Bab 19: Solusi

152 16 2
                                    

"Ini barang belanjaannya Pak. Terima kasih sudah berbelanja." ucap kasir yang udah selesai ngebungkusin pesenan Hali. "Iya, terima kasih kembali." balas Hali dengan ekspresi datarnya.

"Drama banget sih Nana. Udah berapa kali sih gua nolak dia? Yah mudah-mudahan setelah ini dia sadar lah. Bukan ngerendahin, tapi perasaan nggak bisa dipaksa. Semoga dia bisa jadi pribadi yang lebih baik setelah ini dan dapat pasangan yang lebih baik dari gua juga." batin Hali.

"Tadi itu siapa sih Mas?" lirih Taufan berusaha menahan tangisnya. "Dia itu adek angkatnya almarhumah istriku. Kami dulu sempet deket gara-gara sama-sama ikut OSIS dan Olimpiade Matematika pas SMA. Aku cuma ngebantu dia, tapi kayaknya dia baper. Nah, tadi dia ngerayu-rayu aku biar aku nikahin dia, toh almarhumah istriku sudah meninggal. Tapi, aku bukan tipe lelaki yang suka banyak pasangan. Kamu sama almarhumah istriku aja udah cukup." tutur Hali berusaha menenangkan Taufan.

"Bener tuh. Aunty Nana emang resek banget!" decih Kenzo sebal. "Udah ya, jelas semuanya. Aku muak bahas-bahas dia terus. Ayo ke mobil sekarang." perintah Hali, masih dengan ekspresi yang datar. Taufan nurut-nurut aja, dia agak takut sama Hali kalau mukanya udah datar begini. Apakah dia marah? Atau apa? Jangankan Taufan, Author aja bingung si Hali lagi kenapa.

Hening. Suasana di mobil rasanya sepiiii banget. Cuma ada suara lagu-lagu yang diputer Hali di radionya mobil. Nggak ada yang berani ngomong. Nafas bersuara aja mikir-mikir. Seperti biasa, lagunya lagu dangdut ya gaes :v

"Taufan se-nggak layak itu ya buat Mas Hali?" celetuk Taufan tiba-tiba. "Kenapa kamu bilang begitu?" tanya Hali sambil fokus nyetir. "Tadi Seno bilang, aku cuma cewek mandul. Aku nggak bisa ngehasilin keturunan buat Mas Hali. Adekku juga berkebutuhan khusus, takutnya ngerepotin Mas Hali..." lirih Taufan.

Hali kecilin dikit volume lagu dangdut yang lagi dia puter. "Fan, kamu nggak boleh bilang kayak gitu. Omongan itu bisa jadi doa. Mungkin kamu bukan mandul, tapi emang belum rejekinya aja dikasih anak, apalagi kamu nggak punya bukti medis kalau kamu mandul, 'kan? Kalaupun kamu emang bener nggak bisa ngehasilin keturunan, kita masih punya Kenzo. Anggap aja dia bukan cuma anakku, tapi anakmu juga. Oh iya, anak berkebutuhan khusus itu spesial, kalau kita sabar, ikhlas dan telaten ngerawat dia, contohnya kamu ke Tiffany, bisa bernilai pahala juga, 'kan? Jangan remehkan mereka, karena mereka anak-anak luar biasa. Kamu itu cewek hebat, Fan. Mantan suamimu dan Nana itu yang nggak bisa menghargai orang lain." jelas Hali sambil tersenyum kecil ke arah Taufan.

Taufan diam sejenak, tapi nggak lama kemudian ada air mata yang menetes. "Makasih, Mas... Aku beruntung punya suami kayak sampeyan." tangis Taufan makin deres, dan ngambil tisu buat ngelap air matanya.

"Lho? Ibu kenapa nangis?" tanya Kenzo lembut. "Nggak apa-apa, Ibu cuma terharu. Nggak nyangka bakal sebahagia ini sama orang yang tepat." lirih Taufan. Hali tersenyum kecil, "Aku suamimu, Fan. Udah sepantasnya aku bahagiain kamu." Hali mengusap air mata Taufan dengan tangan kirinya.

"Kita omongin ke Ibu Lita, ya? Pasti Ibu bakal berusaha bantu kita." ucap Hali. "Boleh Mas. Baguslah kalau beliau bisa membantu kita. Terima kasih atas semuanya, Mas." kata Taufan, mencoba untuk tersenyum.

"Sekarang, aku tahu, menderitanya aku dulu bisa membuatku sebahagia sekarang." batin Taufan, tersenyum menatap Hali.

***

"AHAAA!!! IBU TAHU!!!"

Ucapan Lita yang tiba-tiba bikin Hali dan Taufan kaget. Yang Taufan ketimpa bantal, yang Hali abis nyeduh kopi dari dapur, eh kakinya malah kesandung kaki meja gara-gara kaget. Tumpah syudah kopinya ke lantai yang putih bersih.

"Yaa Allah Bu. Hali sudah berusaha sabar semaksimal mungkin lho Bu. Kopi eyke tumpah, hiksrot~" ujar Hali nangis elit. "Berisik kau duhai anak emosian. Nah, jadi gini Nak Taufan. Ibu ada ide bagus, nanti langsung kita praktekin aja sambil resepsian."

Hali dan Taufan saling pandang. Kira-kira ini mau ngapain sih, sampe idenya harus diterapkan di acara penting segala? Yo ndak tau lah.

Bersambung.....

.
.
.
.
.

Minal Aidin walfaizin readersku yang tercintah lope lope mwuahhh 💋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minal Aidin walfaizin readersku yang tercintah lope lope mwuahhh 💋. Maaf up di jam-jam segini, kesehatan dan mood dukungnya up malem emang. Tetaf semangath

Gara-Gara Ketuker: HALITAU [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang