Bab 6: Jawaban

227 19 4
                                    

"Bukannya aku suuzan sama kamu, Hali. Tapi, kita belum lama kenalan. Takutnya kita ada ketidakcocokan setelah menjadi pasangan suami-istri." ucap Taufan dengan bijak.

"Begini saja, Taufan. Aku tertarik sama kamu. Tetapi, aku tidak ingin menjadikan rasa cinta ini mengantarkanku pada perbuatan yang bernilai dosa. Sebaliknya, saya ingin menjadikannya sebagai ladang pahala. Zina itu dosa besar, tetapi menikah ialah ibadah terpanjang. Jika zina, semakin romantis dan intim hubungannya, semakin banyak dosanya. Namun jika pernikahan, semakin romantis dan intim hubungannya, justru semakin banyak pahalanya. Bagaimana jika kita kenalan saja dulu?" jawab Halilintar mengimbangi.

"Aku harap kamu jujur tentang dirimu kepadaku, Hali. Kamu duluan ya yang ceritakan dirimu?" ucap Taufan duduk di samping Kenzo. Jadi Kenzo itu ada di tengah-tengah antara Halilintar dan Taufan. Kalau ada orang lain lihat, pasti dipikirnya ini sebuah keluarga.

"Oke. Aku Halilintar Thunderstrom bin Amato. Aku duda, istriku meninggal dunia karena kecelakaan mobil. Nah, kami memiliki 1 anak, yaitu Kenzo Akihiko Halilintar, usianya 7 tahun. Aku seorang pekerja kantoran biasa." ucap Halilintar sambil kedip sebelah mata ke Kenzo biar Kenzo nggak cepu. Yah, Halilintar ingin mengorek jati diri Taufan dulu, apakah matre atau tidak.

"Ya, salam kenal. Namaku Taufan Sekar Ningrum binti Narto Soedarjo. Aku janda karena... Diceraikan oleh suamiku." lirih Taufan agak sedih dan menunduk ke bawah. Bukan karena gamon ye, tapi karena mantan suaminya dulu nyakitin banget.

Halilintar yang peka banget, langsung ngode ke Kenzo supaya ngelus-elus tangan Taufan. Kenapa nyuruh Kenzo, bukan dirinya sendiri? Karena dari segi penampilan aja Taufan udah kelihatan muslimah yang taat, jarang sekali muslimah di zaman ini yang pakaiannya syar'i seperti Taufan. Jadi ya ada rasa malu dan nggak enak gitu kalau seenaknya pegang-pegang tanpa izin. Sedangkan Kenzo 'kan belum baligh, jadi ya wajar kalau nyentuh yang bukan mahramnya.

"Diceraikan suami? Karena apa? Pelan-pelan aja ya ceritanya. Aku takut kamu nangis." lirih Halilintar. Sebenernya Hali juga ngerasa bersalah karena bikin Taufan nginget masa lalu yang sepertinya kelam buat dia.

"Kamu tadi udah ketemu adekku, 'kan? Namanya Tiffany Ayu Ningsih, panggil aja Tiffany. Maaf kalau cara bicaranya susah dipahami, karena dia anak down syndrome." jelas Taufan. "Wah, kamu hebat ya, sabar dan telaten merawat anak spesial seperti dia." puji Halilintar terkagum-kagum dengan Taufan.

"Hahaha, nggak juga kok. Dia satu-satunya keluarga yang aku miliki saat ini, karena kedua orangtuaku bercerai, setelah itu pergi entah kemana. Mereka tak mau menerima Tiffany sebagai anak down syndrome. Untungnya, kami berdua masih bisa hidup dengan layak, bahkan aku bisa menjadi seorang perawat meskipun hanya di klinik desa." sambung Taufan lagi.

"Dulu saat usiaku 23 tahun, aku menikah dengan seorang pemuda, namanya Aryo Wibowo. Lagi-lagi, dia menceraikanku saat aku berusia 25 tahun, karena aku dianggap mandul dan memiliki adek penderita down syndrome yang dianggap menjadi beban menyusahkan dalam hidupnya. Aku sadar diri, selama 2 tahun itu, aku belum pernah hamil sama sekali. Semua orang meninggalkanku hanya karena kekurangan adekku, tapi aku akan selalu sayang dengan adekku." terang Taufan.

"Aku bisa menerima kekuranganmu bahkan kekurangan anakmu, Hali. Tapi, apakah kamu bisa menerima kekuranganku dan adekku?" tanya Taufan, matanya berkaca-kaca. Tanpa pikir panjang, Kenzo langsung meluk Taufan.

Halilintar menghela nafas sambil mikir bentar. "Aku bisa, Taufan. Aku mengajakmu menikah, artinya aku sudah siap menerima segala konsekuensi dari pernikahan ini nantinya. Aku tidak melarangmu untuk mengasuh adekmu, apalagi adekmu adalah anak yang berkebutuhan khusus. Tapi, jangan lalaikan kewajibanmu sebagai istriku dan ibu dari Kenzo. Paham?" ujar Halilintar memantapkan niatnya, apalagi setelah mendengar kisah hidup Taufan yang pasti membuat Taufan terombang-ambing, namun Taufan tetap tabah dengan takdirnya.

Halilintar menatap mata Taufan dengan tulus. "Aku akan segera merencanakan hari pernikahan kita. Bersiap-siaplah. Kamu setuju kalau aku membawamu dan adekmu ke kota tempat asalku?" tanya Halilintar. "Aku siap, Hali. Tapi bagaimana dengan rumah dan pekerjaanku disini?" tanya Taufan.

"Kita bisa menjadikan rumah ini sebagai peluang bisnis yaitu kontrakan. Sedangkan pekerjaanmu, jangan khawatir, kalau kamu masih ingin bekerja sebagai perawat, aku akan mencarikan rumah sakit yang tepat untukmu di kota." ucap Halilintar sambil tersenyum tulus.

"Terima kasih, Hali. Aku menerima lamaranmu." lirih Taufan menghapus air matanya dan berupaya untuk tersenyum kecil. Sedangkan Kenzo, cuma senyam-senyum sendiri ngeliat keuwuan antara Halilintar dan Taufan. Sifat Taufan tak jauh beda dengan Bundanya dulu, bedanya Bundanya terlahir dari keluarga yang harmonis dan berkecukupan, sedangkan Taufan harus berdiri teguh di atas kaki sendiri.

Bersambung.....

.
.
.
.
.

Maaf belum ada komedinya :v, dah gw mau sekolah^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maaf belum ada komedinya :v, dah gw mau sekolah^^

Gara-Gara Ketuker: HALITAU [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang