{M} hanya sembilan puluh hari yang di minta Jungkook dari lalisa. Jadilah istri nya sebelum pria itu menikah dengan wanita yang berjasa dalam hidup nya. Satu kalimat penyelamat seakan angin surga untuk gadis yang enggan menjual keperawanan nya demi...
Lalisa terus saja tersenyum memandangi kotak berisikan jam tangan rolex bewarna emas pilihan nya. Ia merasa bahagia atas hadiah yang ia pilih untuk Jungkook, menurutnya jam tangan adalah hadiah yang pas agar Jungkook tidak pernah melupakan waktu. Jungkook harus mengingat kapan harus pulang menemui istrinya, kapan waktu nya makan dan kapan waktu nya berhenti dan beristirahat.
Jalanan kota Seoul tampak lapang siang ini. Mungkin sebagian penduduknya sedang bekerja di dalam gedung-gedung tinggi pencakar langit di sisi jalan. Lalisa menatap bingung ke arah luar, ia baru sadari jalanan yang mereka lewati justru menjauh dari jalanan yang biasa ia lewati saat ingin pulang ke mansion Jungkook.
Lalisa menatap ke arah Milano yang sejak tadi hanya diam. Bahkan, senyuman yang ia dapati saat Milano mengajak nya mencari hadiah untuk Jungkook pun sudah tidak ada lagi. Mata Milano menatap tajam kurus ke depan, dengan urat-urat tangan yang kelihatan. Sepertinya, pria itu sedang menggenggam stir dengan sangat erat.
"Oppa, kita mau kemana? Kau mau membeli hadiah lain?"
Tidak ada jawaban dari Milano. Ia hanya diam, menatap ke arah jalanan dengan tatapan yang sangat membenci. Seolah jalanan aspal itu memiliki kesalahan terhadap nya.
Lalisa menghela nafas pelan. Ia memeriksa tas kecil yang ia kenakan. Ternyata lalisa lupa membawa ponsel nya. Dia tidak meminta izin pada Jungkook saat pergi tadi, mungkin suami nya sudah pulang mengingat pesan terakhir yang Jungkook kirimkan mengatakan seperti itu.
Sudah pukul 12 siang. Lalisa melihat jam yang berada pada LCD mobil milik Milano. Ia menatap lagi, mau kemana Milano sebenar nya. Merasa bingung tidak ada jawaban, namun tidak memiliki kecurigaan yang mendasar pula. Mobil itu memasuki sebuah jalanan yang sepi. Milano perlahan menghentikan laju mobil nya. Lalisa tersentak saat tarikan rem tangan mengeluarkan suara yang mengejutkan lamunan nya.
Kreek!
"Kita dimana Oppa?" Tanya lalisa.
Milano menghela nafasnya. Mata kecil itu masih menajam tidak ada ketulusan seperti biasa saat lalisa sering memandang nya "Turun!"
"Apa? Tapi--ini dimana?"
Lalisa menatap ke sekeliling jalanan ini. Tidak ada rumah ataupun bangunan apapun. Ia melihat ke arah depan, ada sebuah mobil bewarna merah dengan kaca film yang begitu gelap sedang mendekat ke arah mereka.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Siapa dia?"
"Turun!"
"Tunggu Oppa, itu siapa? Bagaimana kalau orang yang jahat. Bagaimana kalau anak Charlie yang dicari-cari suami ku"