Love - p10

153 21 4
                                    

-

Lain mengajak Bethari bertukar cerita ringan tentang tugas-tugasnya di hotel. Bethari sangat senang menjawab dan mengutarakan pendapatnya karena mereka tidak lagi membicarakan sosok Fynn. Pintu kantor kemudian terbuka tanpa salam yang membuat Lain dan Bethari menoleh bersamaan ke depan pintu.

"Lain~"

"Hei—" Lain yang tersenyum saat melihat siapa yang datang berkunjung kemudian dahinya mengerut melihat raut wajah sang istri. Istrinya, Jessica yang menangis. Oh Tuhan. Lain bangkit menghampirinya sementara Bethari ikut berdiri sambil memperhatikan keduanya yang sekarang sedang berpelukan.

"Kenapa? Kenapa kau menangis?" khawatirnya.

"Aku merindukanmu..." gumamnya, membuat Lain menghela nafas lega. Ia kira sudah terjadi sesuatu yang buruk. Ia mengeratkan pelukannya sementara istrinya itu semakin tersedu sedih seperti sudah mendapat kabar kematian.

"Dia hamil." gumam Lain pada Bethari yang terus memperhatikan mereka dengan penasaran dan juga bingung. Bethari mengangguk mengerti dan ia tersenyum. "Umm sayang, apa kau tidak malu menangis seperti ini? Kita tidak hanya bertiga disini."

"Biarkansajaakutidakpedulidiabisapergidarisini..." gumamnya lagi tanpa jeda dan semakin merapatkan wajahnya ke dada Lain yang mulai basah karena air matanya. Ia tau ada orang lain di dalam kantor Lain dan sebenarnya ia sedikit malu tapi ia tidak bisa mengendalikan suasana hatinya yang cepat sekali berubah. Sedetik ia tertawa dan detik kemudian ia bisa menangis seperti sekarang.

"Okey, jangan marah." Lain mengulum senyum dan terus mengusap punggung istrinya dengan hangat. "Apa kita akan makan siang bersama?" bisiknya.

"Hmmn." gumamnya manja sambil mengangguk kecil.

"Kau sudah memesan tempatnya?"

"Hmmn." Lain tertawa kecil. Gemas dengan tingkahnya yang seperti anak kecil. Sudah seminggu ini istrinya sangat lengket dan manja kepadanya. Dan kalau saja Bethari tidak ada diantara mereka, ia pasti akan mencium Jessica di sana-sini sekarang.

Drrttt ddrtt. Lain melihat ponselnya yang bergetar dan berbunyi di atas meja.

"Sica, maafkan aku, aku harus mengangkat ponselku." Lain melonggarkan pelukannya.

"Kau tidak peduli denganku?" rengeknya dengan tangan mengepal jas hitam Lain. Matanya menatap kesal.

"Kau tau itu bukan maksudku sayang. Kau tunggu di sofa, okey? Sebentar saja." Lain menghela nafas sambil mengusap wajah sembab istrinya itu. Meladeni suasana hati wanita hamil sangat melelahkan terkadang. Tapi Lain tidak mengeluh sedikitpun. Ia sangat bahagia menjalani prosesnya untuk menjadi seorang suami dan ayah yang baik. "Lima belas menit, hm?"

"Sepuluh." titah sang ratu.

"Sepuluh." Lain mengangguk untuk kesekian kalinya. Ia kembali ke meja dan menandatangani satu berkasnya lagi sebelum memberikannya pada Bethari yang masih setia menunggu. "Terima kasih Bethari." ucapnya sebelum mengangkat panggilan penting itu.

"Sama-sama, Tuan Lain." Bethari permisi dan melihat istri pimpinannya yang duduk sendiri diruang tamu. Jessica mengeluarkan cermin kecil dari tasnya lalu mengusap wajahnya dengan sapu tangan. "Um, anda ingin minum sesuatu, Nyonya Lain?" tawarnya sopan namun hanya ditatap dingin oleh calon ibu cantik itu. Bethari menelan ludah, mungkin ini waktu yang salah. Tapi ia tetap memperkenalkan diri. "Namaku Bethari Achara, Nyonya Lain. Aku peserta pelatihan baru disini." ia memberi salam. Bethari melihat istri pimpinannya itu mengangguk kecil.

"Bisa aku minta teh lemon hangat, Bethari."

"Baik Nyonya Lain. Tunggu sebentar, akan aku ambilkan." senangnya.

Love Hurt Love Heal [ semi hiatus ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang