Senin adalah hari malas nasional. Dan hari ini juga aku harus ke ruangan bos ku si iblis itu. Tadi pagi Ayah datang ke kantor untuk mengecek keadaan. Dia juga bertemu denganku dan menyuruhku memberikan laporan buat Devan tanda tangani.
Pukul 11 siang. Sebentar lagi jam makan siang. Jadi aku pun bergegas menuju ruangannya. Sampai disana aku gak lihat tanda-tanda keberadaan sekretarisnya, pasti dia lagi makan siang. Dan kemungkinan lagi Devan makan siang juga . Tapi karena aku sudah terlanjur ada disini, jadi niatnya aku letakkin aja berkas-berkas ini di mejanya.
Walaupun kemungkinan Devan gak ada di ruangannya, aku tetap mengetuk pintu. Hanya sekedar antisipasi aja kalau dia ada di dalam. Tapi udah 3 kali ku ketuk tetap tidak ada jawaban. Berarti dia gak ada di dalam. Aku pun langsung masuk tanpa permisi.
Aku mendadak terlonjak kaget, tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Aku hampir berteriak, namun kutahan dengan tanganku. Devan dan Tania lagi make out ! Gimana gak kaget coba.
Tania langsung mendorong tubuh Devan begitu sadar keberadaanku. Dia pun berdiri dan benerin pakaiannya. Bukannya malu, dia malah jalan keluar sambil berlagak kesel. Dasar jalang!
Aku masih terdiam di depan pintu. Lalu Devan menyuruhku masuk.
"Ada apa?" Ujarnya.
Sebelum menjawab pertanyaannya, aku memperhatikan raut wajahnya sejenak. Dari raut wajahnya kayaknya dia gak ada merasa berdosa sama kelakuannya barusan. Dia masih memasang tampang cool kayak biasanya. Astaga, manusia macam apa Devan ini? Sudah ketahuan berbuat mesum tapi berlagak kayak gak ada kejadian apa-apa.
"Ini, ada yang harus anda tanda tangani." Kataku berusaha setenang mungkin. Dia pun mengambil berkas yang ada di tanganku. Dia menanda tanganinya semua per lembar dengan cepat. Tapi setelah itu dia gak langsung mengembalikan berkas itu padaku. Dia memperhatikan wajahku.
"Tampang lo biasa aja dong." Ucapnya tiba-tiba dengan senyuman penuh ejek.
CUKUP! Aku sudah gak peduli lagi dengan perbedaan umur kami yang cukup jauh. Aku sudah gak peduli lagi dia abang sahabatku. Demi apapun aku sudah gak peduli lagi siapa pun dia. Aku sudah gak tahan lagi.
"Gimana bisa gue biasa aja ngeliat orang make out di kantor." Ucapku sedikit berteriak.
"Oh gitu ya? Ya udah. Mulai sekarang lo harus biasain ngeliat kek gituan di kantor." Jawabnya santai sambil mengembalikan berkasnya padaku. Aku masih terdiam heran melihatnya.
"Kok masih diam disini? Kenapa? Lo mau ngaduh sama Ayah? Aduhin aja."
Aku tertawa sinis. "Lo pikir gue anak kecil yang tukang ngaduh. Itu sih urusan lo."
Aku langsung pergi keluar dari ruangannya. Nyebelin banget kan. Dia kan udah punya pacar yang aku lihat di restoran kemarin. Terus dia selingkuh sama personal assistant nya sendiri. Malah pake acara make out segala lagi. Jijik banget.
***
Sore ini, sepulang kerja aku janji ke rumah Katya. Rencananya jam 7 kita mau hangout gitu. Sampai di rumahnya, aku mandi dan berganti pakaian. Lalu menunggu di ruang tamu.Katya datang. "Yuk, berangkat." Ujarnya.
Aku bergegas. Namun tiba-tiba ada yang masuk melalui kami. Itu Devan.
Aku dan Devan saling pandang. Dia masih seperti biasa, menunjukkan tampang cool nya. Sedangkan aku berusaha menatapnya sesinis mungkin.
"Hai Kak. Tumben udah pulang jam segini." Ujar Katya yang kayaknya girang banget ngeliat abangnya pulang.
"Hari ini capek banget. Mau tidur." Kata Devan dengan masih menatapku. Tatapan iblis.
Katya keheranan melihat tingkah kami. "Kalian kenapa? Kantor lagi ricuh ya sampe buat tampang kalian ricuh gini."
"Enggak kok, Kat. Udah ah yuk kita makan malam di luar. Gue laper banget." Aku langsung menarik Katya keluar. Aku bisa berantem kalau lama-lama tatapan sama manusia itu.
***
"Mita."Baru saja aku ingin memasuki lift. Tapi ada suara yang gak asing memanggilku. Aku membalikkan badanku. Ternyata Bunda.
"Bunda, ada apa kok tiba-tiba kesini? Mau jumpain siapa?" Tanyaku.
"Ini loh, handphone Devan ketinggalan. Tadinya dia suruh supir yang bawain. Tapi karena berhubung Bunda juga mau kesini, ya udah Bunda aja yang anterin."
"Oh, Bunda mau kesini ketemu Ayah ya?" Tanyaku lagi.
"Iya. Kita ada makan siang bareng client sekaligus temennya Ayah. Tapi ngomong-ngomong kamu mau ke atas juga kan? Nih, sekalian Bunda minta tolong kasi ke Devan ya. Abisnya Ayah udah nunggu." Pinta Bunda.
Meskipun sedikit ragi tapi akhirnya aku mengangguk. Aku pun mengambil handphone itu. Sebenarnya aku males banget ketemu muka dia lagi. Aku sudah cukup senang gak ketemu dia 2 minggu belakangan ini. Tapi karena itu permintaan tolong Bunda, ya mau gak mau.
Aku masuk ke lift dan langsung menuju ke ruangannya.
"Ibu Paramita, ada urusan dengan Pak Devan?" Tanya sekretarisnya yang cantik tapi dandanannya makin lama makin gak pantes dilihat.
"Gak ada sih. Tenang aja, saya cuma mau ngasih handphone dia yang ketinggalan."
Sekretarisnya memandangku curiga. Aku tau, pasti dia berpikir bagaimana bisa handphone Devan ada bersamaku. Tapi aku gak peduli dengan apapun anggapannya.
Sebagai formalitas, aku mengetuk pintu. Biar bagaimana pun dia orang penting di kantor ini.
"Masuk." Ucap Devan. Aku pun mulai masuk. Dan demi neptunus, lagi-lagi Devan memberikanku kejutan. Saat ini dia sedang memangku seorang anak kecil dan mereka terlihat sangat akrab. Awalnya aku gak peduli siapapun anak itu. Tapi setelah ku perhatikan kok mukanya mirip Devan ya? Ah, paling itu keponakan dari sepupunya. Secara aku tau kalau anggota keluarga besar dia memang banyak. Jadi wajar mukanya mirip.
Aku berjalan perlahan ke arahnya. Dari dekat, kulihat anak itu terseyum padaku. Aku pun balas tersenyum. Anak yang ramah pikirku. Gak lama anak itu tertawa tanpa sebab. Tawanya membuat anak itu makin gemesin. Devan pun melihat ke arahku dan tersenyum lembut.
"Kenalin. Ini Gavin, anakku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold Me Closer
RomanceAku cuma perempuan biasa yang gak begitu terburu-buru dengan masalah cinta. Sampai akhirnya atau lebih tepat sialnya aku bertemu dengan Devan. Pria yang dingin, kasar, dan sinis. Dan yang lebih menyakitkan lagi, Devan adalah pria dengan selera yang...