Bab 18: Tertampar

170 15 2
                                    

"Dasar bibit pelakor. Basmi dia, Ayah!" perintah Kenzo berapi-api. "Aku nggak akan tinggal diam kalau kamu mengganggu pernikahanku dengan istri baruku, Nana! Terlebih istri baruku itu sudah bukan siapa-siapamu! Harusnya dengan penolakanku yang sudah berulang kali itu kamu sudah sadar diri, tapi dengan tidak tahu malunya kamu masih terus-terusan mengejarku!" protes Hali penuh amarah.

"Mas, Mas Hali. Ini Tiffany udah selesai milih-milih boneka beruangnya. Tinggal bayar aja? Pakai uangnya Taufan apa Mas Hali?" tanya Taufan sambil menggandeng tangan Tiffany yang sedang memegangi boneka beruang. "M-Mas... All-Liii!!!" panggil Tiffany.

Nana natap Taufan dan Tiffany dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan penuh selidik. "Oh, jadi ini istri barunya Hali?" kekeh Nana seolah meremehkan. "Iya, saya istrinya Mas Hali, kamu siapa ya?" tanya Taufan dengan ramah, meskipun sebenernya udah punya firasat kalau lawan bicaranya ini bukan orang baik-baik.

"Saya mantannya Hali. Salam kenal." kekeh Nana, berharap Taufan akan cemburu. "Nana! Kita nggak pernah pacaran ya!" tepis Hali. "Oh gitu ya, salam kenal juga." ucap Taufan tetap bersikap ramah dan tenang, bikin Nana jadi terheran-heran.

"Jangan percaya, Sayang. Kami nggak pernah pacaran, dia aja yang ngaku-ngaku. Aku yang secinta itu sama almarhumah istri pertamaku aja nggak ada pacar-pacaran sama dia." jelas Hali sambil natap sinis ke Nana.

Hali meluk pinggang Taufan dengan erat. "Yang, jangan tanya dulu ini kenapa. Sekarang kamu lingkarin tangan di leherku." pinta Hali dengan tegas. Agak takut, Taufan langsung nurut sama perintahnya Hali, meskipun agak syok juga karena tiba-tiba Hali pegang-pegang dia.

"Lalu, anak idiot ini siapa?" ejek Nana sambil menunjuk-nunjuk Tiffany. Tiffany hanya pura-pura tidak tahu. "Jangan sebut dia anak idiot!" ketus Taufan nggak terima. "Dia adek ipar saya. Lancang sekali ya kamu bilang begitu?!" bentak Hali.

"Hm, kasihan banget ya Hali. Udah dapet istri baru yang kampungan, adek iparnya berkebutuhan khusus lagi. Coba aja Hali nikahnya sama saya, pasti hidupnya dijamin lebih bahagia." ucap Nana manas-manasin Taufan. Sejujurnya Taufan sih terserah aja Hali mau cinta sama siapa, dia kampungan atau apa, nggak peduli. Tapi yang jelas dia nggak terima kalau adeknya dihina-hina hanya karena kondisinya yang berbeda.

"Dijamin rentan selingkuh, maksudmu?" sarkas Hali tersenyum lebar, mulai menemukan kata-kata yang tepat untuk menampar keras perasaan Nana. Bener aja, segitu doang udah bikin muka Nana pias.

"Kamu kira saya nggak tahu kalau kamu SMA dulu sering gonta-ganti pacar? Saya tahu kamu ngincer saya, tapi apa yang spesial kalau saya ngejar kamu? Untuk apa saya yang udah susah payah menahan diri nggak pacaran demi menjaga harga diri wanita, malah dapat kamu yang kena rayuan gombal lelaki langsung jatuh cinta?" sarkas Hali lagi. "Kamu pintar dalam hal akademis dan lain-lainnya, Nana. Kuakui kamu memang panutan banyak wanita. Tapi, kamu terlalu mudah dihasut oleh lelaki berhidung belang. Apa kamu nggak takut kalau seandainya mereka merusak kehormatan dan harga diri kamu sebagai wanita?"

Nana langsung nundukin kepala. Mau menolak, tapi ini fakta. "Oh ya, satu lagi. Kamu tidak bisa menghargai perasaan orang lain. Saat kita sudah bukan siapa-siapa saja kamu sudah berani menantangku seperti ini, apalagi kalau kita menjadi suami istri? Jangan harap kamu bisa menghancurkan kebahagiaan dalam rumah tanggaku, karena wanita yang layak menjadi ibu dari Kenzo hanya Mimi dan Taufan. Camkan itu!" ujar Hali.

"Lebih baik aku berjodoh dengan wanita kampungan yang sabar dan ikhlas merawat adeknya yang berkebutuhan khusus, daripada kamu yang berpendidikan dan cerdas namun melayani banyak pria! Jangan jatuhkan harga dirimu sendiri dengan cara seperti ini, Na. Wanita itu mahal. Jangan terus-terusan mengejar lelaki yang jelas-jelas nggak mau sama kamu, karena lelaki itu sesimpel 'dia mau, dia akan'." putus Hali.

"Ayo kita semua pergi dari sini. Mas, saya borong aja ya mobil-mobilan dan boneka beruangnya." ucap Hali pada kasir toko. Kasir toko itu ya nurut-nurut aja, apalagi Hali pelanggan setia di toko itu.

"...Aku janji, kita akan bertemu lagi dengan versi terbaik masing-masing. Maafkan aku." lirih Nana, berusaha menahan air matanya. Nana berlari keluar dari toko itu dengan mata berkaca-kaca.

"Maafkan aku juga, Na!" teriak Taufan, bagaimanapun juga dia nggak enak kalau dipuji berlebihan kayak tadi. "Mas, coba sebisamu untuk maafkan dia dan kasih dia kesempatan kedua untuk berubah, ya? Aku nggak mau hidup kita nggak tenang hanya karena kebencian dan permusuhan seperti ini." ujar Taufan. Hali ngelus-elus kepalanya Taufan.

"Pasti, Fan. Tergantung dia benar-benar mau mengambil kesempatan itu atau nggak. Kalau nggak mau, takkan kubiarkan dia kembali hadir dalam hidupku, nanti kasihan kamu, Tiffany, dan Kenzo." ucap Hali dengan ekspresi datar.

Bersambung.....

.
.
.
.
.

Mumpung ada ide

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mumpung ada ide.

Gara-Gara Ketuker: HALITAU [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang