Cinta Allah

51 9 11
                                    

"AYOOO BANGUUUNNN SHALIHAAH!" Suara teriakan Ustadzah di depan pintu samar-samar terdengar di telinga Kirana.

Cetrek

Kamar yang tadinya remang, kini menjadi terang benderang. Perlahan Kirana membuka matanya karena silaunya cahaya lampu.

Di depan pintu Ustadzah sudah berdiri tegak dan sudah rapi memakai mukena.

Kirana duduk, lalu menadahkan kedua tangannya dan melafadzkan do'a bangun tidur. "Alhamdullillahilladzi ahyaanaa ba'da maa amaatanaa wa ilaihin nusyuur."

Artinya: "Segala puji bagi Allah, yang telah membangunkan kami setelah menidurkan kami, dan kepada-Nya lah kami dibangkitkan."

Rutinitas yang sudah menjadi kewajiban bagi seorang Kirana Larasati. Karena baginya, dengan cara itu caranya berterima kasih kepada Allah karena masih diberi kesempatan hidup hari ini.

🖤🖤🖤

Setelah melakukan sholat witir dan berdo'a, Kirana memandangi wajah temannya satu persatu.

Ada yang masih sholat dan ada yang sedang mengaji, entah menabung hafalan untuk nanti setoran setelah subuh atau mengulang hafalan yang sudah disetorkan atau biasa disebut muroja'ah.

"Mereka masya Allah sekali. Aku merasa seperti sampah di sini," batin Kirana bermonolog.

Sekarang Kirana paham. Kenapa Allah mengirimkan ia ke tempat ini. Karena Allah ingin Kirana semakin dekat dengan-Nya.

Selama ini, Kirana selalu merasa cukup dengan ibadahnya. Dan tepat saat ini, Kirana menyadari bahwa ibadahnya tidak ada apa-apanya dengan orang-orang yang berada di tempat ini. Kirana benar-benar merasa berdosa, karena selama ini ia merasa cukup dengan ibadah-ibadah yang ia lakukan.

Kirana sekarang mengerti bahwa Allah ingin Kirana melakukan ibadah lebih banyak lagi. Bahwa Allah ingin meningkatkan kualitas keimanan Kirana. Seperti sholat malam, dzikir setelah sholat, sholat dhuha, puasa senin-kamis, dan mengaji bukan hanya siang dan malam. Tetapi hampir waktunya 24 jam, kebanyakan dihabiskan bersama dengan Al-Qur'an.

"Ayo Kak An! Mau aku simakin gak? Kakak pagi ini mau tasmi juz 30 kan?" Itu suara Dania, saudara kembar dari Nadia.

Setelah malam penentuan level. Ternyata Kirana masuk kelas tahsin, sehingga belum dibolehkan setoran. Sempat merasa insecure karena hanya beberapa orang saja yang masuk level tahsin.

Hari demi hari Kirana belajar tahsin bersama Dania, akhirnya Kirana sudah dibolehkan setoran. Tentunya tidak mudah. Kirana sempat menangis karena saking susahnya. Bahkan baru taawudz saja, sudah banyak sekali koreksinya. Bagaimana Kirana tidak menangis? Ia benar-benar merasa paling bodoh di sini. Ditambah OCD-nya yang masih sering kambuh membuat Kirana benar-benar harus extra sabar. Sabar dalam menghafal Al-Qur'an dalam kondisi memiliki gangguan mental.

Dan Kirana bersyukur sekali karena pagi ini Kirana akan melakukan tasmi 1 juz, atau setoran sekali duduk 1 juz. Yaitu juz 30. Setelah banyaknya drama yang ia lalui.

"Gak apa-apa 1 juz?" Kirana menyahut dengan antusias. Pasalnya satu juz bukan hal yang sedikit. Tapi Dania seakan tidak keberatan dengan hal itu.

"Gak apa-apa, aku sudah nabung kok untuk setoran. Ayo Kak!"

Kirana tersenyum. Semua manusia yang ia temui di tempat ini, memiliki kebaikannya masing-masing. Kirana benar-benar bersyukur bertemu orang-orang baik di tempat ini.

"Taawudz dulu yuk Kak. Inget ya Kak bacanya pelan-pelan saja, dan diperhatikan lagi gunnahnya. Berikan huru-huruf haq sesuai dengan haq-nya."

Kirana merasa tidak apa-apanya di sini. Rasanya semua orang yang ia temui di sini adalah orang-orang hebat. Contohnya saja Dania ini. Padahal dia sudah keterima jalur SNMPTN, tapi dia tidak ambil karena katanya mau nambah hafalannya yang masih kurang ketika SMA.

Bagaimana Hari Ini, An? [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang