18

66.4K 3.6K 51
                                    

Halo readers.
Aku update nih. Jangan kesel ya kenapa updatenya lama bgt. Masih alasan yang sama, sibuk sama real life. Jadi ini aku usahain update loh.
Karena part ini penuh sama ketidakjelasan, jadi commentnya galak galak ya. Jangan bully aku :( [author takut dibully wkwk]
Enjoy!


***



Sabtu pagiku lumayan terganggu kali ini karena alarm yang berirama musik dangdut koplo bergema memenuhi seisi kamar. Agak gila memang. Tapi ini ampuh lho. Dan bagi yang heran kenapa harus pakai dangdut koplo, karena alasannya aku memang banyak menyimpan beberapa musik dangdut koplo di smartphoneku.

Oke, jangan bahas alarm sialan itu lagi. Sekarang yang perlu dibahas adalah acara 7 bulanan Kak Windy yang dimulai jam 10 pagi nanti. Aku yakin semua pasti berjalan lancar kok. Tapi yang jadi masalahnya, aku belum ada persiapan apapun untuk acara itu. Bahkan aku pun gak tau bagaimana wujud acara 7 bulanan itu.

Jangan lupa jam 10 nanti ya. Awas kalo telat! Rasanya baru 5 menit ngumpulin nyawa, aku sudah dapat WhatsApp ancaman dari seorang perempuan paling nyebelin di dunia ini, Katya.

"Berisik amat sih nih orang." Omelku pada diri sendiri. Entah kenapa aku cukup malas buat balas pesan Katya kali ini. Aku tau banget kalau Katya itu orang yang cukup bodoh untuk diminta saran. Jadi lebih baij aku memutuskan menelpon Nanda, sekretarisku yang cantik nan jelita itu.

Cukup lama menunggu, akhirnya dia mengangkat telponku. "Halo." Suaranya kedengaran jelas seperti orang yang baru bangun tidur. Ya jelaslah, ini masih pukul 6.10 pagi, hari libur pula. Aku rasa kalau aku bukan atasannya mungkin aja dia sudah memakiku habis-habisan.

"Hmm, maaf ya Nanda ganggu hari liburnya. Abisnya saat ini cuma kamu yang terlintas dipikiran saya." Ujarku gak enak.

"Oh gak apa apa kok Bu. Ngomong-ngomong ada apa?" Syukurlah suaranya kedengaran lebih baik daripada yang tadi.

"Hmm begini, saya mau tanya. Kalo acara 7 bulanan itu pakai acara kasih kado gak sih? Terus kalo kasih kado cocoknya kasih apaan ya? Atau apa perlu saya gak usah kasih kado tapi kasih doa aja?"

"Aduh jangan Bu Mita, entar dikira pelit. Kasih perlengkapan bayi aja."

"Tapi saya kan gak tau bayinya cewek atau cowok."

"Iya juga ya. Ya sudah deh, parcel bayi aja."

"Emang perlengkapan bayi sama parcel bayi beda ya?" Tanyaku. Terdengar suara Nanda yang mengela nafas panjang. Oke oke, kayaknya pertanyaanku kali ini gak perlu dijawab.

"Ya udah deh. Saya mau sarapan dulu. Makasih ya sudah mau angkat telpon saya." Tanpa babibu aku langsung mematikan sambungan telponnya. Memang aku ini atasan yang kurang sopan.

"Parcel bayi ya..." Gumamku. "Tapi kan mall belum buka sepagi ini. Terpaksa deh datangnya jam 12 siang nanti. Paling kena sembur sama Katya."

Setelah berpikir lumayan lama, akhirnya aku mantap mutusin buat datang terlambat di acara nanti. Selanjutnya aku membuat nasi goreng plus ayam goreng buat sarapanku pagi ini. Selagi membuat sarapan entah kenapa tiba-tiba aku teringat pertanyaan Katya beberapa bulan yang lalu.

"Gak bosan tinggal sendirian terus, Mit? Gak niat bawa adik lo kesini? Atau lebih pasnya cari pasangan hidup?"

Aku selalu bisa menjawab apapun pertanyaan Katya. Tapi kali itu pertanyaannya cuma bisa kubalas dengan senyum. Memang 5 tahun hidup sendirian itu berat. Terlebih lagi harus jauh dari keluarga. Soal bawa adikku kesini kayaknya gak mungkin, karena dia maunya kuliah di luar negeri. Dan soal pasangan hidup, itu yang paling sulit.

Sudah pernah kubilang kalau cuma Dion-lah satu satunya cowok paling baik di antara mantanku yang lain. Aku pernah dimanfaatkan, dijadikan pelarian, bahkan ditipu. Nasibku memang malang. Karena itulah berulang kali aku sempat berpikir mau balikan lagi ke Dion, karena cuma dia yang paling pengertian. Tapi Katya melarang.

Hold Me CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang