"Nar Lunar! Masih lama nyampenya?" tanya Hali sambil terus memandangi jam tangan. "Dikit lagi! Ah lu gak sabaran amat sih!" ucap Lunar yang lagi nyetir helikopter pribadi Hali.
"Lu serius Li? Nggak bawa apa-apa buat si nenek sihir (Nana)? Dia udah ngarep dikasih hadiah sama lu lho." kekeh Solar. "Dih! Siapa suruh ngarep! Apalagi ngarepnya ke laki orang! Yang penting kita setor muka 'kan!" protes Hali ngamuk-ngamuk. "Biasa aja kali. Gua yang lagi tidur jadi keganggu nih." lirih Ice.
"Sabar dulu Mas. Kita harus bersikap tenang supaya yang disana kepanasan. Kalau kitanya panas, nanti yang disana malah seneng." tutur Taufan. "Iya, Dek. Maafin Mas ya. Mas nggak bisa kontrol emosi aja." Hali menghembuskan nafas, lalu kembali duduk seperti biasa.
"Tuh, giliran bininya yang ngomong, baru nurut. Lah coba kita yang ngomong, yang ada makin ngereog dianya!" sindir Ice. "Sekali lagi lu ngomong begitu, gua gebukin nih dalem helikopter!" protes Hali makin ngamuk. "Nyeh, ini adek gua yang anak tengah resek banget dah! Gua kutuk aja kali ya jadi helikopter, nanti namanya udah bukan Halilintar tapi halikopter!" ledek Solar.
"Lu yang gua kutuk jadi solarkopter!" balas Hali. "Berisik lu pada! Udah mau mendarat nih, bukannya siap-siap malah ribut mulu!" protes Lunar. "Tuh dengerin apa kata Mas Lunar! Siap-siap gih!" kata Taufan.
Nggak lama kemudian, helikopter pribadinya Hali mendarat di depan rumah Nana yang sederhana dan minimalis. Alhasil pagarnya lecet dikit ngaruh banget, beberapa pot pecah gara-gara helikopternya si Hali, dekorasi ulang tahun di teras rumah Nana juga banyak yang rusak.
"Awoakwoakwok! Belum apa-apa juga udah pada rusak!" kekeh Ice. "Jangan lupa pake kacamata item biar makin cakep, meskipun nggak bakal ada yang bisa nandingin kecakepan gua!" seloroh Solar yang bikin satu helikopter pada ngakak. "Ah kagak, masih cakepan gua, nggak usah pake kacamata item aja masih banyakan cewek yang ngincer gua ketimbang elu!" ledek Hali. "Apa lu bilang! Jelas-jelas gua yang paling cakep diantara keluarga kita!" protes Solar manyun.
"Gua lebih banyak fans ketimbang elu, Bang! Tapi sesempurna apapun cewek-cewek yang rela menghalalkan segala cara buat dapetin ati gua, pemenangnya tetep bini gua!" ejek Hali ke Solar sambil ngerangkul pundak Taufan. "Yeuh! Gua juga udah bucin maksimal sama bini gua kali! Cuma dia nggak bisa ikut karena hamil, takutnya kandungan dia melemah kalau dia kecapekan." ucap Solar. Memang, Thorn lagi hamil anak kedua, mana bawaannya sensitif mulu jadi bumil makanya takut kenapa-napa. Mana masih harus ngurus Fumio (anak Solar dan Thorn) yang masih kecil 'kan.
"Udah semuanya! Ini katanya tadi mau balas dendam, kok malah jadi adu popularitas! Ayo turun!" kekeh Lunar berusaha mencairkan suasana. Semuanya bersiap pake kacamata item dan turun dari helikopter dengan anggunly, terutama Solar yang emang sering pura-pura jadi tulang lunak.
"Woi! Siapa tuh tamu pakai helikopter! Dekornya jadi rusak semua 'kan!" gerutu salah satu ibu-ibu tamu undangan pesta ulang tahun Nana. "Ihh, siapa sih itu! Nyebelin banget! Jadi rusak semuanya 'kan!" amuk Nana. "Tenang Kak, kita lihat dulu siapa yang pakai helikopter itu!" bujuk salah satu anak kecil.
Pertama-tama, Hali dan Taufan yang paling awal keluar dari helikopter. Hali tampak gagah berwibawa dengan jas hitam beserta kacamata hitamnya, sedangkan Taufan tampak anggun dengan kerudung putih dan gaun birunya yang panjang menjuntai ke bawah.
"Pak Hali??" lirih beberapa tamu bersamaan. "Saya datang ke pesta ulang tahun kamu, Nana. Tapi sayangnya, saya membawa istri saya, yah meskipun tanpa membawa istri pun kamu tidak bisa menggoda saya. Oh iya, inilah hadiahnya, dekor dan suasana ulang tahun kamu jadi rusak, semuanya berserakan. Anggap saja ini karma karena kamu juga mau merusak rumah tangga saya." ujar Hali dengan senyuman liciknya.
Kepala Nana tertunduk ke bawah. Sudah rahasia umum bahwa Nana menjunjung tinggi derajat dan martabat wanita-wanita independen yang mandiri tanpa lelaki, namun gerak-geriknya seolah ingin memiliki Hali, dengan cara yang tidak benar sekalipun. Pandangan seluruh tamu tertuju padanya, membuatnya sangat malu.
"Saya istrinya, Mbak. Kalau Mbak mau ambil suami saya, silakan, tidak ada larangan untuk itu. Tapi, semurah apa Mbak ini, sampai-sampai untuk mendapatkan pasangan saja harus menggoda pasangan orang lain? Setidak laku itukah Mbak di mata pria bujangan? Kalau otak Mbak memang masih berfungsi, seharusnya Mbak tahu bahwa kelakuan seperti itu tidak mencerminkan sikap wanita mahal, tapi wanita nakal." kekeh Taufan.
"Yang saya sayangkan, Mbak ini merasa kualitas dirinya lebih tinggi dari saya, baik itu dari segi karir atau pendidikan, meskipun memang iya. Tapi, wanita berkualitas mana yang mau merebut suami orang? Wanita berkualitas mana yang mau merusak rumah tangga orang? Bahkan sampai memohon pada suami saya untuk menikahinya. Bukankah seharusnya lelaki yang mengemis padanya, bukan dia yang mengemis pada lelaki?" Taufan menyeringai licik, sebenarnya kata-kata sebelum ini tertulis pada skrip rencana Hali, tapi Taufan menambahinya agar Nana semakin tertohok.
Lunar, Solar, dan Ice bertepuk tangan mendengar ucapan Taufan. Mereka tak menyangka nyali Taufan akan sebesar itu untuk menghadapi Nana. Para tamu yang menertawakan Nana, membuat suasana semakin ramai.
"Jangan bicara seperti itu!" lirih Nana hampir menangis, dilihat dari matanya yang berkaca-kaca. Nana berlari ke dalam rumahnya, lalu menangis tersedu-sedu.
"Kata-kata yang bagus, Sayang! Aku bahkan nggak ngira kamu bakal ngomong kayak gitu ke dia. I love you!" ucap Hali mengecup kening Taufan. "I love you more, Mas." Taufan tersenyum malu-malu.
Bersambung.....
.
.
.
.
.Maaf kemarin ga sempet nulis, silaturrahmi pada jauh-jauh, sampe rumah langsung kecapekan awoakowkaowkw.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gara-Gara Ketuker: HALITAU [✓]
Fanfiction[COMPLETED] Bagaimana jadinya jika rumah didatangi oleh seorang duda tampan dan kaya raya, hanya karena sandal yang tertukar? Taufan kebingungan mencari sandalnya entah kemana. Rupanya sandal itu tertukar dengan sandal milik seorang duda yang tampan...