Bab 3: Empang

275 30 8
                                    

Skip, semua anak sudah selesai diberi hadiah dan dijemput orangtuanya masing-masing. Kini tinggal Kenzo, Halilintar, dan Taufan yang masih bermain di empang sekitaran klinik.

“Mbak Ufan, apa nggak kasihan ya kalau ikan-ikannya pada tenggelam? Nanti nggak bisa nafas dong.” tanya Kenzo tiba-tiba. “Lho, ikan itu justru bernafasnya di air, Kenzo. Kalau mereka muncul ke daratan, malahan mereka nggak bisa bernafas dan bisa mati kalau dibiarkan lama-lama di daratan.” jelas Taufan.

“Kenzo minta buktiin ya!” jawab Kenzo tetep kekeuh, Yaa Allah keras kepala amat sih ni anaknya gledek. Kenzo ngobok-ngobok empang, dan berusaha nangkep ikan tergede di empang yang sebenernya lumayan jauh dari daratan. Tapi, malah Kenzo yang hampir tergelincir masuk ke dalam empang. Namanya anak kecil ya, pasti ada aja tingkahnya. Apalagi Kenzo baru berumur 7 tahun.

“Kenzo! Jangan!” ucap Taufan sambil mencoba menghalau Kenzo, tapi malah Taufan yang tenggelam di empang. “Mbak Ufan! Maafin Kenzo!” teriak Kenzo panik, Halilintar juga ikutan panik. “Kenzo, kamu minggir dulu! Ayah mau nyelametin Mbak Ufan!” pinta Halilintar. Kenzo nurut aja dengan muka yang semakin panik. Coba aja dia nggak ada keinginan ngambil ikan tergede itu, mungkin saat ini Taufan nggak akan tenggelam di empang.

Halilintar mengambil nafas dalam-dalam, dan nyebur ke empang. Bodo amat perkara baju basah kuyup, yang penting nyawa Taufan bisa terselamatkan. Soalnya kalau Taufan dibiarin aja, nanti Halilintar yang nanggung semuanya. Tenang Fan, ada Mas Hali yang siap menyelamatkanmu.

Halilintar berhasil mengangkat tubuh Taufan dan kembali ke dasar empang. Taufan udah nggak sadarkan diri, tapi nadinya masih berdenyut dan jantungnya masih berdetak. Ya untung aja cuma pingsan.

Halilintar berusaha mencapai daratan sambil membopong tubuh Taufan. “Hmff... Hmff... Maafin anak saya...” lirih Halilintar masih berusaha mengontrol nafas. Akhirnya, Halilintar ngasih nafas buatan ke Taufan, supaya Taufan bisa bernafas dengan normal kayak tadi sebelum tenggelam.

“H-Huhh... Huhh...” gumam Taufan mulai tersadar, matanya agak terbuka dan nafasnya mulai membaik. “Udah sadar?” tanya Halilintar lembut. Nggak biasanya lho nada bicara Halilintar selembut ini, kecuali ke Ibu, Mimi (almarhumah istrinya), dan Kenzo.

“Mmm... Ya...” lirih Taufan masih mengontrol nafas. “Maafin anak saya ya, Mbak? Kalau Mbak kenapa-napa, saya bakal tanggung jawab kok.” kata Halilintar. “Nggak ada apa-apa, kok, Mas. Tenang aja.” jawab Taufan dengan normal setelah nafasnya udah stabil.

“Kenzo... Lain kali kamu hati-hati ya. Kasihan Mbak Taufan sampai tenggelam gitu, untung ada Ayah. Kalau Ayah nggak ada, gimana coba nasibnya Mbak Taufan. Minta maaf tuh sama Mbak Taufan.” nasehat Halilintar pada anaknya. “Iya, Yah. Mbak Taufan, Kenzo minta maaf. Harusnya Kenzo nggak minta yang aneh-aneh ke Mbak Taufan.” ucap Kenzo merasa bersalah.

“Iya, nggak apa-apa kok. Namanya juga belum tahu kalau itu salah. Tapi, lain kali jangan diulangi, ya. Itu berbahaya.” tutur Taufan. “Iya, Kenzo janji kok, nggak akan ngulangin lagi. Kenzo udah tahu kalau itu salah.” ucap Kenzo menegaskan pernyataannya tadi.

“Nah, gitu dong, baru anak pinter. Jangan khawatir ya, Mbak Taufan udah baik-baik aja kok.” ucap Taufan dengan senyuman manisnya seolah tak terjadi apa-apa. “Iya...” jawab Kenzo pelan. “Beneran lho ya? Kalau kamu kenapa-napa, bilang aja ke saya. Saya mungkin bisa bantu kamu.” ucap Halilintar dengan sorot mata yang menenangkan.

“Iya. Nanti kalau saya butuh bantuan, saya bakal hubungi Mas kok.” ucap Taufan. “Udah dulu ya, saya dan anak saya mau pulang dulu. Assalamualaikum.” kata Halilintar. “Waalaikumussalam. Hati-hati di jalan, Mas.” pesan Taufan.

Sebelum pulang, Halilintar sempat menatap Taufan untuk yang keterakhir kalinya sambil tersenyum tulus, begitupun Taufan. Saat Halilintar mulai mengendarai motor, Taufan masih tetap tersenyum, bahkan tanpa sadar ada rona merah di pipinya.

Astaghfirullah Taufan, dia itu bukan mahrammu! Dia juga bukan suamimu! Tapi kenapa bisa-bisanya kamu membiarkan dirimu disentuh olehnya! Bahkan digendong!” batin Taufan berteriak, tapi seandainya tidak ditolong Halilintar, mungkin saat ini tak tahu dia masih hidup atau tidak.

Bersambung.....

.
.
.
.
.

Maaf belum ada unsur komedinya awoakowkwowk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maaf belum ada unsur komedinya awoakowkwowk.

Gara-Gara Ketuker: HALITAU [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang