***
Hujan lebat kembali mengguyur kota senja ini. Siapapun yang memilih untuk tidur ditemani cuaca sejuk seperti sekarang pasti akan sangat nyenyak. Tapi tidak semua orang merasa begitu, terlebih dengan sosok yang terbaring di sofa empuk kantornya. Fynn mencoba untuk tidur dengan tenang tapi mimpi buruk kambuhan itu terus menghantuinya.
Fynn bermain dengan ponselnya sembari menunggu disalah satu kursi dalam bandara. Sudah lima belas menit berlalu dan tepat jam delapan malam. Tidak lama kemudian ia tersenyum sambil melambai pada ketiga orang yang ia kenal. Orang-orang yang ia sayangi dan juga rindukan. Fynn semakin tersenyum saat melihat seorang gadis kecil dengan ransel merah muda langsung berlari ke arahnya, melompat ke pelukannya. Memeluk lehernya erat.
"Aww, kau tambah berat. Apa saja yang kau makan di Thailand, huh?" goda Fynn. Gadis kecil dalam gendongannya hanya tertawa geli. "Bagaimana liburanmu?"
"Sangat menyenangkan, Kak Fynn. Lain kali kau dan Kak Ari harus ikut. Ya ya?" pintanya semangat.
"Itu pasti." Fynn mengangguk cepat. "Kami merindukan kalian semua." ia menatap lembut pada kedua orang tua yang tersenyum memperhatikan mereka.
"Kami juga merindukan Kak Fynn dan Kak Ari. Benarkan Papa, Mama?"
"Tentu, sayang." keduanya kompak.
"Oh ya? Tapi sepertinya aku lebih merindukanmu karena tidak ada yang bisa aku ganggu dirumah." ia menggelitik perut kecil itu, membuatnya tertawa lagi.
"Kau bisa mengganggu Kak Ari.."
"Ahh itu benar, tapi dia pemarah. Menakutkan." bisik Fynn dengan berpura-pura bergidik ketakutan. Mereka berempat tergelak bersama.
"Kau tidak perlu menjemput kami, Fynn. Kami bisa menelpon supir atau naik taksi untuk pulang." segan Tuan Warland. Ia tau Fynn baru saja memulai karir bisnisnya di Orion Hotel setelah lulus dengan nilai terbaik dari universitas. Pasti melelahkan setelah bekerja harus menjemput mereka di bandara.
"Tidak apa-apa, Pa. Aku tidak sibuk." Fynn akrab. "Ariya bilang kalian akan pulang hari ini. Dia merengek ingin ikut tapi juga tidak bisa meninggalkan tugas akhirnya." ia tersenyum mengingat kebingungan Ariya tadi.
"Anakku yang satu itu semakin sibuk saja." Nyonya Warland tertawa kecil.
Sambil bercerita tentang liburan Keluarga Warland sepuluh hari di Thailand, mereka berempat berjalan menuju mobil milik Fynn yang terparkir di depan bandara. Tentu yang paling antusias bercerita diantara mereka adalah si gadis kecil, Yaana Warland. Setelah memasukkan semua barang-barang bawaan mereka ke dalam bagasi mobil, Fynn pulang bersama keluarga kekasihnya ini, Ariya Warland.
"Hujannya sangat deras disini." komentar Tuan Warland yang duduk di samping Fynn. Ia melihat keluar jendela saat mereka berhenti di lampu merah. Cuaca yang berbeda dari Thailand yang baru ditinggalkannya beberapa jam yang lalu.
"Iya. Sudah hampir tiga hari ini selalu hujan." Fynn kembali menjalankan mobilnya dengan pelan. Jarak pandang sangat pendek dan keadaan jalan raya cukup licin. Ariya yang di rumah sudah berkali-kali mengiriminya pesan untuk berhati-hati dijalan dan cepatlah pulang.
"Aku suka hujan." timpal Yaana kemudian. Fynn tersenyum mendengarnya. "Aku sudah menciptakan satu lagu tentang hujan."
"Oh ya, kenapa kami tidak tau?" ibu disampingnya bertanya.
"Umm itu karena lagunya belum selesai, Mama." alasan yang bisa diterima.
"Bisa kami mendengarnya sekarang?" pinta Fynn sambil melihat wajah kecil yang sedang bersiap-siap dengan suaranya itu dari spion kabin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Hurt Love Heal [ semi hiatus ]
Romance"Tuan Fynn, sekali lagi, aku minta maaf, ini salahku aku tau dan aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi." ia tidak peduli lagi dengan suaranya yang bergetar. Fynn terus mendengarkan. Ia tidak tau kalau reaksi Beth akan sesedih ini. Membuatnya be...