Peluh yang bercucuran membasahi dahi lalisa. Kaos longgar yang ia kenakan juga tampak sudah tak nyaman di kenakan. Lembab, rambut tebalnya kini nampak tipis karena keringat yang membelenggunya. Sungguh malam yang melelahkan.
Lalisa bekerja keras membersihkan apartemen kecil yang ia tinggali. Segala sudut ruangan ia bersihkan dari kotoran yang menumpuk karena lalisa tidak pulang sudah sejak seminggu. Rasanya, menginap di tempat Azura membuat ia nyaman terlena karena ruang kamar yang jauh lebih besar dari milik nya.
Namun lalisa harus pulang sekarang. Ia mencuci sendiri pakaian kotor yang teramat banyak dan memasak mie instan untuk makan malam yang terlambat. Tidak pun pernah lalisa mengeluh, karena ini keinginan nya, ini cita-cita nya. Dari pada harus berkerja di restauran Italia yang ayah nya punya di Thailand, lalisa lebih memilih bersusah payah menggapai harapan masa kecil nya. Harapan sang ibu pula.
drt drt drt.
Getar ponsel genggam yang ia letak di atas meja terdengar ke telinga. Lalisa menyingkap helaian rambut nya yang berjatuhan saat menyeruput mie instan yang telah siap ia masak beberapa menit lalu.
"Halo" satu suara yang melambung menyapa sahabat karib nya yang ntah ada apa, pukul dua belas malam tiba-tiba menghubungi lalisa.
"AKU MENEMUKAN NYA!!!"
Azura, lalisa sampai terperanjat karena mendengar teriakan memekik di telinga. Ia jauhkan benda pipih itu dan memejamkan mata sesaat lalu ia buka kembali. Mencoba mengontrol emosi, yang sekali lagi di katakan sangat sempit ruang sabar lalisa hingga mudah meluap jika ada yang membuat nya kesal.
"Ada apa!! Kau tidak lihat ini jam berapa huh?"
"Ah maaf, hehe"
Lalisa menghela nafas nya "ada apa? Cepat katakan. Aku baru selesai mencuci pakaian, mau tidur"
"Aku menemukan pembeli mu"
Hening suasana diantara mereka. Saat Azura menanti ucapan apa yang akan di katakan lalisa. Berbanding terbalik dengan gadis itu. Ia tertegun menatap wajah nya yang lelah di depan cermin. "Aku menemukan nya". Satu kalimat yang sulit dipercaya lalisa. Bagaimana bisa Azura mendapatkan pembeli yang akan membayar nya semahal itu. Bahkan, jika pria gila itu ingin bercinta dengan artis kelas atas pun tak perlu ia mengeluarkan uang terlampau banyak seperti yang diminta lalisa.
Kenapa?
Batin lalisa bertanya, ia genggam erat ponsel di tangan sebelum melanjutkan obrolan mereka.
"Dimana kau menemukan nya Azura?"
Azura tersenyum dari sebrang sana seolah ia bersemangat menemukan jalan keluar untuk sahabat karib walau dengan cara yang salah.
"Aku menghubungi teman ku. Nama nya Leon, ibu leon seorang mucikari. Jadi aku tawarkan kau pada ibu nya"
Lalisa menggigit bibir nya, rasa khawatir kini menyelimuti jiwa. Bukan kah ia yang setuju kalau pembeli nya bersedia dengan harga 125 juta? Lalu saat menemukan calon pembeli hati kecil itu menolak untuk menjajakan diri dan menghinakan martabatnya di depan pria, Ntah itu siapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
90 Days | Lizkook
عاطفية{M} hanya sembilan puluh hari yang di minta Jungkook dari lalisa. Jadilah istri nya sebelum pria itu menikah dengan wanita yang berjasa dalam hidup nya. Satu kalimat penyelamat seakan angin surga untuk gadis yang enggan menjual keperawanan nya demi...