[27] druxy

239 56 9
                                    

Silau, cahaya yang entah darimana asalnya ini membuat Renjun tidak bisa melihat apapun. Ia tidak ingat sudah sejak kapan ia bisa mengendalikan kesadarannya dan apa yang membuatnya ada di tempatnya saat ini.

Perlu beberapa kali mengerjap untuk Renjun bisa melihat kembali dengan jelas. Setelah penglihatannya kembali, Renjun menyerit. Ia betul tidak ingat kapan semua ini di mulai, kenapa tiba-tiba dirinya sudah ada di depan sebuah sungai dengan pemandangan hutan hijau menyegarkan.

"Apa aku bermimpi lagi?" Gumamnya pada dirinya sendiri. Karena sebagaimana ia bermimpi, Renjun tidak merasakan adanya ancaman ataupun perasaan resah di tempat antah berantah ini.

Memilih pasrah, Renjun kemudian memilih untuk menikmati pemandangan yang membuat hatinya tenang. Seolah-olah tidak ada sedikitpun beban dunia yang di embannya.

Setelah puas bermain air sungai yang mengalir dengan tenang itu, Renjun berbalik, hendak menjelajah lebib jauh. Namun gerak tubuhnya terhenti ketika melihat seorang pemuda duduk memperhatikannya di sebuah batang kayu.

"Hai." Pemuda itu menyapa singkat dengan senyuman hangat.

Renjun diam tidak membalas, ia benar-benar merasa deja vu sekarang. Kondisi ini benar-benar sama persis dengan apa yang Renjun mimpikan sehingga dia nekat menenggak obat tidur. Namun bedanya, saat ini waktu terasa berjalan lebih lambat dari mimpi-mimpi sebelumnya. Serta, si pemuda itu yang angkat bicara karena biasanya, ia hanya diam seraya memegang tangan Renjun untuk berkelana.

"Apa aku mengagetkan mu?" Suara pemuda itu terdengar lagi, membuat Renjun tersadar.

"Sedikit, apa aku bermimpi?" Tanya Renjun.

Pemuda itu meringis, "maafkan aku, tapi yah, kurang lebih ini benar adalah mimpi mu."

Renjun mengangguk paham. Seperti apa yang di sebutkan di awal, Renjun merasa kelewat tenang tanpa merasakan resah.

"Aku juga minta maaf untuk semua hal yang kau dan teman-temanmu lalui belakangan ini."

Renjun tersentak sedikit, "kau berasal dari villa Jeno? Kau hantu?!" Mata kecil Renjun melotot lebar.

Melihat reaksi itu, sang pemuda malah tertawa geli. "Aku ini arwah, Renjun."

"Waahhh, kau juga tau nama ku! Kau benar-benar arwah yang melayang-layang di sekitar villa Jeno!"

Sang pemuda tertawa lagi. "Renjun, ada bermacam makhluk yang hidup berdampingan dengan mu, dan beberapa diantaranya adalah yang tidak bisa kau lihat. Seperti aku, minhyung hyung, dan juga arwah jahat yang sudah mengganggu mu."

"Lalu, siapa kau? Kenapa aku bisa ada disini?"

Sang pemuda kembali mengulas senyum. "Nama ku Kim Jungwoo, dan setelah sekian lama berencana dengan Minhyung hyung, akhirnya aku bisa membawa mu kemari."

"Tapi untuk apa? Dan bagaimana bisa kau mengenal Minhyung hyung?"

"Kau pasti bertanya-tanya kan, kenapa kalian bisa mendapatkan teror di villa itu, padahal kalian tidak salah apapun?"

Renjun mengangguk.

"Sama seperti yang lainnya, aku juga meminta pertolongan mu dan teman-teman mu, Renjun."

"Pertolongan seperti apa? Apa kalian meminta kami untuk menguak kebenaran kematian kalian yang tidak adil dan mencari jasad kalian yang tidak kunjung di temukan?"

Sosok Jungwoo itu menggeleng pelan. "Pertolongan ini bukan untukku, tapi untuk kakak ku. Ia masih hidup."

Renjun kaget mendengarnya.

Jungwoo lalu mengulurkan tangannya ke arah Renjun, "ayo, ikut dengan ku, dan akan aku  ceritakan semuanya kepadamu."

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Spirit Of The DreadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang