Bakat

62 14 18
                                    

"Kembali lagi dengan Ali Al Ghazi!"

Suara Ali terdengar samar dari headphone putih yang terpakai rapi di kepala Kirana. Kirana menyetel podcast favoritnya. Ia memilih menikmati waktu liburnya hari ini. Ia duduk santai, sambil bersandar di atas kasur.

Dengan kaki selonjor di bawah meja kecil yang di atasnya terdapat laptop dan dengan sebuah toples berisi cemilan di sampingnya.

Walaupun hari libur, pagi ini Kirana sudah berpakaian rapi. Tadinya, ia mau ke rumah sakit menjenguk Bagas. Karena ini adalah hari ke 8 Bagas di rumah sakit. Dan Kirana belum pernah ke rumah sakit karena selalu saja dilarang oleh Rani. Termasuk hari ini. Ia sudah rapi sedari pagi, ternyata ketika menelpon Rani tetap ia tidak boleh ke rumah sakit.

Padahal, Kirana sangat mengkhawatirkan Bagas. Setiap hari ia bisa menelepon 25 kali untuk menanyakan keadaan Bagas.

"Mamah kenapa sih larang Ana ke rumah sakit terus? Ana kan kangen sama Bagas."

"Kalau kamu pergi Nenek di rumah sendiri."

"Kan hari ini ada Papah di rumah. Terus tadi katanya A Bayu juga pulang ngantor langsung ke sana kan? Tukeran aja, Ana yang ke RS Bang Bayu suruh pulang."

"A Bayu sama Papah mana bisa rawat Nenek."

"Hari ini ajaaa plisss."

"Tidak boleh An, nanti Nenek sama siapa? Kamu juga banyak tugas kuliah kan? Kerjain! Bagas biar Mamah aja yang urus!"

Ia tidak diizinkan Rani untuk stay di rumah sakit karena, nenek sendirian di rumah. Tidak ada yang jaga. Sedang Bayu dan Papahnya pulang kerja sepekan sekali. Selain menjaga nenek, ia juga punya banyak tugas kuliah yang harus dikerjakan.

Meski berat hati. Akhirnya Kirana menerimanya.

Krauk krauk krauk

Kirana menikmati macaroni berbumbu balado dengan nikmatnya. Sembari menonton konten video Ali Al Ghazi. Konten yang berjudul 'Ngobrolin Bakat Bareng Ali'. Walaupun hanya podcast, dan tampilannya hanya berupa tulisan. Entah kenapa, Kirana suka sekali menontonnya. Pesan yang sepupunya itu sampaikan sering kali, masuk ke dalam hatinya.

Bagaimana nanti istrinya? Pasti enak sekali. Bisa menanyakan banyak hal dan juga bisa membahas apa saja. Apalagi sosok Ali pasti sangat memahami Istrinya. Kirana butuh sosok seperti itu dalam hidupnya.

Astaghfirullahaladzim.... Kiranaaaaa zinah pikiran!

"Astaghfirullahaladzim." Kirana membuyarkan lamunannya. Harusnya ia suka kontennya, bukan pembuat kontennya.

Kirana menyukai Ali, tapi dia paham. Jatuh cinta sebelum siap menikah adalah ujian yang berat. Oleh karena itu, setiap pikirannya terlintas tentang Ali ia langsung beristigfar bukan malah buat fake scenario atau halu.

"Kali ini Ali mau bahas tentang bakat."

"Ada 4 jenis bakat. Pertama bakat yang kita tahu, dan orang lain tahu. Kedua, bakat yang kita tahu tapi orang lain tidak tahu. Ketiga, bakat yang kita tidak tahu, orang lain juga tidak tahu. Keempat, kita tidak tahu tapi orang lain tahu."

"Kamu jenis bakat yang ke berapa?"

"Supaya lebih paham. Ali akan berikan contohnya. Contoh untuk bakat jenis pertama. Contoh saja si fulan memiliki bakat publik speaking, ia tahu bahwa bakat dia publik speaking. Lalu, dia sering ikut lomba pidato, atau buat konten di sosial media, dan lain-lain. Itu contoh orang yang ia tahu bakatnya dan orang lain pun tahu."

Bagaimana Hari Ini, An? [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang