Apa kabar An?

264 34 20
                                    

"Berita hari ini. Kasus Corona di Indonesia kian meningkat. Dengan jumlah pasien positif covid bertambah 1578 orang dan kasus kematian sebanyak 75 orang. Akibatnya lockdown diperpanjang...."

"An, jangan lupa anterin Bagas ke tempat lesnya ya!" Teriak wanita paruh baya yang tengah sibuk mengangkat panci berisi sup yang asapnya mengepul. Untung saja, ia menggunakan sarung tangan. Jadi, ia tidak perlu khawatir kepananasan. Bahkan suara teriakannya mengalahkan suara siaran berita di televisi yang nyala di ruang tengah.

"Iyaaaa Maaaaah." Wanita cantik dengan bulu mata lentik, hidung mancung, dan kumis tipis membuat ia tampak menyejukkan mata. Apalagi, jika ia tersenyum.

Wanita itu duduk. Menunggu Sang Ibu menuangkan sup ke dalam mangkoknya yang sudah ada di depannya.

"Wiiihhh pasti enak buatan Mamah!" pujinya yang membuat Sang Mamah salah tingkah.

"Kamu bisa aja!" ucapnya sembari memukul pelan bahu Kirana.

"Mana Bagasnya Mah?" tanya Kirana sembari mengunyah sup buatan sang Mamah.

"Eeemmm tuh kan enak banget Mah! Memang masakan Bu Rani gak ada tandingannya!" lanjutnya sembari mengacungkan kedua ibu jarinya.

"Kamu bisa aja! Jangan lupa sisain untuk Bagas, Kak Bayu sama Nenek!" Rani memperingati anaknya. Karena ia tahu, Kirana senang sekali dengan masakannya. Saking senangnya, ia pernah menghabiskannya seorang diri. Membuat adik dan kakaknya tidak kebagian.

"Hehe siaaaaap Maaah!" Kirana bergaya hormat membuat Rani gemas dengan tingkah anaknya. Ia mengacak kepala putrinya dengan lembut.

"Bagaaaaaas cepaaaaaat nanti kamu telaaaaat!" teriak Rani. Setelah selesai mengurusi sup. Rani duduk berhadapan dengan Kirana.

"Iyaaaa Maaaah sebentaaar aku lagi cari kaos kakiiii!

"Kan kebiasaan adikmu! Kalau naro barang sembarangan. Jadi saja kalau mau dipake kelimpungan sendiri!" adu Rani kepada anak tengahnya.

"Gak apa-apa Mah, masih kecil. Masih proses belajar." Kirana menjawab santai sembari menyuap sup dengan nikmat.

"Bagaimana kuliah kamu?"

"Alhamdulillah Mah, santaaaai bentar lagi aku lulus!"

"Cepetan lulus! Mamah pengen cepet punya mantu!"

"Maaahhhh masih lamaaa!" rengek Kirana. Apa-apaan mamahnya ini? Mantu katanya?

"Kenapa gak sekarang aja sih nikahnya?"

"Maaaah pleaseeee dehhhh! Aku belum punya calon! Mau nikah sama siapa?!"

"Yaaa siapa kek, emang di kampusmu gak ada dosen muda?" tanya Rani genit sembari memajukan badannya ke arah Kirana.

"Mamaaaaahhhhhh!" Kirana sudah tidak sanggup menghadapi mamahnya yang seperti anak baru puber.

"Bagaaas cepetaaaaaaannn!" teriak Kirana mencoba mengalihkan topik.

"Iya-iya Kaaak!" Bagas nongol dari atas tangga dengan sangat ribet merapihkan bajunya. Tasnya yang masih terbuka, juga tali sepatunya yang belum diikat.

"Ya ampun Bagaaassss! Makanya jangan main games online terus! Jadi kesiangan kan!" omel Kirana heboh.

"Enak ajaaaa! Bagas gak main games online tauuu! Bagas belajar matematika semaleeemm!"

Kirana lupa, adiknya seorang Bagas. Anak kecil yang sangat langka. Alias penggemar matematika akut.

"Iya-iya deeeehhh profesor!"

"Marah marah mulu cepet tua!" ketus Bagas.

"Gak Kakak anterin yaaa kamu ketus gitu!"

"Anaaa Bagassss! Sudah! Jangan ribut! Ayo cepat berangkat!"

Bagaimana Hari Ini, An? [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang