Takdir

59 12 26
                                    

"AAAAA!" Arshaka membuka mulut lebar-lebar.

Kirana hanya tersenyum melihat tingkah suaminya yang berubah seperti anak bayi lima tahun. "Pinterrr." Kirana tepuk tangan setelah berhasil memasukkan sesendok bubur ke mulut Arshaka.

"Mau tambah?" tanya Kirana dengan nada bicara seperti Guru TK.

Arshaka menggeleng. "Sudah cukup."

"It's okay."

Kirana duduk di bangku taman. Sedangkan Arshaka duduk di kursi roda sembari do'a sesudah makan, setelah ia meneguk air.

"An." Arshaka memanggil Kirana yang menaruh mangkuk bubur di sebelahnya.

"Kenapa Ar?"

"Saya senang mengenalmu."

"Kamu sudah sering bilang Ar."

"Saya senang di antara banyaknya laki-laki, saya yang berhasil mendapatkan kamu."

"Itu juga kamu sering bilang Ar."

"Kalau nanti saya pergi duluan. Kamu harus tetap menjadi gadis cantik yang kuat ya An? Senyummu harus kembali. Kamu harus menjadi manusia yang menebarkan kebaikan untuk orang sekitar."

"Hush! Ngomong apa kamu!" Kirana memukul dengkul Arshaka kesal. Apa-apaan suaminya ini?

Arshaka menarik jemari Kirana. Lalu, ia menaruhnya di detak jantungnya.

"Maafin saya kalau saya tidak bisa sepenuhnya menjadi teman untuk kamu berjuang melawan mental illness mu. Maafin saya, kalau saya tidak selalu ada ketika kamu sedih. Maafin saya jika saya ditakdirkan meninggalkanmu lebih dulu."

"Ar!"

"Jangan terlalu mencintai saya, karena saya tidak abadi. Cintailah Allah, karena Allah akan selalu ada. Bahkan, ketika kamu merasa seluruh dunia tidak berpihak kepadamu, An. Aku mencintaimu selalu, Kirana Larasati."

Entah Kirana harus senang atau sedih. Kenapa suaminya itu selalu tiba-tiba?

"Aku juga mencintaimu selalu, Arshaka Zayn." Kirana membalas ucapan Arshaka dengan tersenyum simpul. Ia meneteskan air matanya.

Allahuakbar Allahuakbar

Suara adzan Ashar berkumandang. "An, bantu aku untuk sholat."

"Baik Ar."

🖤🖤🖤

"Eh ada Buya?" Arshaka menyalami Buya ketika beliau mendekati Arshaka.

"Bagaimana Ar? Sudah enakan?"

"Alhamdulillah Buya. Kalau gitu, kita sholat berjama'ah saja Buya. Sama Papah juga. Saya mau banget sholat bareng Papah."

Setya tersenyum. Hati kecilnya tersentil. Sudah lama sekali ia tidak melaksanakan sholat. Dan hari ini, Arshaka memintanya sholat bareng. Sedangkan Hanif sudah pergi ke Mushola yang ada di rumah sakit.

"An, kamu sholat juga ya. Kamu ganti baju dulu, itu banyak darahnya baju kamu."

Untungnya Kirana selalu siap sedia ketika pergi untuk membawa baju ganti. Kirana memang selalu seperti itu. Karena ia takut OCD-nya kambuh ketika ia pergi keluar rumah.

"Baik Ar, aku izin sholat di Mushola saja ya? Ruangannya sempit kalau aku ikut berjama'ah di sini."

"Iya An."

Setelah beberapa menit Arshaka wudhu, dibantu dengan Buya. Kini Arshaka, Buya dan Setya bersiap untuk sholat berjama'ah dengan Buya sebagai imam.

"Allahuakbar...."

Bagaimana Hari Ini, An? [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang