“Yah, Kenzo takut disuntik...” lirih Kenzo sambil ngebayangin jarum suntik yang besar, panjang, dan mengerikan. “Nggak kok, nggak bakalan sakit. Kamu tenang aja.” ucap Halilintar sambil fokus nyetir ke klinik tempat Kenzo bakal divaksin. Jadi vaksin ini ceritanya tuh Kenzo emang sekolah di sekitaran sini dan kebetulan divaksin di klinik kampung ini juga. Yah, meskipun Halilintar dan Kenzo nggak bener-bener tinggal di gudang Pak RT, tetep aja mansion Halilintar nggak jauh dari sini.
Nggak terasa, tau-tau udah di depan klinik. Semua anak-anak sekelas Kenzo sudah berbaris rapih untuk mendapatkan giliran vaksin. Kenzo berbaris di belakang karena memang dia yang paling terlambat datang hari ini.
“Apa aku ikuti aja Kenzo ke dalem klinik ya. Apalagi Kenzo suka takut kalau lihat jarum suntik.” ujar Halilintar cemas dan mengintip sekilas dari luar. Yaelah anak lu gabakal kenapa-napa Lin, kayak Kenzo mau dingap monster aja.
Nggak lama, sekarang giliran Kenzo yang harus disuntik vaksin. Keliatan jelas mukanya Kenzo takut banget sama jarum suntik, tapi tetep diem aja.
“Dek, kamu takut ya? Nggak apa-apa. Sakitnya cuma sebentar aja kok. Mbak janji deh, kalau kamu berani disuntik, kamu bakal dapat hadiah dari Mbak.” ucap mbak-mbak perawat klinik berhijab yang mau nyuntik Kenzo, auranya bener-bener lembut dan anggun. Siapa lagi kalau bukan Taufan, padahal pikirannya masih kacau mikirin sandalnya yang ketuker di masjid.
Kenzo ngangkat kepala buat natap Taufan sepenuhnya, matanya berbinar. “Iyakah? Hadiah apa?” tanya Kenzo. “Iya, Mbak nggak bohong. Nanti kamu bisa pilih sendiri kalau sudah selesai disuntik.” ujar perawat yang punya papan nama bertuliskan Taufan Sekar N itu.
Kenzo langsung bersemangat saat disuntik. Tanpa banyak cingcong, Taufan nyuntik Kenzo dengan lembut dan hati-hati biar Kenzo nggak kesakitan. “Wah, beneran dong, ternyata nggak sesakit yang kubayangkan!” kekeh Kenzo. “Iya 'kan... Sekarang kamu mau es krim, susu kotak, atau cokelat?” tawar Taufan. “Es krim aja deh, Mbak. Saya suka es krim matcha.” ujar Kenzo dengan polos.
“Oh iya, ini ya... Terima kasih sudah mau divaksin.” balas Taufan, masih tersenyum ramah ke Kenzo. “Pola makan dan istirahatnya dijaga ya. Apalagi kalau setelah vaksin begini, biasanya akan ada beberapa efek samping bagi orang-orang tertentu.” pesan Taufan penuh perhatian. “Iya, Mbak tenang aja. Kenzo bisa jaga kesehatan kok!” ucap Kenzo mulai luluh dengan Taufan. “Nanti kalian semua ngumpul di depan klinik ya, dibeliin satu-satu.” ucap Taufan. “Yeeyyy!!!” seru anak-anak setelah divaksin dengan kegirangan, termasuk Kenzo.
“Hah? Padahal tadi malam, Kenzo mohon-mohon nggak mau divaksin sampai nangis-nangis kedengeran Pak RT. Aku sampai panik buat nenangin Kenzo dan minta maaf karena udah ngeganggu Pak RT. Kok sekarang malah luluh sama mbak-mbak perawat itu ya?” lirih Halilintar. “Bentar, kok kayak nggak asing sama mbak-mbak yang nyuntik Kenzo?” gumam Halilintar.
|Flashback on|
Halilintar memarkirkan motor di parkiran masjid. Nggak sengaja, Halilintar lihat seorang perempuan dengan mukena putih yang menangis di atas sajadah. Saat itu, belum ada makmum perempuan lain di masjid, soalnya baru selesai azan Subuh.
“Yaa Allah, kenapa ya cewek itu nangis-nangis sampai sesenggukan kayak gitu? Mau nolongin, mau dengerin, tapi nggak kenal.” batin Halilintar agak kasihan ke cewek itu. Halilintar memang kelihatan cuek dan judes, tapi sebenarnya dia lebih perasa dan perhatian, apalagi kalau orang malang itu adalah orang terdekatnya.
Nggak lama kemudian, Halilintar lihat cewek bernetra biru laut itu menjalankan salat Qabliyah Subuh. Hati Halilintar semakin tersentil melihatnya. “Yaa Allah, kok aku jadi malu. Padahal aku laki-laki, aku adalah imam bagi keluargaku, tapi salat wajib belum bisa tepat waktu. Sedangkan dia? Dia bisa sebegitu semangatnya menjalankan salat Sunnah meskipun perempuan ditakdirkan menjadi makmumnya laki-laki.” batin Halilintar lagi.
Tanpa sengaja, Halilintar melihat sandal hijau yang sama persis dengan miliknya, hanya saja sandal yang di depan masjid itu bertuliskan nama ‘Taufan’. Tapi, Halilintar nggak terlalu teliti soal itu.
|Flashback off|
“Eh, berarti, sandalku ketuker sama perawat ini dong?! Kalau nggak salah, tadi sandalku ada tulisan nama ‘Taufan’-nya.” gumam Halilintar. “Apa kukembalikan saja ya? Nanti deh setelah dia selesai mengurusi anak-anak, biar ngobrolnya empat mata aja.” lirih Halilintar.
Bersambung.....
.
.
.
.
.Ayoloh linnn, balikin, jangan gengsi :v
KAMU SEDANG MEMBACA
Gara-Gara Ketuker: HALITAU [✓]
Fanfiction[COMPLETED] Bagaimana jadinya jika rumah didatangi oleh seorang duda tampan dan kaya raya, hanya karena sandal yang tertukar? Taufan kebingungan mencari sandalnya entah kemana. Rupanya sandal itu tertukar dengan sandal milik seorang duda yang tampan...