*
Perlahan mata Fynn bergerak lalu terbuka saat merasakan sentuhan di sebelah lengannya. Kepalanya masih berat dan pusing tapi bisa mengenali siapa wanita disampingnya kini. Fynn memandang lampu hias yang tergantung di langit-langit kamar lalu menghembuskan nafas lelah sekali. Fynn berusaha mengingat apa yang terjadi kepadanya. Bagaimana ia bisa berakhir di ranjang ini? Sudah berapa lama ia tidak sadarkan diri? Hujan sudah berhenti? Semua tentang hujan deras itu menyebabkan reaksi fisik dan emosinya secara berlebihan. Fynn panik dan tertekan. Masa lalu mengambil alih dirinya.
"Kau sudah bangun?" Dokter Anna membuka tensimeter dari lengan Fynn.
"Ya." suara Fynn serak. Ia menelan ludah, tenggorokannya kering. Tau apa yang dibutuhkan Fynn, Dokter Anna langsung memberinya minum.
"Bagaimana perasaanmu sekarang?"
"Aku baik."
"Tapi tekanan darahmu naik seperti kakek-kakek." tatapannya kesal pada Fynn. "Kau harusnya langsung menghubungiku kalau obatmu habis. Jangan seperti ini."
Fynn mengangguk kecil, mengaku salah. Obat anti-depresan yang biasa ia bawa kemana-mana untuk pencegahan, sebenarnya sudah habis selama ia berada di Paris. Saat kembali, ia tidak langsung melaporkannya pada Dokter Anna. Fynn merasa sehat dan yakin tidak akan terjadi apapun jika ia kambuh suatu saat tapi ternyata ia salah. Fynn masih tidak bisa mengendalikan diri dari traumanya. Fynn membeli obat itu hari ini lewat daring di apotek langganannya untuk saat-saat terdesak. Tapi Fynn kambuh tepat setelah masuk kedalam kamar hotel yang dipesan.
"Kalau Jessica tau—"
"Tidak, aku mohon jangan katakan apapun padanya. Dia tidak perlu tau." Fynn duduk dibantu dokter dan menyandar di kepala ranjang. Ia tidak mau kakak iparnya yang sedang hamil khawatir. "Dia akan panik." Dokter Anna cukup dekat dengan Jessica. Dan jika itu mengenai kondisi kesehatan Fynn, seakan tidak ada rahasia diantara si dokter dan kakak ipar.
"Lihatlah, kau mengkhawatirkan orang lain sementara tidak dengan dirimu sendiri." ia mendesah. "Dan jangan bilang padaku kalau tidak ada alasan lagi untuk mencintai dirimu sendiri." dokter cantik itu memperingatkannya.
"Kau benar-benar tau aku, Kak Anna. Aku semakin jatuh cinta padamu." godanya sambil tertawa kecil dengan mata yang sendu. "Mau menikah denganku?"
"Aku serius, Fynn. Sungguh." Dokter Anna mendesah memperhatikan wajah pucatnya. Ia benci saat Fynn mengatakan hal buruk tentang hidupnya. "Kami semua menyayangimu—"
"Aku tau, terima kasih, Kak Dokter." potong Fynn. Ia tidak ingin membicarakan hal sensitif ini. Tidak sekarang. Ia tidak mau orang-orang selalu merasa kasihan padanya.
"Baiklah." Dokter Anna mengangguk saja. Ia menepuk sebelah pipi Fynn lembut seperti adiknya sendiri. Ia sangat tau sifat pasiennya yang keras kepala ini. Menjadi dokter pribadi Fynn selama empat tahun terakhir membuat mereka sudah seperti keluarga kandung. "Kau harus makan yang banyak dan jangan terlambat. Minum obat dan vitaminmu secara teratur, mengerti."
"Mengerti."
Mereka berdua tersenyum. Dokter Anna lalu mengambil bukunya diatas meja nakas, membaca isinya sebentar lalu menatap Fynn yang tertunduk sambil memijat pelipisnya.
"Sekarang kita lebih serius, Fynn." ucap si dokter. Fynn balik menatapnya. "Tadi Jane May menceritakan sedikit tentang bagaimana kondisimu saat kambuh. Dan menurut catatanku, apa yang terjadi hari ini tidak jauh berbeda seperti kondisi di tahun pertamamu. Yang mana itu sangat buruk. Kita berdua tau, dua tahun ini kau sudah banyak kemajuan. Lebih baik dan lebih kuat. Jadi, boleh aku tau kenapa bisa begini lagi?"
Fynn tidak langsung menjawab. Apa yang dikatakan Dokter Anna memang benar. Mental Fynn sudah cukup baik dan cukup kuat untuk menjalani lagi hari-hari dengan normal. Fynn tau dirinya sendiri dan bisa merasakan perubahannya. Sebelum ini, beberapa hari belakangan Fynn sering mengalami kilas balik mulai dari hal-hal kecil bahkan dalam mimpi. Apa pemicunya? Ia yakin akan satu hal. Apa yang terjadi di kolam renang adalah jawabannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Hurt Love Heal [ semi hiatus ]
Romance"Tuan Fynn, sekali lagi, aku minta maaf, ini salahku aku tau dan aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi." ia tidak peduli lagi dengan suaranya yang bergetar. Fynn terus mendengarkan. Ia tidak tau kalau reaksi Beth akan sesedih ini. Membuatnya be...