Mata indah itu terbuka pada akhir nya. Dahi nya mengernyit memandang bingung langit-langit kamar bernuansa gelap yang menenangkan. Lalisa memejamkan mata nya lagi, ia buka pelan dan memandang ke arah luar jendela. Mentari seharus nya sudah menggedor kaca jendela itu, kan? Walau di tutupi tirai yang besar namun cahaya terang nya berusaha melambai dari selah kain yang tak di tutup rapat.
Helaan nafas pelan di lakukan lalisa. Ia menatap ke sekeliling kamar Jungkook tidak ada siapapun di sana. Melihat ke arah jam di dinding sudah pukul sepuluh pagi, mungkin Jungkook sudah pergi, pikir nya lagi.
Ia mendudukkan diri di tempat tidur yang jauh lebih berantakan dari sebelum nya. Lalisa terheran apa yang sudah terjadi sampai sekacau ini keadaan kamar mereka. Cermin itu, cermin yang berada tepat di depan lalisa menjawab semua nya. Tercekat lalisa dengan saliva nya sendiri, bergetar lirih bibir nya memandang si pelacur sedang tertutup selimut putih dengan bahu yang polos dan bercak biru yang menyelimuti hampir di seluruh permukaan kulit lehernya.
Lalisa menurunkan pandangan nya, ia buka selimut itu dengan tangan yang gemetar pelan. Lalisa tersenyum luka, menggigit bibir nya dengan air mata yang tidak dapat ia cegah. Akhirnya iblis itu tidak bisa menahan, akhirnya iblis itu menunjukkan alasan dari semua kebaikan. Ya, iblis itu bersandiwara selama ini hanya untuk sebuah rasa penasaran saja, kan?
Lalisa melipat bibir nya ke dalam, ia tutup wajah nya dengan selimut putih dan menahan suara isak tangis yang sudah sangat ingin mengeluarkan kekecewaan nya. Dia kehilangan mahkota berharga nya, harga diri yang ia jaga sebagai seorang wanita. Tidak salah ini semua jika hubungan mereka tidak berjangka, tapi pada kenyataan nya nanti dia lah yang terbuang pada akhir nya dan mendapat gelar barang bekas dari seseorang yang sudah tak menginginkan nya.
Pintu putih itu terbuka, lelah mata lalisa langsung menajam melihat siapa orang di balik pintu itu. Dia, pria yang bertanggung jawab atas segala nya masuk ke dalam kamar dengan dua anjing di sisi kanan dan kiri nya.
"Kau, sudah bangun?" Jungkook menelan saliva nya, ia tarik nafas dalam-dalam sebelum masuk ke dalam kamar.
Jungkook tidak menunjukkan ekspresi apapun, ia menutup pintu membiarkan kedua anak nakal mereka masuk dan berlari naik ke tempat tidur menciumi ibu mereka. Tidak ada pergerakan dari lalisa, mata nya memancarkan kebencian yang teramat parah. Tangan itu ia genggam kuat pada selimut yang ada di depan dada nya. Bam menjilat wajah lalisa, love merebahkan kepala nya pada paha lalisa, tidak ada pergerakan yang membuat ia luluh saat amarahnya pun sudah dapat di tangkap Jungkook pagi ini.
"Aku bisa jelaskan, Lalisa"
Lalisa beranjak cepat dari tempat tidur. Ia berjalan menuju jungkook yang juga perlahan mendekati nya. Langkah lalisa terhenti, ia terjatuh kelantai dengan rintihan sakit nya. Lalisa meringis, menggigit bibir nya merasa seakan ingin remuk tulang belulang nya, terlebih rasa nyeri yang luar biasa ia rasakan di pangkal paha nya.
"Hati-hati" ucap Jungkook.
Uluran tangan pria itu membuat lalisa murka. Sentuhan lembut Jungkook justru seperti belati yang menyiksa nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
90 Days | Lizkook
Lãng mạn{M} hanya sembilan puluh hari yang di minta Jungkook dari lalisa. Jadilah istri nya sebelum pria itu menikah dengan wanita yang berjasa dalam hidup nya. Satu kalimat penyelamat seakan angin surga untuk gadis yang enggan menjual keperawanan nya demi...