Love - p9

149 24 1
                                    

-

Hening. Fynn tertegun dan nanar. Kata-kata Lain melukai hatinya yang masih belum sembuh dari luka lama. Ia mati rasa. Selama ini Lain adalah orang yang dipercayanya sementara yang lain hanya berpura-pura baik dan perhatian. Ternyata sama saja, keluarganya sendiri pun hanya kasihan kepadanya. Hidupnya yang berantakan dan menyedihkan. Fynn ingin tertawa keras.

"Fynn, m-maafkan aku." Lain mendesah saat menyadari kata-katanya. Tatapannya melembut namun rahang Fynn mengeras marah. Fynn mengambil kunci mobilnya diatas meja nakas dan keluar dari kamarnya dengan cepat melewati Lain tanpa permisi ataupun lirikan.

"Tunggu Fynn, maafkan aku, okey, sungguh, aku tidak bermaksud dengan kata-kata itu." Lain mengejarnya. "Kau tidak boleh pergi.."

"Dan kenapa tidak?!" Fynn menepis kasar tangan Lain yang menahan bahunya. Lain sudah mulai terbiasa dengan sikap itu. Ia tau pasti Fynn tidak bermaksud kasar kepadanya.

"Karena aku, kakakmu, melarangmu. Kau masih sakit. Kenapa kau sulit sekali menurutiku sekali ini saja. Kau tidak seperti ini dulu. Siapa kau?" Lain menatapnya nanar. Ia sangat sedih.

"Semua orang berubah." Fynn mendecih. Ia tidak peduli.

"Fynn Orion Satra!" Lain kembali menahan bahunya. Dan apa yang dilakukan Fynn kemudian mengejutkannya. Membuat dadanya sesak tidak percaya. Tangan kiri Fynn mencengkram kerah kemejanya sementara tangan satunya mengepal kuat di depan wajahnya, siap untuk melayangkan tinjunya. Mata nanar Lain beradu dengan mata benci milik Fynn. Lama. Lain sama sekali tidak mengenal tatapan itu. Apa dirinya benar-benar sudah kehilangan Fynn? Adik kesayangannya.

"Kau ingin memukulku, Fynn? Lakukanlah. Kalau itu akan membuatmu senang." tantang Lain yang rela mengalah. Ia bisa merasakan nafas memburu Fynn yang menahan amarah kepadanya.

"Ada apa ini?" seorang wanita yang baru saja keluar dari kamar menatap keduanya dengan khawatir. Fynn tersadar mendengar suara itu. Ia melihat wanita yang berjalan cepat menghampiri mereka sekarang. Matanya kemudian bergantian menatap Lain yang diam saja dan pada apa yang akan dilakukan oleh tangannya. Mata Fynn berubah sendu sementara bahu tegangnya melemas dan dengan perlahan ia melepaskan Lain lalu menjauh. Walau tidak mengatakannya, Lain tau Fynn menyesal. "Apalagi sekarang Lain?" bisik wanita itu. Dari suara kecilnya bisa dipastikan kalau dirinya sangat sedih karena kedua bersaudara yang tadinya sangat akur dan kompak ini menjadi seperti ingin menghabisi satu sama lain.

"Maafkan aku sayang-"

"Lihat dirimu Kak Lain. Kalian pengantin baru. Jangan buang waktumu untuk mengurusiku. Urusi saja hidupmu yang sempurna itu." desis Fynn sarkas. Sangat menyakitkan hati Lain dan istrinya yang mendengarkan.

Jangan salah paham, Fynn ikut berbahagia melihat Lain bisa bersama seseorang yang dicintainya sekarang dan ia tidak mau merusak kebahagiaan itu. Membagi pikiran Lain dengan keberadaannya yang hanya menjadi beban baru. Tapi rasa iri itu tidak bisa dihilangkan begitu saja. Melihat bagaimana Lain dapat menjaga wanitanya dengan baik, sehat dan hidup membuat Fynn tidak nyaman dan marah. Penuh penyesalan. Ia sudah melakukan sesuatu yang lebih dari buruk.

"Maaf karena hidupku hanya menyusahkan dan memalukan untukmu." ia tertawa pahit. Mengusap kasar wajah dan rambutnya. Frustasi. Hidup mereka sangat bertolak belakang. "Kau tau, kau harusnya biarkan saja aku mati dengan alkohol bodoh itu." lirihnya.

"Aku mohon, jangan katakan hal semacam itu Fynn. Maafkan aku-"

"Brengsek!" gumamnya. Fynn benci dirinya sendiri. Nafasnya memburu karena perasaan tertekan. "Persetan dengan semuanya!" ia bahkan tidak bisa mengontrol emosinya sendiri. Ia lepas kendali, lagi. Ia mengambil vas bunga di meja nakas dan membantingnya ke lantai. Pecahan kaca yang berkeping-keping itu seperti hatinya sekarang. Hancur.

Love Hurt Love Heal [ semi hiatus ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang