*
Bethari menghela nafas kesekian kalinya. Sekarang ia akan kembali ke ruangan itu dan bertemu dengan Si Tuan Menyebalkan lagi. Ia gugup dan juga takut tapi lagi-lagi ia harus menyelesaikan tugasnya ini. Jam ditangannya sudah menunjukkan pukul tujuh malam pas. Bethari selesai tepat waktu sesuai permintaan bosnya. Seharusnya, waktu pelatihan Bethari berakhir satu jam yang lalu. Teman-temannya yang lain sudah pulang dan pasti sudah beristirahat dengan nyaman dirumah mereka. Oh, Bethari rindu tempat tidurnya. Tapi sekarang yang bisa ia lakukan hanyalah mengetuk pintu gaharu didepannya.
Tidak ada jawaban. Bethari melangkah masuk dan harus percaya diri. Ia ingin membuktikan kalau dirinya bisa diandalkan di hotel ini walaupun dirinya hanya peserta pelatihan yang biasa dipandang sebelah mata.
"Di mana dia?" bisiknya sendiri sambil menutup pintu. Sosok yang dicarinya tidak ada dimeja kerja, begitu juga di sofa tamu. "Permisi, Tuan Fynn." panggilnya sopan.
"Di sini."
Bethari menoleh kaget. Suara dingin itu tidak henti membuatnya bergidik. Ia melangkah pelan mencari arah suara pria itu dan ketemu. Di bilik sudut ruangan, Fynn duduk menunggu. Fynn terlihat serius menatap ponselnya. Ibu jari kedua tangannya sibuk dan dengan lincah menekan-nekan layar sentuh itu. Dahi Bethari mengerut sedetik lalu mengerti, Fynn sedang bermain gim. Apa dia tidak punya kesibukan lain?
Bethari mencuri pandang sekeliling, ia baru tau ada ruang santai yang nyaman didalam sini. Ada televisi, kulkas besar yang menempel di dinding, juga sofa malas untuk beristirahat. Fasilitasnya sangat lengkap. Ia jadi penasaran, kira-kira ada tempat apa lagi didalam sini. Mengingat ruang pimpinan ini tidak seperti ruang pimpinan biasanya. Bethari tersadar dari pikirannya saat mendengar geraman Fynn. Mungkin Fynn kalah lagi dalam permainannya. Bethari tidak peduli dengan itu, ia hanya ingin cepat-cepat pergi dari sini.
"Ini laporan anda, Tuan Fynn."
"Apa katamu?" Fynn berhenti bermain dan mendongak. Tatapannya seketika melembut saat melihat wajah Bethari sekarang. Ia terlihat lelah dan pucat. Dan bukan salah Fynn yang tidak terlalu mendengar suaranya. Bethari berdehem dan menelan ludah. Tenggorokannya kering begitu pun bibirnya.
"Ini laporan keuangan Orion Hotel yang anda minta tadi pagi, Tuan Fynn. Sudah selesai." ucapnya serak. Bethari mencoba untuk tidak gemetar saat memberikan laporan yang sudah dicetak rapi dalam map itu. Mengetik tidak henti membuat jari-jari lentiknya menjadi keram. Otaknya juga terasa kering.
Tapi sayangnya gerakan itu tidak lepas dari mata Fynn. Ia mengambil berkas itu dari Bethari dan rasa bersalahnya kembali muncul tiba-tiba. Ini adalah kali pertama Fynn bekerja dengan peserta pelatihan perempuan di hotel. Ia tidak tau kenapa Kepala Personalia May menempatkan Bethari di departemennya. Semakin canggung saja dibuatnya.
"Permisi Tuan Fynn, ini pesanan anda." seorang pelayan wanita masuk dengan mendorong troli makanan ke arah meja bulat, melewati Bethari. Pelayan itu segera menata makanan dan minuman didepan Fynn dengan rapi. Sup ayam kentang, pasta, salad sayur dan yang terpenting adalah nasi putih. Bethari tidak sadar sudah menelan ludahnya berkali-kali. Aroma dari makanan-makanan lezat itu menusuk hidungnya dengan menggoda. Ini sudah masuk jam makan malam. Dan tidak lupa juga dengan kue penutupnya itu, cheese cake kesukaannya. Bethari ingin berteriak begitupun cacing diperutnya.
"Terima kasih." Fynn tersenyum kecil pada pelayan itu. Sekali lagi Bethari tersadar dari lamunannya dan sekilas melihat senyuman itu membuatnya berpikir kalau kesalahannya kemarin memang tidak termaafkan. Benarkah? Tapi itu bukan kesalahannya karena sudah menolak apapun bentuk pelecehan yang ingin dilakukan Fynn padanya. Ia punya harga diri. Fynn juga tidak pernah tersenyum seramah itu kepadanya bahkan sampai detik ini. Apa Fynn memperlakukan trainee yang lalu sama seperti dirinya sekarang? Memikirkannya, Bethari menjadi bingung dan sedikit sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Hurt Love Heal [ semi hiatus ]
Romance"Tuan Fynn, sekali lagi, aku minta maaf, ini salahku aku tau dan aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi." ia tidak peduli lagi dengan suaranya yang bergetar. Fynn terus mendengarkan. Ia tidak tau kalau reaksi Beth akan sesedih ini. Membuatnya be...