Love - p20

90 21 11
                                    

*

Bethari bangun dari tidur lelapnya. Ia menggeliat meregangkan tubuhnya sekali sementara matanya yang terbuka langsung disambut oleh cahaya jingga matahari pagi yang menilik dari tirai-tirai yang tertiup angin sejuk. Sangat tenang. Bethari sangat terpesona dengan apa yang dilihatnya sekarang sampai membuatnya lupa sedang berada dimana. Dan pelukan di pinggangnya dari belakang seketika menyadarkannya. Bethari kaget berbalik badan dan hampir terjatuh dari atas sofa kalau saja tangan kuat itu tidak sigap menahannya.

"Hati-hati." ucap Fynn dengan suara paginya yang serak. Matanya masih terpejam tapi tangannya dengan sadar menarik tubuh Bethari untuk lebih dekat menghangatkannya. Lebih dekat sampai ia bisa merasakan nafas Bethari di wajahnya.

Bethari diam. Ia menatap lekat garis wajah Fynn sampai mulai merasa nyaman dengan sendirinya di dalam selimut yang mereka bagi. Fynn tidak akan lagi berbuat yang aneh-aneh kepadanya. Jantung Bethari masih berdegup dengan kencang sampai ia takut Fynn bisa mendengarnya karena itu akan cukup memalukan. Degup itu bukan lagi perasaan takutnya melainkan perasaan senang, semangat dan berbunga-bunga seperti orang yang sedang jatuh cinta. Bethari jatuh cinta? Untuk beberapa waktu, dalam diam yang nyaman, mereka berdua berbaring saling berhadapan. Tidak terasa salah.

"Umm, kau mengangkatku tidur disini?" Bethari berbisik takut mengganggu. Ia tidak tau kalau Fynn sudah benar-benar bangun atau kembali tidur. Dan tentang semalam, ia hanya ingat kalau sedang duduk dilantai sambil menunggu Fynn.

"Tidak. Kau sendiri yang naik kesini. Masuk keselimut dan memelukku." Fynn tersenyum dalam hati. Tentu ia yang mengangkatnya. Siapa yang tega melihat posisi tidur tidak nyaman seperti itu. Bethari sudah seperti anak berang-berang yang tidak dianggap oleh majikannya dan disuruh tidur diluar.

"Benarkah? Maaf, aku tidak sadar." sesalnya. Keluguannya seperti ini membuat Fynn ingin tertawa dan juga khawatir. Bagaimana kalau Bethari bertemu dengan orang jahat yang akan memanfaatkannya. "Bagaimana perasaanmu?" tanya Bethari kemudian. Fynn membuka matanya dan tatapan mereka bertemu. Bethari mulai terbiasa dengan tatapan dekat itu begitu juga dengan Fynn. Hening. Mereka larut dalam tatapan satu sama lain seakan tidak pernah bosan karenanya.

"Lebih baik." Fynn mengangguk kecil. Ia tidak akan berbohong tentang itu.

Fynn mengingat apa yang dilakukannya sore hari kemarin. Setelah meminum obat, ia mencoba tidur dan berhasil untuk sementara waktu karena detik kemudian mimpi kambuhan itu menggerogotinya. Fynn merasa sangat tertekan, tidak sadar dengan teriakannya sendiri sampai ia merasakan pelukan dan bisikan dari suara lembut itu. Awalnya, Fynn mengira kalau dirinya sedang bermimpi dalam mimpi, dimana ibu yang sangat ia rindukan itu datang untuk menenangkannya tapi saat ia terbangun untuk kedua kalinya dan melihat Bethari disampingnya, ia tau itu bukan mimpi tentang ibunya. Dan saat ia mengangkat tubuh Bethari untuk berbaring bersamanya di atas sofa, Fynn dapat tidur dengan nyenyak setelah sekian lama. Mimpi buruk itu seperti menguap begitu saja di udara, seakan tidak pernah ada. Fynn merasa bahagia dan juga takut. Bahagia karena Bethari yang menemaninya. Dan takut karena apa yang akan terjadi diantara mereka kedepannya.

"Kenapa kau disini? Apa kau mengkhawatirkanku?" godanya.

"Hmn." Bethari mengangguk yang membuat Fynn tersentuh untuk kesekian kalinya. "Awalnya aku hanya ingin menemuimu sebelum pulang karena hujan cukup deras. Aku masuk dan melihatmu tidur disini. Aku tidak ingin mengganggu tapi kemudian kau berteriak karena mimpi buruk itu." ceritanya singkat. "Apa yang kau mimpikan?"

"Seperti katamu, hanya mimpi buruk." Fynn menyelipkan anak rambut Bethari kesatu telinganya. Pertanyaan itu berhasil membuatnya sulit bernafas tapi ia mengalihkannya dengan memperhatikan wajah pagi Bethari yang cantik. Ia mengusap alis tebal dan tulang pipi Bethari dengan jempol kanannya, merasakan kulitnya yang mulus dan hangat.

Fynn berpikir. Semua yang terjadi dimasa lalu. Kecelakaan itu. Traumanya. Keluarga Warland. Cintanya. Fynn tidak bisa dan tidak akan menceritakan hal-hal yang selama ini sudah ia kunci dengan rapat di hatinya kepada sembarang orang. Semua kenangan yang dengan keras ingin ia tinggalkan. Walau Fynn sebenarnya sangat ingin berbagi sesuatu kepada Bethari tapi apakah ia siap. Dan jawabannya adalah tidak akan pernah.

"Itu pasti mimpi yang sangat buruk 'kan?" Bethari menikmati sentuhan lembut dari Fynn di wajahnya tapi ia masih penasaran. Ia menatap mata monolid itu seakan mencari tau jawabannya sendiri. "Karena kau menangis semalam."

"Aku tidak menangis." tolak Fynn cepat. Ia malu. "Mataku hanya- berkeringat, yea, aku tidak menangis, okey." Bethari ingin tertawa keras mendengar alasan itu. Bahkan Richie bisa membuat alasan yang lebih baik dan masuk akal.

Bethari yakin ia tidak akan mendapat jawaban itu sekarang. Ia mengubah posisinya menjadi duduk lalu keluar dari selimut mereka membuat Fynn ingin protes karena kehilangan kehangatannya. Bethari berdiri dan mengambil ponselnya yang tergeletak diatas meja tamu. Seperti dugaannya, banyak panggilan tidak terjawab dari Jane. Tidak mau semakin membuat Jane khawatir, dengan sedikit bumbu kebohongan, ia segera mengiriminya pesan yang tidak sempat ia lakukan semalam.

Masih berbaring dan tanpa bosan Fynn terus memperhatikan Bethari yang kini sibuk dengan ponselnya sampai suasana diam diantara mereka diganggu oleh suara keroncongan. Bethari memegang perutnya yang terasa perih sementara Fynn tertawa mendengar itu, membuat si gadis merengut.

"Jangan tertawa.." walaupun Bethari suka dengan tawa Fynn seperti sekarang yang jarang didengarnya tapi ia juga malu. Ia tidak makan dari kemarin malam. Bethari menatap kesal pada Fynn yang sudah duduk tapi terus menertawakannya.

"Maaf." Fynn berdehem. "Kemari..." ia menarik pelan tangan Bethari, menuntunnya untuk duduk dipangkuannya. Tubuh Bethari menegang kaget tapi itu tidak lama. Ia tersenyum kecil dan berdebar senang melihat Fynn memeluk pinggangnya. Ia memberanikan diri menyentuh tangan kuat itu. Fynn merapatkan pipinya ke punggung Bethari. Merasakan kehangatan tubuhnya sekali lagi dan tidak ingin melepaskannya. Tapi lagi suasana manis diantara mereka dirusak oleh suara tidak asing dari perut Bethari yang kembali mengundang tawa renyah Fynn dibelakangnya.

"Aku bilang jangan tertawa!" ia dengan berani menyikut perut keras bos tampannya yang sama sekali tidak kesakitan. "Fynn?" Bethari merengek seperti anak kecil. Ia bahkan tidak percaya dengan dirinya sudah bersuara seperti itu. Wajahnya bersemu merah.

"Oke oke, maaf." Fynn mengulum senyum. Bethari sangat lucu dengan suaranya. "Ayo kita sarapan. Aku juga lapar." ia membawa Bethari bangkit bersamanya. "Kau bisa mandi disini, aku akan keruangan Kak Lain sebentar."

Fynn berjalan ke arah dinding dekat rak buku dan menekan tombol lampu disana. Bersamaan setelah itu mereka mendengar suara klik pintu yang terbuka. Bethari yang awalnya bingung kini menatap takjub membuat Fynn tersenyum melihat raut wajahnya. Dibalik dinding itu terdapat satu kamar rahasia.

.

.

Bersambung

Love Hurt Love Heal [ semi hiatus ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang