"Hyung, kookie mau beli es susu pisang boleh?"
"Tidak boleh, nanti mami marah. Marah nya bukan sama kookie tapi hyung yang menanggung nya nanti"
"Kalau beli es kelim boleh?"
"Itu sama-sama es kookie, tidak boleh"
Bocah kecil berusia lima tahun itu terduduk di tanah, ia menekuk bibir merah nya yang basah. Mata tidak suka ia pancarkan pada sang kakak yang berusia lima tahun lebih tua dari nya. Jeon Milano yang kemanapun ia pergi bermain selalu membawa sang adik turut bersama nya hanya bisa berdesis, tampak nya ia harus membujuk rayu Jungkook kecil lagi, lagi dan lagi.
"Berdiri kookie, itu kotor"
"Nggak! Semua semua tidak boleh, padahal kookie mintanya es kelim bukan es susu pisang. Es kelim kan tidak ada es yang bulet-bulet nya. huh! bilang aja Hyung pelit"
"Kookie sering sekali flu setelah minum es. Hyung yakin kita akan ketahuan kalau kookie makam es cream hari ini"
"Hyung" mata bulat nya mulai berkaca-kaca, seolah ia yang berbalik membujuk kakak nya.
"Tidak boleh kookie, ayo kita pulang ini sudah sore"
"Kookie mau es kelim Hyung" mohon nya lagi dengan air mata yang sudah menetes di pipi.
Milano yang tidak tega dengan wajah sendu adik nya hanya bisa menghela nafas dan membantu Jungkook berdiri dari tanah yang kotor. Pria tinggi itu bersimpuh di depan adik tersayang nya, adik satu-satunya nya yang ia punya. Milano menepuk pelan-pelan pakaian serba denim yang Jungkook kenakan. Sangat lembut, jangan sampai niat membersihkan pakaian Jungkook yang kotor menyakiti adik kecil nya.
"Yasudah, Hyung belikan. Jangan menangis ya" ucap Milano.
Jungkook tersenyum ceria dengan air mata yang masih membasahi mata bulat nya. Milano masih membersihkan tubuh Jungkook dari pasir yang menempel. Ia elus lembut telapak tangan Jungkook yang kotor dan mengusap air mata adik kesayangan nya.
"Jangan nangis ya, Hyung belikan" Milano berujar sekali lagi. Rasa-rasanya jika Jungkook menangis itu akan melukai hati nya juga. Biarlah, jika Jungkook terserang flu dan dialah yang akan dipersalahkan kedua orang tua mereka, karena dia putra sulung keluarga itu.
Jungkook memandang sang kakak dengan wajah berbinar, memang begitu cara dia memandang Milano, katanya Milano kakak terbaik di dunia. Teman-teman Jungkook sering berkelahi dengan kakak laki-laki mereka, tapi Milano tidak pernah sekalipun membentak Jungkook. Kakak laki-laki mereka selalu berebut mainan baru dengan adik nya, tapi Milano selalu mengalah untuk Jungkook. Ia akan berikan barang baru untuk kookie nya, dan mengambil yang lama untuk ia simpan sebagai milik nya, tidak apa karena begitu besar cinta Milano untuk adik semata wayang nya.
Suatu ketika pernah Jungkook berbuat kesalahan. Saat itu ia bermain di ruang tengah mansion mewah mereka. Sudah dikatakan oleh Milano jangan bermain bola di dalam rumah, tapi Jungkook kecil selalu saja sulit di atur oleh kakak nya.
Di sudut ruangan itu ada gucci antik milik Dazon yang ia dapatkan dari pelelangan para mafia di Italia. Sangat sulit mendapatkan Gucci dengan gading gajah tertanam di dalam nya dan tidak sedikit pula uang yang dikeluarkan oleh Dazon. Gucci itu tampak jatuh ke lantai dan pecah terburai tak berbentuk karena bola volly Jungkook.
Gemetar tubuh Jungkook kecil dan hampir menangis rasanya. Ia sering mendengar Dazon membentak para penjaga dan pelayan mereka, dan ia tahu pasti Dazon juga akan membentak nya, bahkan sampai memukul sama seperti saat ia melihat Dazon memukul salah satu penjaga mansion mereka.
Derap langkah terburu terdengar. Jungkook langsung berlari kebelakang tubuh sang kakak yang juga mematung di ruang tengah dekat sofa. Dazon keluar dari ruang pribadi nya, tatapan dengan pancaran amarah terlihat di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
90 Days | Lizkook
Romansa{M} hanya sembilan puluh hari yang di minta Jungkook dari lalisa. Jadilah istri nya sebelum pria itu menikah dengan wanita yang berjasa dalam hidup nya. Satu kalimat penyelamat seakan angin surga untuk gadis yang enggan menjual keperawanan nya demi...