4

77.6K 4.6K 18
                                    

Aku menatap gedung yang ada didepanku saat ini. Rasa takut memenuhi jiwaku. Sebenarnya apa yang membuatku takut? Kenapa jantungku kayak gak normal begini?

Dengan mengumpulkan seluruh rasa percaya diri, aku memasuki gedung tersebut. Aku menanyakan keberadaan Devan. Ruangannya ada di lantai atas. Kemudian aku bertemu sekretarisnya. Bahkan sekretarisnya aja cantik. Tapi sayang, ekspresinya kelihatan banget judesnya. Cih.

Aku terharu ternyata Devan memang menunggu kedatanganku. Tapi dia lagi ada meeting dan terpaksa aku harus menunggunya. Sambil menunggu aku duduk membaca beberapa koran dan majalah. Dan juga berpikir, sebenarnya kenapa dia bisa kerja disini? Apa jabatannya? Bukannya kata Katya dia pengacara di Sydney.

"Ibu Paramita, Pak Devan sudah tiba. Silahkan anda masuk ke ruangannya." Kata sekretarisnya dengan nada senang gak senang.

Aku bangkit dari tempat dudukku. Aku deg-degan banget. Bahkan lututku juga terasa lemas sekarang. Aku tau aku memang pasti diterima di perusaahan ini -begitulah kata Ayah-. Tapi kenapa aku masih takut ya?

Dengan mengucapkan Bismillah, aku ketuk pintu ruangannya. Terdengar suara perintah masuk dari dalam. Aku masuk dan melihat seluruh area ruangannya. Ruangannya bagus. Laki banget. Kemudian aku melihat arah mejanya. Demi apa disana tertulis kalau dia CEO?!

"Duduk." Perintahnya. Aku menatap wajahnya. Devan ini memang iblis yang menjelma menjadi wujud pangeran. Tampangnya ganteng banget bro, tapi auranya horor sis.

"Sebenarnya anda sendiri tau pasti akan diterima disini. Tapi saya akan tetap melakukan interview sebagai formalitas."

Aku mengangguk. Dia memandangku. Ya ampun, matanya itu loh, tajam banget.

"Apa anda punya pengalaman kerja sebelumnya?"

"Aku.. Eh saya, saya belum punya pengalaman kerja apapun. Tapi saya akan berusaha bekerja dengan baik disini."

"Ya sudah. Anda akan saya letakkan di bagian keuangan. Nanti akan ada seseorang yang akan menunjukkan ruangan beserta hal hal yang lain."

Sudah? Begitu aja? Interview macam apa itu!

Gak lama, seorang cewek masuk ke dalam ruangan. And yes, she's another beautiful girl. Cewek itu pun memperkenalkan diri, namanya Tania. Kemudian Devan menyuruhku untuk ikut dengan si Tania itu.

"Terima kasih ya Pak." Ucapku semanis mungkin. Sedangkan dia hanya membalasnya dengan anggukan singkat seraya menggerakkan tangannya, mengisyaratkan aku untuk segera keluar. Kayak najis gitu. Sial.

Aku pun mengikuti kemana langkah cewek di depanku ini. Dari belakang kuperhatikan dia tubuhnya dari atas sampai bawah, se-detail mungkin. Body nya seksi bok! Liat aja baik depan maupun belakang montok banget. Aku jadi iri.

"Hemm.. Mbak, Kak..."

"Panggil Tania aja." Ucapnya ramah.

Aku mengangguk. "Hem, Tania, kalau boleh tau kamu kerja di bagian apa?"

"Oh, aku personal assistant nya Pak Devan."

Great! Pinter banget tuh cowok. Pilih personal assistant aja secantik dan seseksi ini. Dasar!

Tania menunjukkan ruangan untukku. Aku punya ruangan sendiri. Setelah itu Tania menjelaskan hal hal lain padaku. Alhamdulillah yah, aku punya kerjaan sekarang. Bisa punya duit sendiri.

Syukurlah ruanganku beda 2 lantai dari ruangan Devan. Lagipula dia kan CEO. Jadi kemungkinan keterlibatanku sama dia gak begitu banyak. Aku gak mau keseringan ketemu sama makhluk kayak dia.


 

Hold Me CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang