ABDULEA 20

50 2 1
                                    

Happy reading

-

-

Pandangan abdul tidak lepas dari alat alat yang mulai dilepas dari ayahnya. Ayah abdul dinyatakan meninggal pukul 04.00 dini hari.

Bunda abdul tetap dirumah begitupun dengan kakaknya. Hanya abdul dan pamannya yang mengurus persyaratan rumah sakit.

Abdul berupaya ikhlas dan tidak mengeluarkan air matanya dari tadi. Karena bagaimanapun ia adalah lelaki yang menjadi panutan dikeluarganya sekarang.

Walaupun tidak sering bertemu. Tapi abi abdul mendidik abdul dengan baik. Setiap ucapan yang diucapkan membekas didalam benak Abdul. Termasuk untuk meraih cita cita yang abdul inginkan sesuai harapan beliau.

Abdul sedang menunggu sekarang. Dan paman abdul duduk dibangku ujung seperti sedang menenangkan diri.

Tak jauh diujung lorong abdul mendengar banyak langkah kaki. Disana sudah berdiri Dion, Zen, Agam dan Kio.

Mereka berjalan pelan menuju Abdul. Saling berpelukan dan berbelasungkawa atas apa yang terjadi hari ini.

Fyi, Agam, Kio dan Dion baru pulang dari club' setelah minum minum tidak jelas yang mereka lakukan karena gabut di jam 2 pagi. Sedangkan Zen sibuk belajar menuju ujian semester ganjil.

"Bau alkohol lo pada" komentar zen pada mereka dilorong tadi.

"Mandi dululah pulang" suruh abdul pada mereka semua. Pasalnya wajah teman teman abdul begitu lusuh.

"Dul? Lo sadarkan apa yang terjadi?"

Abdul mengangguk. Abdul sadar apa yang sedang terjadi. Rotasi waktu merenggut orang tersayangnya.

"Gapapa udah takdir tuhan"

Mereka serempak menepuk-nepuk pundak abdul. Gestur menenangkan.

"Peristirahatan terakhir Abi dilakuin dibandung" jelas abdul lagi pada mereka. "Setelah ini gue sama ambulan langsung kebandung"

Mereka semua mengangguk. Orang tua abdul orang bandung. Keduanya.

Setelah itu, keempatnya berpamitan dan memberitahu akan menyusul kebandung pagi nanti.

***

Suasana yang hikmat. Bandung tidak pernah gagal dalam hal menenangkan diri seorang Abdul.

Indah dan eloknya pemandangan yang asri. Jalan jalan dengan nuansa romantis adalah hal yang menggambarkan bandung. Abdul suka bandung. Namun tidak ingin tinggal disini.

Abdul dari tadi memeluk umminya. Ummi abdul sangat terpukul dengan kepergian abinya. Begitupun dengan kak tata. Sama saja.

Keduanya memeluk Abdul. Duduk didepan keranda yang siap untuk dibawa ke pemakaman. Teman teman abdul sudah disana. Ada alea, Melinda dan Aylin disana. Kara tidak dapat ikut hadir.  Dan juga ada Echa disana.

Mereka melihat ummi abdul menangis, dan ikut terbawa suasana dengan kesedihan yang mendera. Mereka belum berbicara dengan Abdul. Cowok itu sibuk dengn ibunya. Dan alea tahu abdul tidak menangis. Mata cowok itu tidak merah. Hanya rasa tenang yang alea tangkap dari sana.

Kehilangan memang semenyedihkan itu. Qila tau rasanya. Rasanya qila ingin memeluk ummi Abdul dan kakanya.

Tanpa menghiraukan yang lain. Qila berjalan ke arah kakak Abdul. Memeluk kakak abdul erat.

Keduanya sama sama menangis dalam pelukan yang hangat menenangkan.

"Abi le, padahal gue udah janji jadi lebih baik lagi" ucap kak tata mengutarakannya pada semua orang yang memeluknya dari tadi.

ABDULEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang