Orang Baik

63 11 14
                                    

Ternyata kata dokter, apa yang Arshaka alami yaitu bisa disebut Terminal Lucidity. Yaitu suatu kejadian dimana seseorang mengalami perbaikan keadaan sebelum meninggal. Hal ini umumnya terjadi pada pasien penderita gangguan otak parah. Atau juga bisa merupakan faktor psikologis dimana pasien sudah tahu waktunya sudah dekat. Ini merupakan salah satu anugerah dari Allah, karena dengan itu ia bisa meminta untuk bertemu dengan orang-orang tersayang.

"Bang Jagoaaan jangan pergiii!" Daffa masih saja memeluk gundukan tanah yang telah menutupi jasad Arshaka. Ia benar-benar seperti kehilangan separuh jiwanya. Jari jemari kecilnya meremas bunga-bunga yang yang bertebaran di atas gundukan tanah tersebut.

Setelah mengetahui Arshaka Zayn telah tiada. Akhirnya pihak keluarga memutuskan untuk membawa jasad Arshaka pulang. Banyak warga yang menyambut kedatangannya. Karena sebelum Arshaka pulang, Kirana dengan berat hati meminta tolong kepada salah satu tetangganya agar kematian Arshaka diumumkan di Masjid. Supaya, ketika jasad Arshaka sampai rumah, banyak warga yang membantunya untuk memandikan, menyolatkan dan menguburkan.

"Sekarang Daffa sudah semangat kok. Makanya Abang juga semangat ya!"

"Iya Daf. Umur itu gak ada yang tahu, siapa tahu Abang duluan kan?"

"Tuh kan sekarang Abang yang ngawur!"

Tiba-tiba saja Daffa teringat percakapan dahulu bersama Arshaka. "Bang Shaka sihh ngomong sembarangan!"

"Abang katanya mau lihat aku jadi pilot? Ayo baaangg jangan tinggalin Daffaaa!"

Melihat itu Kirana kembali meneteskan air matanya. Ia tak kuasa menahan tangisnya. Ia benar-benar seperti mimpi. Apakah secepat itu ia harus kehilangan Arshaka? Menyedihkannya lagi, baru saja Kirana memberikan kabar bahagia bahwa ia sudah siap menjalankan tugasnya sebagai seorang istri.

Semua hal tentang Arshaka kembali berputar dalam benak Kirana. Dari mulai Arshaka yang sering menanyakan "Bagaimana hari ini, An?", Arshaka yang suka membawakan makanan kesukaan Kirana ketika pulang kerja, Arshaka yang suka menyampaikan khutbah ketika ia pulang dari sholat jum'at, Arshaka yang selalu menjadi tempat curhat terbaiknya, Arshaka yang selalu mendukung Kirana dalam hal apapun, Arshaka yang selalu mengelus kepalanya ketika Kirana kambuh, Arshaka yang selalu berusaha memahami dirinya. Semua tentang Arshaka kembali berputar dalam benak Kirana.

"An, saya mau keluar."

"Keluar kemana?" tanya Kirana heran.

"Ya keliling-keliling aja."

"Tapi kamu belum makan Ar."

"Ya sambil kamu suapin."

"Ihh kaya bayi aja!"

"Hehe. Ayo sih An, sekaliii ini sajaaa. Habis itu gak lagi deh?"

Kirana semakin terisak mengingat ucapan Arshaka di akhir-akhir hidupnya. 'sekaliii ini sajaaa. Habis itu gak lagi deh?' Ternyata benar ucapannya.

Banyak sekali orang yang menyolatkan Arshaka. Bahkan sampai ke pelataran masjid. Anak The Baross, anak SMK temannya Acil, para preman komplek, bahkan sampai Imron yang terkenal gemulai pun turut serta dalam mengurusi jenazah Arshaka.

"Shak, kenapa lu cepet banget pergi! Katanya lu mau liat gue tobat. Serius deh habis ini gue tobat. Tapi lu jangan pergi ya Shak!" Imron meratapi kuburan Arshaka juga, dengan kesedihan yang begitu mendalam.

"Imron dengerin gue. Gue sebenarnya udah sering sih bilang ini ke lu. Cuma gue janji deh ini yang terakhir gue ngingetin lu. Imron, gak semua cewek itu seperti apa yang lo pikirin. Lo bisa sembuh tanpa harus merubah diri lo menjadi seperti ini. Coba lo lihat bapak dan emak lo. Apa mereka gak sakit hati ngeliat lo jadi begini? Jangan karena lo terlalu cinta sama cewek, lo ngorbanin diri lo dan kedua orang tua lo. Coba lanjutin hidup normal, dan buat orang tua lo bangga. Lo juga bisa cari kesibukan lain supaya lo gak berlarut-larut sama cewek itu. Gue nasehatin lu bukan karena sok alim, tapi karena gue sayang sama lu. Gue takut lu dilaknat di akhirat. Gue udah nganggap lu sebagai saudara gue sendiri. Ayo balik, lo udah kejauhan. Lo gak kangen jadi guru ngaji bocil-bocil komplek?"

Bagaimana Hari Ini, An? [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang