas. Taufan kalo kaget biasanya nendang begitu, nggak taunya yang ketendang Mas Hali. Maaf ya..." bisik Taufan di telinga Hali.
Pipi Hali jadi merona tipis gara-gara dideketin Taufan. "I-Iya, nggak apa-apa. Udah, yuk mandi, daripada ketinggalan waktu Subuh!" kata Hali berusaha ngalihin topik. "Hah? Mandi?" tanya Taufan, pikirannya sudah kemana-mana. Dipikirnya ngajakin mandi bareng.
"Eh, tenang aja. Di kamar ini ada kamar mandinya kok. Kamu boleh pilih mau mandi di kamar mandi yang di luar atau di dalam kamar." kekeh Hali. Muka Taufan makin merah gara-gara isi pikirannya bisa ditebak sama Hali.
"Oh, ya udah deh. Taufan mandi di kamar mandi luar aja ya..." kata Taufan sambil bergegas ke kamar mandi karena bentar lagi matahari terbit.
"Hahaha, dia kira aku nggak tau isi pikirannya. Udahlah, mending aku langsung mandi aja." kikik Hali dalam hati.
***
"Dek, kamu boleh masakin sarapan nggak? Terserah apa aja, yang penting layak dimakan. Mas udah laper banget." kekeh Hali sehabis salat Subuh.
"Iya. Maaf ya kalau misalnya nanti rasa masakannya Taufan nggak sesuai ekspektasinya Mas Hali." lirih Taufan. "Ya nggak apa-apa. Kamu masak cuma buat sementara kok. Nanti kalau Mbok Inah udah balik lagi kesini, biar Mbok Inah aja yang masakin kita." ucap Hali.
"Mbok Inah? Dia siapa, Mas?" tanya Taufan. "Mbok Inah itu pembantuku. Dia biasa ngerjain pekerjaan rumah, karena kadang aku nggak sempat ngerjainnya, keburu capek pulang dari kantor." jelas Hali.
"Sebenarnya Mas Hali ini kerjanya apa sih? Perasaan pekerja kantoran pun nggak bakal semewah ini hidupnya. Rumah gede, mobil bagus, punya pembantu dan satpam lagi. Tapi ya udahlah nurut aja dulu, semoga ini hasil dari uang halal." batin Taufan agak curiga.
"Oh gitu ya Mas... Ya udah, aku masak dulu ya. Mas Hali nonton TV aja dulu, tangannya Mas Hali 'kan masih sakit." kata Taufan. "Iya juga. Tapi, nanti habis kita sarapan, kita ajak Kenzo dan Tiffany ke toko mainan, ya? Katamu kemarin Tiffany pengen boneka beruang?" tanya Hali.
"Eh, nggak perlu repot-repot, Mas. Taufan bisa sulamin boneka kok buat Tiffany. Nanti uangnya Mas Hali cepet abis." ucap Taufan agak nggak enak sama Hali, takut ngabisin duitnya Hali. "Udah nggak apa-apa. Duitku tuh banyak. 'Kan aku bosnya. Lagian Kenzo juga rencananya mau beli mobil-mobilan keluaran terbaru." ceplos Hali agak sengaja, biar Taufan bisa cepat menyesuaikan diri.
"Ya udah deh, nggak apa-apa kalau Mas Hali nggak masalah. Makasih ya Mas..." lirih Taufan terharu. "Nggak perlu makasih, Fan. Aku nikahin kamu, ya aku harus siap bertanggungjawab sepenuhnya atas diri kamu." ujar Hali, tersenyum kecil.
***
"Udah siap semuanya?" tanya Hali ngelirik Taufan, Tiffany, dan Kenzo secara bergantian. Ketiganya ngangguk-ngangguk, bentar lagi mereka masuk mobil.
"Mas! Mas Hali! Ada tamu!" kata Bejo tergopoh-gopoh. "Siapa ya Jo? Aku nggak ada janjian sama siapa-siapa hari ini. Coba suruh masuk aja." perintah Hali. "Siap laksanakan, Bos!" balas Bejo. Nggak lama kemudian, datanglah sesosok pria yang bikin Taufan ketakutan. Ya, mantan suami Taufan.
"Oh disini kamu rupanya, wanita mandul! Mana harta bendaku dulu!" amuk Aryo. "Dulu kamu pengangguran, Mas! Kamu nggak pernah berkontribusi apa-apa soal harta! Aku yang memberi nafkah selama kita berumahtangga!" bentak Taufan.
Hali menatap nyalang mata Aryo. "Oh, jadi kamu mantan suami Taufan?! Jangan bentak-bentak istri saya!" bentak Hali sambil menampar keras pipi Aryo.
Bersambung.....
.
.
.
.
.Dah dulu, w mo buka. Selamat berbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gara-Gara Ketuker: HALITAU [✓]
Fanfiction[COMPLETED] Bagaimana jadinya jika rumah didatangi oleh seorang duda tampan dan kaya raya, hanya karena sandal yang tertukar? Taufan kebingungan mencari sandalnya entah kemana. Rupanya sandal itu tertukar dengan sandal milik seorang duda yang tampan...