Bertukar Pikiran

45 11 17
                                    

"KAK ANAAAAAAA!" teriak Bagas ketika melihat Kirana turun dari tangga.

"Salam masuk rumah tuh!" peringat Kirana sembari menjewer telinga Bagas.

"I-iyaaaa ampun Kak! Assalamu'alaikum!"

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh." Kirana melepaskan jeweran itu. Lalu, Bagas mengusap telinganya.

"Masih aja galak!" ketus Bagas.

"Tapi ngangenin kan?"

"IHHH GR!"

"Orang Mamah bilang kok ke Kakak kalau kamu kangen katanya HAHAHAHAHA! Dasar! Jadi cowok gengsian!" Kirana mencuil hidung Bagas gemas.

Kirana memeluk Bagas. "Kakak juga kangen kok."

"Heleh."

"Ihh anak ini gengsi digedein!"

"Kak aku mau numpang main di sini ya sama Daffa? Sebentaaaarrrr ajaaaa!" Kan, langsung mengalihkan topik.

"Boleeehh!"

"YEAAYYYY!" Bagas dan Daffa lompat-lompat kesenangan.

Akhirnya Bagas dan Daffa bermain di dalam rumah Kirana. Sedangkan Arshaka dan Kirana pergi ke kamar untuk sekedar mengobrol.

Namun selang dua jam. Kirana mendengar teriakan Bagas yang sangat panik.

"KAK SHAKAAA KAK ANAAAA!"

"Ar kamu denger?"

"Iya! Ayo ke bawah!"

Kirana dan Arshaka cepat-cepat turun ke bawah untuk menghampiri Bagas.

"Astaghfirullah, Daffa!" Arshaka segera mendekat ke arah Daffa yang dahinya di penuhi darah yang terus-terusan menetes di lantai.

Kirana menatap tetesan darah banyak berceceran di lantai rumahnya.

Kirana ingin menangis dalam detik itu juga. Apakah ia akan mengepel seisi rumah berkali-kali?

Apakah Kirana akan menguras tenaga dan pikirannya lagi?

Arshaka segera mengobati dahi Daffa. Ia mendudukan Daffa di sofa. Lalu mengobatinya dengan perlahan. Ia juga memasang kain kasa dan perban untuk menghentikan darah Daffa. Untung saja, Arshaka pernah jadi PMR waktu SMP.

Kirana memperhatikan Arshaka yang begitu telaten mengobati Daffa. Ia benar-benar melihat ketulusan dalam diri Arshaka.

Arshaka memang baik kepada semua orang. Itu yang Kirana tahu tentang suaminya.

"Ya Allah Daf, kamu kalau main hati-hati."

"Iya Bang."

"Daf, jangan sampai darahmu kena sofa ya!" peringat Kirana.

Arshaka dibuat terkejut bukan main. Bisa-bisanya Kirana berbicara seperti itu kepada Daffa yang sedang tertimpa musibah?

Tapi, Arshaka mengerti pasti ada hubungannya dengan penyakit OCD-nya itu.

"Aku pastikan tidak An, kamu tenang saja."

Arshaka teringat satu hal. Kalau Kirana takut berlebihan darah Daffa terkena sofa berarti Kirana akan memusingkan darah yang berceceran di lantai. Dan Arshaka tahu, Kirana pasti akan membersihkannya dengan amat sangat effort. Alias membersihkannya berkali-kali, sampai pikirannya mengatakan cukup.

"An. Kamu masuk kamar saja ya? Biarkan aku yang membersihkan lantainya. Aku belajar tata cara membersihkan najis waktu aku pesantren. Jadi, insya Allah aku bisa membersihkannya."

Tapi, tidak semudah itu seorang pengidap OCD mempercayai seseorang. Bahkan bisa jadi lebih parah pikirannya.

"Tidak Ar, biarkan aku saja."

Bagaimana Hari Ini, An? [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang