Happy Reading!
...
Kila berjalan lemah kearah sang ibu yang sudah tiada, dibantu Divya yang selalu memegang lengan sesekali mengelus punggung itu.
Gadis itu sudah berusaha untuk menahan tangisan yang berlomba-lomba ingin keluar dari pelupuk mata. Dia terduduk di sebelah tubuh yang terbaring kaku dengan kain putih dan batik sebagai penutup.
Pertahanan Kila runtuh seketika saat membuka kain putih yang menutupi wajah cantik bundanya, ia langsung memeluk tubuh kaku tersebut sembari menangis dengan keras diselingi kata-kata yang menyayat hati.
"BUNDAAAA HIKS, KENAPA HIKS BUNDA HIKS NINGGALIN KILAAA HIKS" suara yang amat keras itu menggema di dalam ruang tamu rumahnya
Memang jenazah terpaksa di bawa masuk kedalam rumah ini, karena ibu Kila tidak memiliki saudara di dekat tempat tinggalnya, dan juga ibu Kila adalah anak tunggal. Tapi syukurnya sepupu dan kerabat dekat dari ibunya berdatangan saat mendengar berita tersebut. Mereka jauh-jauh dari luar kota untuk langsung pergi ke tempat kejadian.
"B-bunda hiks Kila mohon bangun ya hiks, Kila sendiri disini hiks, Kila takut hiks" lirih gadis itu tepat di telinga sang ibu
"Maaf bund hiks Kila telat hiks" gadis itu memeluk sang ibu dengan derai air mata
Divya meneteskan air mata, karena ia juga dekat dengan ibunya Kila. Beliau memang sangat baik, murah senyum, dan bisa menjadi pendengar yang baik bagi orang terdekatnya. Banyak sekali orang-orang yang nyaman saat di dekat bunda Kila itu, termasuk Divya.
"Bunda, Yaya harap bunda tenang disana. Semoga semua kebaikan bunda selama ini ke Yaya bisa menjadi jalan untuk bunda menuju surga" batin gadis itu
"Hiks bunda bangun!! Hiks bunda bangun!! " Kila memukul-mukul lantai keramik rumahnya sambil tertunduk di bahu sang bunda
Air mata tak henti-hentinya keluar, Kila terpaksa bangkit saat sahabatnya memeluk ia di sebelah. Dengan sesegukan Kila membalas pelukan Divya sembari menangis.
"Bunda Yaya hiks bunda hiks, pengen bunda Yaya hiks" ia seperti anak yang merengek kepada ibunya
Karena beberapa menit yang lalu seorang wanita berumur lima puluh tahun memberitahu bahwa jenazah ibu Kila akan di mandikan, membuat Divya menarik sahabatnya itu untuk menjauh dan membiarkan jenazah untuk di mandikan.
"Nak Kila makan dulu yuk" ajak salah satu wanita dengan tangannya yang membawa sepiring nasi lengkap dengan lauk-pauk nya
Kila menggeleng pelan, wajahnya mulai pucat. Matanya pun memerah dengan pipi yang basah akibat air mata, sesegukan masih terdengar di telinga mereka, dan tatapan kosong itu sudah mengartikan keadaan dirinya sekarang.
"Ayok Kil, makan dulu lo pucet banget" ucap Divya sambil mengusap dahi Kila yang berkeringat
Mata merah itu perlahan sayu, ia spertinya lelah akibat menangis. Dan gadis disebelahnya mengehela nafas.
"Ibu taruh aja makanannya disini, Kila biar saya aja yang urus" Divya tersenyum setelah mengatakan itu dan mengambil alih piring yang tergeletak diatas karpet tadi.
"Yaudah kalau gitu, suruh Kila nya makan ya nak. Kalau bisa dipaksa aja, kasian nak Kila nya pucet banget itu. Saya takut dia kena maag" wanita itu pergi menuju sekumpulan ibu-ibu yang sedang menyiapkan bunga-bunga untuk pemakaman nanti
"Kilaa, makan dulu yuk. Biar perut lo ke isi, gak papa kok satu suap. Yang penting lo ada makan, kalau lo sakit bunda sedih liatnya Kil. Lo juga harus bangkit dari keterpurukan ini, bunda gak bakal suka liat anak kesayangannya nangis terus. Makan yaaa" ujar Divya lembut sambil memegang sendok berisi nasi untuk ia suapi
Suapan terakhir yang diterima Kila setelah ia mendapatkan paksaan dari sahabatnya itu, keadaannya sekarang belum bisa dikatakan membaik. Sifat Kila berubah drastis dari sebelumnya, Divya pun merasa bahwa gadis berhijab instan berwarna hitam itu bukanlah seperti sahabatnya.
Tatapan kosong dan lebih memilih banyak diam seperti banyak argumen dan pikiran yang berkelahi di dalam otaknya apalagi dengan hatinya yang hancur saat melihat satu-satunya orang yang membuatnya kuat tiba-tiba pergi dengan tidak wajar, yaitu tewas terbunuh oleh ayahnya sendiri.
﹍﹍﹍﹍﹍﹍﹍﹍﹍﹍﹍
Setelah prosesi pemakaman selesai, kini para pelayat mulai meninggalkan tempat itu dan hanya tersisa kerabat dekat Kila, tak lupa juga Divya yang selalu berada disamping gadis itu dengan sang suami yang menatap iba pada sahabat istrinya.
"Kilaa" panggil salah satu keluarga dekat sang bunda, wanita berusia lima puluh satu tahun itu mendekat
"Tante tunggu di rumah ya, kamu cepet pulang. Soalnya mau hujan" ucap wanita itu sambil menatap kearah langit yang sudah berwarna abu-abu pekat, kebetulan pemakaman ini dekat dengan kediamannya.
Kila mengangguk serta tersenyum tipis "Iyaa tante" tangan yang mulai keriput itu mengelus kepala Kila yang tertutupi hijab sambil tersenyum lembut
"Eum Kil, gue ke toilet dulu ya"
Setelah kepergian Divya, Kila tertunduk lemas melihat gundukan tanah yang ditaburi oleh bunga-bunga. Air mata terus menerus disetiap detiknya.
"Kila" panggilan itu tak digubris oleh sang pemilik nama
Sebuah tangan bertengger di kedua pundak gadis itu membuat sang empu terkejut dan menoleh
Hallo ges
Maaf ya baru up hehe, akhir-akhir ini lagi sibuk banget. Maaf juga chapter nya pendek😁
Jangan lupa pencet bintang nyaaa🌟
Sayang kalian banyak-banyak🫂❤
Babay👋🏼🌷✨
Sabtu, 13 Januari 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Reyhan!
Random"pak! saya ini udah capek-capek ngerjain. kok tetep salah sih!! jawabannya kan udah bener" "yaa tapi, saya mau kamu pakai rumus yang A bukan yang B" "kan cuman beda rumus bapak!!!" "gak mau tau, kalau saya bilang pakai rumus yang A, yaa yang A" "...