Bab 10: Dangdutan

210 21 2
                                    

“Fan, kamu nggak keberatan, 'kan, kalau nanti kita tinggal di Surabaya?” tanya Halilintar. “Aku nggak masalah, Li. Tapi rumahku siapa yang ngerawat?” tanya Taufan.

“Jangan khawatir, Mbak. Nanti biar Raden yang bersih-bersih dan rapihkan rumah. Mbak ikut aja sama suami Mbak, semoga hidup kalian bahagia ya.” kata Raden. “Makasih ya Den...” lirih Taufan. “Nggak perlu repot-repot Den. Kontrakan aja gimana?” usul Halilintar. “Iya juga. Nanti Raden yang tawari ke teman-teman Raden, barangkali ada yang butuh. Izin kasih nomor teleponnya Mbak Taufan ya kalau ada yang minat. Urusan bayarnya silakan kalian yang urus, tergantung yang ngontrak mau bayar cash apa rekening.” kata Raden.

“Kamu jaga diri baik-baik ya Den. Belajar yang pinter. Nurut sama Bapak-Emak. Bentar lagi kamu mau ikut olimpiade matematika, 'kan?” tanya Taufan. “Iya Mbak, mohon doanya ya. Raden juga selalu ngedoain yang baik-baik buat kalian berdua dan juga Tiffany.” ucap Raden agak terharu, sebenarnya agak sedih juga karena Taufan mau ninggalin Sidayu. Tapi gimanapun juga, Taufan harus ikut suaminya 'kan? Raden nggak boleh egois, meskipun memang Raden nggak pandai bergaul alias introvert, jadinya deket cuma sama Taufan dan Tiffany yang dia anggap rumah sebenarnya.

“Pasti, Den. Mbak juga sayang sama kamu.” kata Taufan, lalu cipika-cipiki dengan Raden. Seandainya Raden nggak sebaik ini sama Taufan, mungkin Taufan udah nganggep semua laki-laki itu nyakitin. Apalagi figur laki-laki pertama yang nyakitin itu Bapaknya, kemudian mantan suaminya.

***

“Santai aja ya sama Ibu. Anggap aja Ibu ini Ibu kamu sendiri ya?” kata Lita lembut. “Tumben Ibu lembut kayak gitu. Sama Mimi juga lembut. Giliran sama anak sendiri ngomel-ngomel terus.” ledek Halilintar. “Ya soalnya kamu omel-able banget sih. Bandel-bandel gimana gitu. Untung anak sendiri.” ucap Lita gemes sambil nyubit hidung Halilintar.

“Ibuuu!!! Alin udah gede, kenapa cubit-cubit hidung! Malu sama istri!” protes Halilintar, idungnya jadi merah kayak tomat gara-gara dicubit Lita. “Hahaha. Iya iya Ibu berhenti. Fan, kalau Hali nakal, bilang aja ya ke Ibu. Panci Ibu siap kok melayang ke mukanya Hali.” kekeh Lita. Taufan cuma ketawa kecil aja.

“Duh, ancur udah ini harga diri depan istri. Maaf ya Fan, Ibuku emang gitu.” kekeh Halilintar. “Nggak apa-apa kok, hehehe.” kata Taufan. “Ayo, ayo, masuk mobil! Ibu yang nyetir!” ajak Lita agak heboh. Maklumlah, nyambut mantu.

“Lho, Pak Amato kemana ya Bu?” tanya Taufan polos. “Oh itu di mobil depan yang warna putih, nyetirin Mak Hanum, Thorn, Fumio, dan Mas Solar. Soalnya Hanum nggak bisa nyetir mobil.” jelas Lita sambil megang setir mobil. “Mak Hanum itu istri pertama Ayahku, Fan. Ayahku punya tiga istri, aku ini anak kedua dari istri kedua juga. Tapi Ayahku memang paling bucin sama istri pertamanya, alias Mak Hanum. Soalnya Ibu ini aslinya sahabat Ayahku, tapi nikah karena omongan orang lain yang nggak-nggak.” jelas Halilintar. “Oh gitu ya.” kata Taufan manggut-manggut.

Buset dah, GG banget Pak Amato. Istrinya 3. Berarti Halilintar ortunya 4 juga dong kayak aku? Bedanya mereka cemara, aku mencar kayak tim SAR.” batin Taufan.

“Bu, dangdutan yuk? Sekalian karaoke!” ajak Halilintar sambil muter radionya mobil. Ni ibu dan anak emang dari sononya suka dangdutan. Suka lagu rock juga sih sebenernya. “Ayo!!” ucap Lita bersemangat.

Halilintar akhirnya muter lagu Samudra Pasang, lagu favorit Lita dan dirinya sendiri. Bedanya Lita suka lagu itu karena enak didenger aja, sedangkan Halilintar suka lagu itu karena menghayati maknanya, sekalian nostalgia masa-masa Mimi masih ada disampingnya, karena Mimi juga suka lagu itu. Lita mah gak suka cinta-cintaan, nikah sama Amato aja karena ngehindarin omongan buruk orang lain. Takutnya jadi fitnah kalau deket-deket mulu.

Sumribit angin ratri tansah angenteni
Setya najang telenging ati
Angen angen tumlawung suwung ing wengi sepi
Tansah angranti tekamu dhuh yayi

Taufan terkagum-kagum sama suara Lita. Suara Lita emang bagus banget. Mana nyanyinya sambil nyetir, siapa sangka ibu-ibu setomboi Lita punya suara semerdu itu? Taufan nikmati lagunya sambil lihat pemandangan indah dari kaca mobil.

Wong ayu age nyedhak a ing sandhingku
Nyawang manising esemu
Gawe lerem e rasaku tentrem ing atiku
Haywa pegat tresnamu sayangku

Halilintar nyanyi dengan suara yang nggak kalah merdu, sambil noleh ke belakang natap Taufan dengan tulus. Hali juga ngebayangin ada Mimi yang lagi senyum di samping Taufan, sehingga kedua wanita yang dicintainya bisa ia pandang bersamaan. Lita dan Hali pun berduet hingga akhir.

“Suara kalian bagus banget!” puji Taufan. “Thank you so much, darling~” kekeh Halilintar sambil senyum malu-malu. Lita cuma geleng-geleng kepala lihat kelakuan Hali, emang dasar Hali itu bucin orangnya.

Bersambung....

.
.
.
.
.

Jadi iri ma Taufan awoakwoakowwk :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jadi iri ma Taufan awoakwoakowwk :)

Gara-Gara Ketuker: HALITAU [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang