Sepulang dari kampus untuk bimbingan skripsi. Arshaka memutuskan untuk pergi kopdar bersama The Baros di pinggiran kota Hujan.
Arshaka, Acil, Kang Jefri, Bayu dan teman-teman lain duduk mengampar di atas tikar di depan ruko yang sudah tutup.
"MANTAP BANG BAYU! SERING-SERING YA TRAKTIR HAHA!" ucap Acil sembari memakan goreng pisang, lalu menyeruput kopi.
"Wisuda dulu dia baru mau traktir!" ujar salah satu anggota lain.
"ENAK AJA LO!" hardik Bayu tak terima.
"Tapi fakta sih Bang," celetuk Arshaka yang mulutnya mengunyah goreng tahu.
Bayu menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Hehe iya sih," ucapnya malu-malu.
"Iya-iyaaaa insya Allah dah nanti gue sering-sering traktir. Kemarin-kemarin gue ngirit karena ngumpul duid buat biaya kuliah, biaya nikah, sama cicilan si Jamilah."
"Sekarang si Jamilah udah lunas?" tanya Kang Jefri yang sedaritadi diam saja. Jamilah adalah nama motor kesayangan Bayu.
"Lunas dooong Kang! Tinggal nikah aja iniiii!" Bayu senyum-senyum tidak jelas. Akhirnya waktu yang ia tunggu tiba juga.
"Kapan rencana nikah?" tanya Kang Jefri.
"Lamaran sih udah, kemungkinan dua bulan ke depan Kang. Gue gak mau lama-lama. Lumutan gue nunggu mulu!"
"Yeeeee gak sabaran lo!" ujar Arshaka sembari menepuk bahu bayu.
"Calon kamu tahu kalau kamu anak motor?" tanya Kang Jefri mode serius.
"Tahu Kang."
"Nanti kalau memang sudah menikah, kurangin saja kopdar dan touring-nya. Jadiin keluarga lo prioritas lo. Gak dikit orang di luar sana pisah gara-gara hobi. Kalau memang istri lo nyuruh keluar, keluar aja. Bukan karena lo takut istri, tapi demi kebahagiaan keluarga lo." Kang Jefri menepuk-nepuk bahu Bayu, sedangkan Bayu hanya mengangguk-ngangguk saja.
"Ini berlaku ke semuanya ya. Bukan Bayu doang," lanjut Kang Jefri sembari menelisik satu persatu anggotanya.
"Shaka juga. Kalau lo ngerasa The Baros adalah hambatan lo lama untuk proses lulus kuliah lo. Lo boleh keluar, bagi Kang Jefri cita-cita kalian itu lebih berharga daripada The Baros."
"SIAAAPPP!" ucap semuanya kompak.
🖤🖤🖤
"Shodaqallahulladzim."
Kirana memegang erat Al-Qur'an yang sedang ia baca. Air mata terjun bebas begitu saja mengenai lembar halaman Al-Qur'an yang terbuka.
Ini sudah 30 menit. Kirana belum kunjung juga menyelesaikan satu halaman Al-Qur'an. Yang seharusnya pada manusia umumnya cukup hanya waktu 5 menit. Tetapi, tidak bagi seorang Kirana Larasati.
"Ya Allah, hamba benar-benar cape," ucapnya sembari mengelap air mata yang sudah penuh membasahi wajahnya.
Penyakit was-was atau OCD-nya ini memang semakin hari malah semakin parah. Bahkan, semakin bertambah was-was lain yang sebelumnya tidak ada.
Setiap hari bahkan setiap detik. Kirana harus berperang dengan pikirannya sendiri.
"Sampai kapan ya Allah?" lirihnya sembari mengusap Al-Qur'an yang basah terkena air matanya.
"Aku pingin seperti orang lain yang bisa sholat dengan tenang, yang bisa baca Al-Qur'an dengan nikmat, menjalani hobi dengan semangat, mengejar impian dengan giat. Hamba pingin ya Allah...."
Hari-hari Kirana hanya bisa bergelut dengan dirinya sendiri. Memaklumi luka yang hadir di setiap harinya. Padahal, ingin sekali ia berteriak. Tetapi seperti tertahan untuk melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagaimana Hari Ini, An? [END] ✔️
SpiritualSebuah kisah tentang hidup. Sebuah kisah menjadi manusia. Dalam masa pandemi Covid-19. Lelaki bernama Arshaka Zayn---anggota club motor The Baross yang terkenal dengan kedermawanannya, bertemu dengan cinta pertamanya. Yakni, Kirana Larasati---gadis...