17

75.8K 3.8K 65
                                    


Update kayak begini aja boleh lah ya hehehe. Lagi blank soalnya.
No edit.
Enjoy xx

Mita Pov---
 
 
 
Aku cuma bisa termenung menatap kosong dinding kamarku. Ini pertama kalinya aku merasa ada dentuman keras dihatiku. Ya Tuhan, sesedih ini rasanya sampai air mataku pun enggan mau keluar. Kata-katanya masih terngiang jelas di pikiranku. Hubungan macam apakah yang dia maksud, kakak-adik-zone gitu?

Devan sudah memperjelas tentang hubungan kami. Jadi apalagi yang harus kubuat? Tidak ada lagi kan. Baiklah, mungkin aku ini wanita yang tidak ada sisi manisnya sama sekali. Tapi bisa lihat sendiri apa yang sudah kulakukan untuknya. Apapun yang dia minta selalu aku turuti— bolak-balik antara ruanganku ke ruangannya cuma untuk perintah yang gak ada pentingnya sama sekali, temenin dia ke mall atau restoran, bahkan yang terakhir kali aku rela ke apartemennya demi ngerawat dia sakit meskipun ujung-ujungnya ketemu nenek lampir.

Seharusnya aku mesti senang karena bisa terus-terusan berada di dekatnya. Tapi buat apa juga kalau akhirnya dia cuma kasih harapan palsu. Nah, setelah dia berhasil membuatku dilanda jatuh cinta-dilema-mabuk kepayang, sekarang dia bilang kalau dia cuma menganggapku sebagai adik. Bisa bayangkan gimana sakitnya perasaanku ini.

Ya memang, aku yang pertama kali bilang untuk menganggapku sebagai adik. Tapi aku nggak serius, dan aku yakin dia tau itu. Terlebih lagi yang jadi masalah seriusnya, dia malah terang-terangan menunjukkan sikap kalau dia sama sekali gak masalah dengan adanya Valerie beserta perasaannya. Kurasa memang benar adanya kalau dia gak akan pernah bisa lepas dari wanita itu.

Jadi, selesai sudah kisah cintaku buat pria brengsek itu. Cukup kenyang dia membuatku sampai segila ini. Biar bagaimana pun aku ini punya otak. Aku gak akan mau untuk terus-terusan bertahan buat cinta yang bertepuk sebelah tangan.
 
 
***
 
 
Sesuai janji, aku datang ke kantor hari ini. Tapi hari ini sudah kuusahakan jadi hari yang baru bagiku. Meskipun nantinya aku pasti ketemu dia lagi, tapi kali aku harus bersikap dewasa! Gak akan aku izinkan lagi hatiku berbunga-bunga seperti dulu. Gak akan!

"Bu Mita, astaga... akhirnya ibu masuk kerja juga. Sudah sehat kan, Bu?" Sapa Nanda yang masih tetap polos meskipun aku tinggal berhari-hari.

"Alhamdulillah sehat. Gimana kerjaan saya? Aman kan?"

"Sudah saya amankan, Bu."

Aku tersenyum lega. Walaupun sekretarisku ini lemot tapi dia memang bisa diandalkan.

"Eh Bu Mita, akhirnya masuk kerja juga." Sapa Bu Nini— bisa dibilang office girl senior di kantor ini. Dia juga yang paling ramah dan selalu memberikanku info-info khusus yang akurat tentang karyawan maupun petinggi perusahaan. Aku yakin sebentar lagi pun dia pasti mau kasih aku info terbaru.

"Ya begitulah, Bu. Saya kan manusia juga yang bisa sakit." Jawabku sambil mengaduk-aduk kopi.

"Oh iya Bu Mita, saya punya info terbaru nih. No gosip." Ujar Bu Nini bersemangat. Tuh kan apa yang kubilang.

Aku pun meletakkan cangkir kopi yang baru kuminum di atas meja agar bisa lebih leluasa mendengar cerita Bu Nini. "Info apa bu? Saya jadi gak sabar nih." Ujarku antusias.

"Aduh... saya bingung mau mulai dari mana. Intinya sih, ini tentang Pak Devan."

Damn!!! Kenapa harus tentang dia?? Hampir gue keselek.

"Pak Devan uring-uringan banget lho pas ibu gak masuk kerja kemarin. Dia aja sampai marah-marah ke sekretarisnya yang centil itu karena gak bisa kasih laporan kenapa ibu gak masuk kerja."

Ya ya ya, itu karena aku bisa ngerugiin perusahaan dia kalau terus-terusan absen. Makanya itu dia uring-uringan.

"Hmm... padahal kan kalau dipikir Pak Devan itukan CEO, tapi kok malah dia yang paling kecarian sama ibu ya? Jangan-jangan emang bener gosipnya kalau bos besar naksir sama ibu..."

Hold Me CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang