23

67.8K 3.3K 69
                                    

Lumayan cepat kan aku update haha.
Bilang makasi dulu sama authornya! Bilang gak!! *maksa*
 

***

Aku menghirup aroma kopi yang masih mengepul panas. Memberi sedikit gula dan mengaduk-aduknya. Sedangkan di depanku Katya sibuk dengan laptopnya sambil sesekali jawab pertanyaan si kecil Gavin yang duduk disampingku. Alasannya ada wifi gratis di cafe yang sekarang kami kunjungi ini. Heran deh, padahal di rumahnya pun tersedia jaringan wifi. Tapi maklumlah, Katya memang agak terganggu jiwanya.

Tapi yang agak mengganggu disini bukan Katya yang cuekin aku dan sibuk sendiri sama internetnya. Tapi Gavin. Nggak, aku gak benci dia kok. Yang jadi beban pikiranku itu mengenai kabar kedatangan Valerie 3 hari lalu. Tapi kenapa sekarang anaknya malah bareng Katya? Kemana dia? Atau lagi berduaan bareng Devan?

Aku menggelengkan kepalaku. Aku ini mikir apaan sih? Ngebayangin mereka lagi berduaan aja aku keselnya setengah mati.

"Lo kenapa nyet? Gelengin kepala tiba-tiba?" Katya membuyarkan khayalanku.

"Otak gue lagi panas nih." Jawabku sambil mengipas tanganku seakan-akan suhu memang sedang memanas.

"Seharusnya lo pesan minuman dingin. Eh, ini malah kopi yang daritadi panasnya gak hilang-hilang."

Benar juga. Gak pakai basa basi lagi aku langsung menggelinding ke barista memesan cappucino dingin. Tapi tenang, kopiku yang mulai berangsur dingin tadi pun tetap aku minum juga.

"Ngomong-ngomong tiap weekend kok gue lihat Gavin sering bareng lo ya, Kat." Ujarku basa basi.

"Gak tiap weekend juga kok. Kebetulan aja hari ini gue nyulik dia dari emaknya. Pengen ngajak dia nongkrong. Biar gaul kayak kita."

"Emberrr."

Katya tertawa, entah karena pembicaraan kami atau video lucu di laptopnya. Sedangkan aku kembali meminum 2 minumanku secara bergantian.

"Tante, hari ini Gavin mau nginep sama Papa." Gavin tiba-tiba kembali bersuara.

"Aduh... Papa lagi sibuk. Apartemennya aja berantakan banget. Dimana-mana penuh kertas-kertas kerjaannya." Ujar Katya. Tapi reaksi Gavin belum juga reda. Ya kali anak kecil ngerti soal kerjaan.

"Hmm, gimana kalau nanti malam kita suruh Papa yang datang ke rumah malam ini. Setuju?" Katya berusaha meyakinkan Gavin sambil mengedipkan matanya beberapa kali

"Anterin dong Gavin ke bapaknya. Kasian tauu." Sahutku.

Katya melototkan matanya dan memberi isyarat dengan telunjuknya supaya mendekatkan jarak kami. "Sstt... jangan bilang begitu. Kalau dia nginap di apartemen Kak Dev, nanti mamanya juga ikutan nginap disana." Bisik Katya.

Ludahku mendadak tercekat di tenggorokan. "Ooh... oke." Jawabku datar.

Katya balik sibuk sama urusannya. Demi ketenangan Gavin, dia ngeluarin ipadnya dan menyuruh anak itu main game disana. Sesekali dia tersenyum disaat gamenya menang.

"Eh Mit," Panggil Katya. "Gue ada kenalan nih. Dia rekan kerja gue di rumah sakit. Tapi dia udah spesialis. Kayaknya cocok deh buat lo."

"Ha?"

"Orangnya ganteng dan baik lagi. Gak brengsek kayak mantan lo si Dion itu." Ujar Katya berapi-api. "Oh ya, gue juga udah nunjukkin foto lo ke dia. Katanya lo cantik banget."

"Katyaaa!" Teriakku tanpa sadar. "Kebiasaan deh suka bertindak tanpa izin."

Beginilah kalau punya teman yang kelewat dekat. Sayangnya udah kayak saudara, tapi nyebelinnya setengah mati. Malah rasanya pengen aku bunuh aja ini orang.

Hold Me CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang