24

66.3K 3.1K 49
                                    

cepat aku update kan? hehe ya iyalah, karena abis ini aku bakal dihajar sama tugas tugas lagi. jadi ya kemungkinan bakal lama lagi updatenya huehehehe, sabar yaa.

udah ah di part ini aku nulisnya agak random. tapi semoga gak mengecewakan yeee.
Jgn lupa voment, biar aku semangat nulisnya!

***

Aku benar-benar gak percaya dengan siapa aku berhadapan sekarang. Aku melongo sampai Valerie masuk ke apartemenku tanpa kusuruh sama sekali. Aku mendesis. Sangat disayangkan perempuan cantik, elegan, dan dari kalangan sosialita tapi gak punya rasa sopan santun sama sekali.

"Mau apa kamu kesini?" Tanyaku dingin. Cukup kenyang dia buat pikiranku kalang kabut karena kedatangannya dari Singapura.

"Gak nyangka ternyata kamu yang tinggal disini." Katanya sinis sambil mengelilingi sekitar ruang tamuku. Lihat, dia bahkan gak jawab pertanyaanku.

"Aku tanya mau apa kamu kesini?" Tanyaku sekali lagi.

"Jam 5 pagi tadi aku punya urusan mendadak yang mengharuskan aku datang ke apartemen temanku disini. Entah suatu kebetulan, apartemen temanku satu lantai sama kamu. Dan..." Dia membalikkan tubuhnya dan menatapku penuh kebencian. "Aku lihat Devan keluar dari pintu itu." Sambungnya sambil mengedikkan dagunya ke pintu utama apartemenku.

Aku mengepalkan kedua tanganku. Sumpah, pengen banget aku tonjok perempuan satu ini.

"Tadinya aku cuma iseng, siapa sih kira-kira bahan Devan kali ini. Oh, ternyata kamu."

"Bahan? Apa maksud kamu?"

Dia tersenyum sinis. "Masih pura-pura polos, sayang? Udah deh, gak usah ditutup-tutupin lagi identitas kamu. Kelihatannya aja baik tapi ternyata..."

"Tolong buang semua pikiran busuk kamu itu!" Kesabaranku mulai menipis. Jadi yang dia maksud aku sejenis perempuan murahan kayak dia, begitu?

"Asal kamu tau, gak pernah sejarahnya Devan menginap di rumah perempuan kalau gak melakukan hal tertentu." Katanya penuh penekanan di kata-kata terakhir.

"Kalau begitu kali ini dugaan kamu salah besar. Devan cinta sama aku. Dia hargai aku layaknya perempuan terhormat. Jadi jangan pernah samakan aku dengan perempuan-perempuan yang ada di masa lalunya."

Dia tertawa begitu mendengar penjelasanku. Ya Tuhan, kenapa bisa-bisanya ada manusia kayak dia?

"Dulu aku memang kira kamu polos. Tapi gak nyangka kalau ternyata pemikiran kamu sepolos ini." Dia melangkah lebih dekat ke arahku. "Kamu tau gak, semua cewek yang pernah singgah di hidupnya juga pernah dirayu begitu. Termasuk aku. Devan bilang sayang, cinta, dan kata-kata meyakinkan lainnya."

Hatiku kecilku berbisik untuk jangan percaya omongan si medusa ini. Devan percaya sama aku jadi aku juga harus ngelakuin sebaliknya.

"Gak seharusnya kamu percaya gitu aja, Mita. Kalau aja kamu tau cerita awalnya kenapa aku bisa jatuh cinta sama Devan, pasti kamu bakal percaya." Sekarang kedua tangannya memegang pipiku. "Devan itu pembohong. Semua omongannya penuh bualan sampai aku bisa hamil. Dia terpaksa nikahi aku padahal aku cinta sama dia. Aku rela ngelakuin apa aja demi dia. Tapi dia cuma anggap aku gak lebih dari sekedar pelacur."

Air mata Valerie mulai berlinang di matanya. Aku tatap matanya, kelihatan jelas ada rasa luka disana. Kutahan air mataku supaya gak ikut terjatuh. Supaya apa juga aku mewek-mewekan sama dia.

"Terus kenapa kamu masih mau berharap sama dia? Itu berarti kamu lebih bodoh dari aku."

"Kalau seandainya aku bisa pilih, aku pengen selamanya bisa lepas dari dia. Tapi kamu tau kan itu gak mungkin. Aku punya anak dari dia. Seterusnya aku akan selalu berhubungan sama dia."

Hold Me CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang