Sholat

47 12 25
                                    

Arshaka tampak cemas, sedari tadi ia bolak-balik di depan ruang tunggu ruangan Daffa. Ada banyak hal yang ia cemaskan. Dari mulai apakah ia masih bisa menemani Daffa? Apakah ia masih bisa melihat Daffa menjadi pilot? Dan masih banyak lagi.

"Bang! Sini duduk!" ucap Bagaskara dengan dahi berkerut sembari menepuk tempat duduk di sebelanya. Ia juga sama cemasnya. Tetapi, ia terlalu bingung untuk mengekspresikannya.

Arshaka duduk di tempat yang Bagaskara maksud, ia tertunduk lesu. Sesekali ia mengacak rambutnya frustasi. Bagas yang sedikit peka itu memandang Arshaka dengan tatapan prihatin.

"Bang, Insya Allah Daffa gak apa-apa." Jari mungil Bagas menepuk bahu Arshaka mencoba menenangkan.

Arshaka menengok ke arah Bagas. Senyuman tulus Bagas mengetuk hatinya untuk membalas senyuman itu. "Terima kasih ya sudah temenin Daffa." Arshaka mengacak kepala Bagas dengan lembut seraya tersenyum simpul.

"Ya Allah Bagas?! Kamu gak gak apa-apa kan?" Kirana datang dengan sangat panik. Ia membolak-balikan wajah Bagas membuat si empunya wajah berdecak kesal.

"Kaaakk mukaku!"

"Kamu gak kenapa-kenapa kan? Kamu darimana?!"

"Aku gak apa-apa Kak. Daffa yang kenapa-kenapa!"

"Oh ya! Daffa gimana Ar?" tanya Kirana yang baru menyadari bahwa ada orang lain selain dirinya dan Bagas.

"Masih menunggu jawaban dokter," jawab Arshaka dengan tersenyum manis. Manusia paling jago menyembunyikan kesedihan ialah Arshaka Zayn orangnya.

"Kamu duduk dulu saja An. Kelihatannya kamu cape, habis lari-larian ya?" Arshaka begitu khawatir melihat tampilan Kirana dengan jilbab yang acak-acakan, juga wajah yang kusam.

'Walaupun kucel, tetep cantik,' batin Arshaka yang kalau saja Kirana tahu pasti sudah mengamuk.

Kirana duduk di samping Bagas tanpa menyahuti ucapan Arshaka. Jadilah posisi duduk mereka, Arshaka-Bagas-Kirana. Kalau orang awam lihat, mungkin mereka dikira keluarga kecil.

Satu detik

Dua detik

Tiga detik

Detik-detik berlalu dan mereka hanya diam. Sibuk dengan pikirannya masing-masing. Arshaka yang memikirkan Daffa, Bagas yang memikirkan soal ujian matematika tadi, dan Kirana yang memikirkan bagaimana caranya ia pamitan pulang.

"Kak aku mau ke toilet dulu sebentar!" ucap Bagas dengan gerakan uget-uget menahan pipis.

"Eee Kakak ikut!"

"Jangan Kak! Khusus cowok!"

"Kakak---"

Belum selesai Kirana bicara. Bagaskara sudah ngacir pergi meninggalkan Kirana dan Arshaka berdua.

Satu detik

Dua detik

Tiga detik

Keduanya sama-sama terdiam. Ini benar-benar momen awwkard bagi seorang Kirana Larasati.

Apa iya Kirana nyelonong gitu saja meninggalkan Arshaka? Bukankah itu tidak sopan? Sudah dibantu mencari adiknya, malah ninggalin. Kirana juga masih punya hati. Ia harus cari alasan untuk meninggalkan Arshaka. Ia tidak mau berduaan dengan lelaki yang bukan mahrom-nya ini.

"Astaghfirullah! Aku lupa!" Perkataan Kirana sedikit membuat Arshaka terkejut.

"Kenapa An?" tanya Arshaka khawatir.

"Aku belum sholat dzuhur! Kamu sudah sholat dzuhur?" tanya Kirana panik.

Pertanyaan Kirana membuat Arshaka terdiam mematung.

Bagaimana Hari Ini, An? [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang