Love - p3

156 22 0
                                    

*

"Masuk." ucap Lain yang sedang mengetik sesuatu di laptop saat mendengar pintu ruangan diketuk.

"Permisi Tuan Lain, aku membawakan kopi anda." mendengar suara yang tidak asing itu Lain mengalihkan pandangannya dari laptop kepada pria yang baru saja masuk, menutup pintu. Tebakannya benar dan senyumannya mengembang.

"Fynn?" Lain terkejut senang. Ia bangkit dari kursi.

"Hello Kakak." Fynn tersenyum sambil menghampirinya. Ia meletakkan nampan kecil yang ia bawa di meja kerja Lain sebelum akhirnya mereka berpelukan erat.

"Kau sudah kembali, kenapa tidak telepon? Aku bisa menjemputmu di bandara." tanya Lain pada adiknya itu.

"Umm.. kejutan?" balas Fynn. Keduanya tersenyum bersama. Berpelukan sekali lagi melepas rindu.

Lain dan Fynn duduk bersama di kursi tamu. Berbincang santai sambil menikmati kopi hangat yang Fynn bawa untuk mereka. Sudah genap satu bulan Fynn berada di luar negeri untuk mengurus cabang baru Orion Hotel mereka di sana yang sedang mengalami sedikit masalah.

"Jadi, bagaimana keadaan di sana?"

"Semuanya sudah baik-baik saja. Jangan khawatir lagi." jawab Fynn.

"Kau yakin?" alis kiri Lain terangkat. Tidak ingin yakin begitu saja.

"Ya! Dua ratus persen yakin." Fynn mengangguk pasti. Ia tidak akan pernah mengecewakan kakaknya ini.

"Bagus. Aku tau aku bisa mengandalkanmu. Terima kasih, Fynn." Lain tersenyum bangga. Ia mengingat bagaimana orang-orang di sana tidak setuju saat ia memutuskan untuk mengirim Fynn. Kebanyakan dari mereka tidak cocok karena gaya dan cara kerja Fynn dalam menyelesaikan masalah. Fynn akan menyusahkan mereka walau pada akhirnya masalah itu bisa diselesaikan dengan baik. Fynn adalah anak yang pintar.

"Sama-sama, Tuan Lain." ucapnya formal membuat Lain tertawa kecil. Lain memperhatikan wajah Fynn dengan tatapan sayang dan rindunya. Walau mereka sekarang bercanda dan tertawa bersama, ada celah lebar tidak terlihat yang menjauhkan mereka. Fynn yang sekarang sangat berbeda. Ia dekat tapi juga terasa jauh dan Lain sangat merindukan Fynn yang dulu. Semuanya berubah setelah kehilangan itu.

"Oh ya, kau sudah menemui kakak iparmu? Dua hari ini dia selalu menanyakan kapan kau akan pulang? Aku tidak mengerti tapi pertanyaan itu mulai menyebalkan, sepertinya dia sangat merindukanmu. Matanya bahkan berkaca-kaca kalau aku tidak langsung menjawabnya. Apa kau percaya itu?"

"Tentu aku percaya, karena aku adik kesayangannya." goda Fynn tersenyum miring.

"Ya ya ya.." Lain mendesah. Ia menyeruput kopinya yang tinggal setengah.

"Ahh! Senang rasanya bisa kembali." seru Fynn kemudian sambil menyandar di sofa. Menghela nafas lega sementara tangannya terbuka di kedua sisi. "Sehari lagi saja aku di sana, aku rasa aku akan gila, Kak Lain."

"Kenapa?" Lain khawatir.

"Bicara mereka sangat cepat, Kakak! Mereka seakan mengejekku kalau aku meminta mereka untuk mengulang ataupun meminta penerjemah. Eizz!!" keluhnya. Sedikit malu karena bahasa Inggrisnya yang tidak terlalu bagus. Pintar tapi malas, membuat Lain kembali tertawa.

"Tapi aku yakin kau sudah memberi mereka pelajaran 'kan?" selidik Lain. Ia tau kejahilan Fynn.

"Itu pasti." Fynn tersenyum miring menatap kakaknya. Ia mengingat bagaimana orang-orang di sana langsung panik karena ide gilanya itu. Lain memberikannya tos dan mereka tertawa lagi dan lagi.

"Ya sudah, kau pasti lelah, pulang ke rumah dan istirahat saja, kau tidak perlu masuk kerja hari ini." ucap Lain kemudian saat melihat wajah lelah adiknya itu. Fynn mengangguk saja. Suasana hatinya hari ini juga sudah rusak dan ditambah dengan sikap gadis itu. Sialan! Kenapa ia memikirkan Bethari sekarang?

*

Dentuman musik yang cukup memekakkan telinga menghiasi setiap sudut kelab Red Sky malam ini. Setelah singgah sebentar ke rumah untuk menemui kakak ipar yang merindukan dirinya, disinilah Fynn sekarang, menghabiskan malam bersama kedua sahabatnya, Mark Lii dan Praba Tawan yang sudah cukup lama tidak bersua.

"Jadi, bagaimana dengan Paris, teman?" tanya Mark sedikit teriak karena suara keras musik diantara mereka.

"Seperti biasa, banyak wanita berdada besar di sana." jawab Fynn santai yang mengundang tawa keras kedua temannya itu.

"Dan kau mendapatkan salah satunya?" sekarang Praba yang bertanya.

"Tentu." Fynn meneguk alkoholnya habis tanpa meringis pahit. Ia mengingat setiap malam-malam indah yang ia habiskan disana bersama beberapa wanita. "Siapa yang akan menolak wajah ini?" ia tersenyum sombong sambil menunjuk wajah kebanggaannya. Ya, kecuali satu perempuan. Sialan! Bethari lagi.

"Woooo~"

Fynn kini menuang alkoholnya ke gelas dengan kesal mengingat kejadian tadi siang di hotel. Ia tidak lagi mendengarkan ocehan-ocehan Mark dan Praba yang masih menggodanya. Fynn selalu memikirkan gadis itu bahkan dikeramaian seperti sekarang. Tidak bisa dipercaya. Perlawanan Bethari membuatnya jengkel dan tidak puas. Fynn menyandar di tempatnya sambil mengedarkan pandangan ke lantai dansa untuk mengalihkan pikirannya. Melihat beberapa pria dan wanita yang berbaur bersama dibawah kerlap-kerlip lampu laser, bersenang-senang seirama musik yang dimainkan oleh seorang DJ. Fynn akan tersenyum atau mengedipkan matanya dengan menggoda kalau ada satu dua wanita yang sengaja ataupun tidak sengaja beradu kontak mata dengannya. Dirinya selalu memiliki pesona yang memikat itu dan bagaimanapun, wanita Asia lebih menarik perhatiannya. Ia mendesah pelan, hari pertama mengunjungi kelab baru malam ini dan kesannya tidak terlalu buruk. Ia suka dengan tema dan suasana disini untuk melepas penat. Dari dulu, Mark memang pandai memilih tempat untuk mereka bersenang-senang. Dahi Fynn kemudian mengerut saat matanya tidak sengaja melihat seorang perempuan duduk sendiri di sudut bar yang sedang sibuk dengan para pelanggan.

"Bethari?" gumamnya tidak yakin. Ia kemudian melihat seorang pria datang menghampiri perempuan itu dan berbisik kepadanya. Si perempuan mengangguk dan tidak lama mereka berdua pergi ke arah belakang kelab. Fynn penasaran lalu menggeleng tidak peduli. "Urgh! Berhenti memikirkannya!" desisnya sendiri dan kembali meneguk alkoholnya. Mulai pusing dan juga bosan. "Di mana gadis-gadisnya, Mark?" tanyanya tidak sabar pada Mark yang merekomendasikan kelab ini kepadanya.

"Dan inilah gadis-gadisnya!" seru Jay semangat. Pria bertato itu datang dengan ketiga wanita di kiri dan kanannya untuk menemani malam mereka.

.

.

Bersambung

Jangan lupa follow dan vote atau tinggalkan jejak apapun di setiap babnya.

Terima kasih :)

Love Hurt Love Heal [ semi hiatus ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang