Prolog

938 41 0
                                    

🌷

Bethari Achara mengikuti satu pelayan pria yang membawakan makanan untuk bos mereka. Sebenarnya ia tidak diminta untuk ini tapi perasaannya masih tidak tenang karena Fynn Orion Satra. Ia juga tidak tau kenapa. Kenapa hatinya melakukan ini? Seperti yang dikatakannya tadi, apa yang terjadi pada Fynn bukan urusannya tapi sekarang ia dalam perjalanan kembali ke kamar itu.

Saat mereka masuk, Beth mengira Fynn masih tertidur tapi ternyata tidak. Ia memperhatikan punggung Fynn yang tidak tegap seperti biasa. Fynn berdiri sendiri di balkon kamar tanpa menyadari kedatangan mereka. Beth tidak tau apa yang dipikirkan Fynn sekarang. Hujan sudah reda, hanya menyisakan gerimis dan hawa dingin.

Beth sudah membaca artikel tentang penyakit itu sampai membuatnya merasa menjadi dokter dadakan. Kondisi mental yang menyebabkan serangan panik yang dipicu oleh trauma masa lalu. Mengalami kejadian traumatis adalah hal yang berat bagi siapapun. Mereka yang mengalaminya akan sangat mungkin memikirkan peristiwa mengejutkan dan menyakitkan itu sepanjang waktu dan hal itu dapat mempengaruhi kehidupan mereka. Memang hal yang sulit untuk menyesuaikan diri dan menerima perubahan setelah kejadian traumatis, tapi selalu ada cara untuk membuatnya terasa lebih baik. Beth percaya itu. Kehilangan kedua orang tuanya juga menjadi trauma tersendiri untuknya. Beberapa orang beruntung karena bisa mengatasi dirinya sendiri dan melanjutkan hidup, seperti Beth, sedangkan beberapa orang yang lain akan memilih untuk menghukum diri mereka sendiri seumur hidup. Seperti halnya Fynn.

"Makan siangmu sudah siap, Tuan Fynn." ucap pelayan itu setelah selesai menyusunnya di meja makan kecil. Fynn berbalik badan dan terlihat kaget saat tatapannya beradu sejenak dengan Beth. Tidak menduga sama sekali akan keberadaannya. Dan kenapa Beth menatapnya seperti itu? Apa dia kasihan? Fynn tau dan ia tidak suka setiap kali orang-orang menatapnya dengan kasihan. Ia akan sedih dan juga kesal. Fynn kembali menatap jauh keluar seakan tidak peduli.

Hening. Hanya tinggal mereka berdua yang saling diam untuk beberapa saat. Beth tersadar dan mengerti jika Fynn tidak ingin diganggu sekarang. Lagipula niatnya untuk memastikan keadaan Fynn baik-baik saja sudah terpenuhi. Ia bersyukur untuk itu. Beth ingin melangkah keluar tapi tercekat saat mendengar Fynn bersuara.

"Aku benci hujan." ucap Fynn pelan dan tertahan. Membuktikan kalau ia sungguh membenci air yang turun dari langit itu. "Hujan selalu membawa kabar buruk, kesedihan dan kematian." rahangnya mengeras geram. Beth mendengarkan dalam diam karena itulah yang Fynn butuhkan. Dan sekarang ia bisa menangkap sedikit pesan dari Fynn tentang pertanyaan yang selalu di pikirannya tadi.

"Tapi tanpa hujan juga tidak akan ada kehidupan. Aku suka hujan." Beth berhenti bicara saat Fynn berbalik badan dan menatapnya sekali lagi. Bukan tatapan keras. Beth bisa merasakan rasa bersalah dan kerinduan yang teramat di mata menarik itu. "Maaf, aku tidak bermaksud lancang, Tuan Fynn."

Aku suka hujan. Kata-kata itu. Fynn mengalihkan pandangannya ke pagar balkon sambil mengerjap cepat. Mencoba menghilangkan air mata yang keras kepala kembali menggenang di kelopak matanya. Kakinya lemas tapi ia tidak mau terlihat lemah di depan orang asing. Tidak di depan Beth. Fynn menenangkan dirinya sampai ia benar-benar siap.

"Bukankah sudah kubilang untuk memanggil namaku saja kalau kita sedang berdua?" Fynn melangkah masuk menghampirinya. Sekarang Beth bisa melihat jelas wajah lelah dan pucat itu. Dan yang mengejutkan lagi, Beth tidak menghindar. "Maaf kalau tadi kau harus melihat itu semua. Menyedihkan 'kan?" Fynn mendesah menyesalkan. Beth yang secara kebetulan mengetahui rahasia kecilnya.

"Setiap orang punya kelemahan dan itu tidak apa-apa."

🌷

Love Hurt Love Heal [ semi hiatus ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang