Hai semuanya *kecup satu-satu*. Sorry ya lama update, aku sibuk sekali huhu. Tapi ini cerita masih ada yang mau baca gak sih woi? Lololol
Karena lama update (lah apa hubungannya?) aku cuma mau ngasi tau aja kalo pada dasarnya cerita ini lebih ke sisinya Mita. Jadi harap maklum kalo POVnya Devan dikit (tapi diusahain banyak kok).
Dan bagi yg masih kurang paham nih aku jelasin kalo baik Mita maupun Devan itu emang sama-sama orang independent. Jadi karena aku udah terlanjur buat begitu dari awal makanya agak susah nyatuin dua orang keras kepala ini. Begitu dah.
Dannn baiklah mumpung lagi baik di part ini aku kasilah bagiannya Devan. Biar aman dulu di part ini.
So, enjoy beibeh
——————
Aku melengguh di atas tempat tidurku. Pantas aja badanku terasa sakit karena ternyata daritadi aku tertidur dengan posisi duduk. Dasar Mita sialan, gak bisa apa kasih sedikit perhatian ke aku."Dev, udah bangun?"
"Val.." Aku kebingungan melihat Valerie yang entah sejak kapan berdiri di depan pintu kamarku. "Mita mana?" Tanyaku penasaran.
"Oh... Dia udah pulang." Jawabnya singkat.
"Kamu gak ngomong apa-apa kan ke dia?" Tanyaku tanpa basa basi. Entah kenapa perasaanku berubah tak enak. Atau lebih tepatnya pikiranku berubah kotor. Tapi cepat-cepat kuusir pikiran kotorku itu.
Valerie tersenyum lebar. "Ya enggaklah, Dev. Pasti kamu pikir aku ngomong yang nggak bener ke dia kan?"
Jawaban Valerie belum bisa membuatku cukup lega. Aku sangat kenal wanita seperti apa Valerie ini. Sifatnya gak secantik fisiknya. Meskipun nada bicaranya lembut, tapi ucapannya sangat tajam. Mungkin aja saat aku tertidur dia mengucapkan hal yang 'tidak bagus' ke Mita. Tapi itu masih kemungkinan. Aku masih percaya Valerie gak akan melakukan sekejam itu.
"Kamu udah makan? Udah minum obat?" Tanya Valerie sambil mengelus lembut kepalaku.
"Udah kok tadi dikasi makan plus obat sama Mita."
"Oh." Jawabnya singkat. Tapi sesaat kemudian langsung tersenyum lalu mencium bibirku sekilas.
Aku menatap lekat wanita di hadapanku itu. Wanita yang sempat gak sengaja ku nikahi selama 2 tahun. Dan juga wanita yang telah melahirkan anakku. Meskipun sebelumnya aku belum pernah berencana memiliki anak, tapi aku bahagia sudah memiliki Gavin dihidupku. Setidaknya hidupku jauh lebih membaik dengan kehadiran Gavin.
"Oh iya Val, ngomong-ngomong Gavin mana?" Tanyaku yang tiba-tiba teringat Gavin.
"Dia aku titipin di rumah orang tua kamu. Ntar kalo kesini dia bisa ketularan sakit." Valerie menggenggam tanganku. "Aku juga mau balik ke Singapore besok. Bulan depan baru bisa balik kesini. Jadi kamu jaga kesehatan ya. Aku gak mau lagi ada orang asing ngerawat kamu."
"Mita bukan orang asing." Kataku tegas. "Kan aku pernah bilang kalo Mita itu udah jadi bagian penting di keluargaku."
"Iya iya. Aku tau." Valerie memutar bola matanya seolah-olah dia memang gak punya rasa tertarik sedikitpun ke Mita.
Aku berdehem. "Aku boleh gak minta sesuatu sama kamu."
"Apa?"
"Aku mau Gavin tinggal disini bareng aku. Boleh kan?"
Valerie terdiam. Aku tau dia pasti kurang setuju. Tapi aku harus tetap bersikeras supaya anakku bisa tinggal disini. Setidaknya aku jauh lebih baik merawatnya. Tinggal bersama ibunya hanya sekedar title. Karena pada kenyataannya Gavin lebih banyak diurus oleh babysitter ketimbang ibunya sendiri. Sedangkan Valerie sering berpergian ke luar negeri dengan kelompok sosialitanya. Bahkan sebelum menjengukku sekarang ini, aku tau dia baru pulang berpesta di kapal pesiar bersama teman-temannya di Miami. Dan setelah ini aku tidak tau lagi kemana tujuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold Me Closer
RomanceAku cuma perempuan biasa yang gak begitu terburu-buru dengan masalah cinta. Sampai akhirnya atau lebih tepat sialnya aku bertemu dengan Devan. Pria yang dingin, kasar, dan sinis. Dan yang lebih menyakitkan lagi, Devan adalah pria dengan selera yang...