Bab 25: Ziarah

324 18 2
                                    

Tahun-tahun berlalu. Kini anak kembar Hali dan Taufan sudah lahir, bahkan usia mereka tepat 5 tahun pada hari ini. Nama mereka Kazuo Akihiro Halilintar dan Kazuki Akihiro Halilintar. Sedangkan Kenzo sudah berusia 13 tahun.

“Selamat ya, Nana! Aku bangga kamu bisa sesukses ini sekarang!” ujar Taufan. “Iya, terima kasih ya Taufan! Kalau bukan karena omonganmu waktu itu, mungkin tak ada motivasi bagiku untuk berubah menjadi lebih baik seperti sekarang. 3 bulan lagi, aku akan menikah dengan Lunar. Semoga kamu sekeluarga bisa datang, ya! Ajak adek spesialmu juga!” balas Nana dengan riang.

“Nah, ini yang aku harapkan dari kamu, Na. Akhirnya kamu berhasil menjadi artis ternama dan menemukan lelaki yang lebih baik dariku tanpa merusak rumah tanggaku.” Hali tersenyum senang. “Terima kasih, Mas. Ya nggak dapat bosnya, sekretarisnya pun jadi lah.” kekeh Nana sambil berkedip genit ke Lunar, tunangannya.

“Ada-ada aja kamu Yang!” kekeh Lunar mengacak-acak rambut Nana dengan gemas. “Lho 'kan emang bener Yang. Lagian intinya aku sekarang bucinnya sama kamu, bukan sama yang lain!” tawa Nana kegirangan sambil mencubit pipi Lunar.

“Ini jodoh gua kecantol dimana sih! Salah apa gua sampe jodoh gua ngumpet kagak keluar-keluar!” gerutu Ice. “Tenang aja, jodoh datang di waktu yang tepat, bukan waktu yang cepat. Kalau buru-buru nikah dan ternyata salah pasangan, itu cuma bikin sakit hati sepanjang hidup.” pesan Nana.

“Santai aja kali, Ice. Umur lu baru 27 tahun. Ya mudah-mudahan ketemunya sebelum 30 tahun, biar gampang ngurus anaknya. Ini gua umur 39 tahun, anak masih pada kecil-kecil, guanya udah dikit-dikit loyo!” kikik Solar. Seketika pada ketawa dah tuh, termasuk Nana dan Lunar.

“Iya, tapi seenggaknya bini lu masih umur 25 tahun. Bini lu masih imut-imut, lu nya udah amit-amit.” ledek Hali. “Heh! Ngomong begitu sekali lagi gua geplak ye! Sadar diri, lu sama Taufan juga udah 33 tahun!” protes Solar, semuanya makin ngakak. Emang nih tiga bersaudara susah banget akur, tapi selalu ada setiap kesulitan.

“Kadang, aku sendiri bingung, Yang, kok bisa pak bos yang serandom itu digandrungi cewek-cewek. Jadi kasihan sama ceweknya, mana masih muda.” ledek Lunar. “Sekretaris macam apa sih lu! Nistain gua mulu perasaan!” gerutu Hali. “Ah entahlah Yang. Tapi kamu juga sama absurdnya sama Hali kok, Yang.” kikik Nana.

“Udah udah! Katanya mau ziarah ke makam Mimi?” tanya Lunar berusaha mengalihkan topik biar nggak dinistain. “Oh iya ya! Na, mau ikut nggak?” tanya Hali. “Nggak dulu, nanti sore aja gua sekeluarga sama Lunar! Soalnya gua lagi syukuran begini, masa mau dianggurin tamunya!” kekeh Nana.

“Ya udah, soalnya anak-anak gua pada ketiduran di mobil. Udah dulu ya, kami berdua pamit dulu.” Hali berpamitan pada Abang, adek, Nana dan sekretaris somplaknya. “Iya! Hati-hati!” jawab mereka.

***

MAKAM GRIYA ABADI.

“Kangen kamu, Mi...” lirih Hali seolah sedang berbicara dengan Mimi sambil mengusap batu nisan Mimi. “Kenzo juga kangen sama Bunda... Bunda udah tenang ya disana?” kekeh Kenzo berusaha menyembunyikan tangisnya.

“Kamu nggak perlu malu buat nangis, Zo. Kalau sedih, nangis aja nggak apa-apa.” tutur Taufan memeluk erat Kenzo. “Makasih, Ibu... Bunda, lihat tuh. Ibu baik banget sama Kenzo, jadi nggak usah khawatir sama Kenzo ya.” lirih Kenzo mulai menangis dalam pelukan Taufan.

“Bunda, istirahat yang tenang di surga ya!” ucap Kazuo turut merasakan dukacita yang amat dalam. “Meskipun Bunda bukan ibu kandungnya Kazuo sama Kazuki, kami berdua tetap sayang kok sama Bunda! Bunda sama Ibu itu ibu terbaik buat Mas Kenzo, Kazuo, dan Kazuki!” Kazuki ikut-ikutan berbicara dengan Mimi.

Taufan berusaha menguatkan batin Kenzo, sedangkan Hali menyirami makam Mimi dan menaburinya bunga agar tanah makam almarhumah istrinya itu tetap basah dan wangi. “Sayang, ini aku, Hali. Meskipun aku sudah punya istri baru selain kamu, bahkan punya anak lagi dengannya, bukan berarti cintaku padamu luntur. Aku cinta kalian berdua, sebagai wanita tambatan hatiku.” Hali bertutur dengan sangat lembut, seolah Mimi masih ada disampingnya.

Di sisi lain, ada Aryo yang menatap mereka berlima dalam-dalam. Aryo duduk di samping makam Imas, yang letaknya paling pojok disana. “Andai aku dulu tak menyia-nyiakan cinta dan kebaikanmu, mungkin hingga saat ini kamu masih menjadi milikku. Tapi, ternyata kondisimu yang tak kunjung mengandung anakku, kini menyadarkanku, bahwa aku memang tak pantas untukmu. Kamu terlalu baik untuk menjadi ibu dari anak-anakku, sedangkan aku hanyalah pria yang selalu gagal membahagiakan istriku.” Aryo tersenyum getir, tangannya gemetaran hebat. Yang tersisa saat ini hanyalah penyesalan yang sudah tak berarti apa-apa.

TAMAT. (Bersambung ke Gara-Gara Diseruduk: BLICE)

.
.
.
.
.

Langsung gw tamatin hari ini juga ya, pake triple up

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langsung gw tamatin hari ini juga ya, pake triple up. Kalo gw tunda-tunda terus, takutnya kuota gw keburu habis awoakowkwowk.

Gara-Gara Ketuker: HALITAU [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang