Bab 1

10.7K 38 0
                                    

Diatas gundukan tanah yang masih basah dan di hiasi banyak bunga, ada seorang gadis kecil yang sedang meratapi nasibnya . Ia menangis seorang diri membelai kedua batu nisan di hadapanya.

Gadis itu adalah Abellia Putri, gadis kecil berusia 10 tahun yang sekarang harus hidup sebatang kara. Kedua orang tuanya hari ini meninggalkannya untuk selama lamanya karna kecelakaan.

Di saat anak seusianya bahagia di tengah kasih sayang orang tuanya, itu tidak berlaku untuk Abel mulai saat ini.

" Hik . . Hikk. .hikk , Ayah.... Bunda." tangisan seorang gadis yang begitu pilu.

"kenapa kalian tega meninggalkan aku sendiri di dunia ini, aku tak punya siapa siapa lagi di dunia ini." keluh Abel dengan air mata yang terus membanjiri pipinya.

"kenapa kalian tak mengajakku saja, kenapa kalian pergi berdua saja. Aku ingin ikut kalian, aku takut di sini sendirian." tangis piluh Abel yang sangat menyayat hati.

"hik. . . Hik. . Hik. . Tuhan kenapa ini terjadi kepadaku, aku harus apa tanpa kedua orang tuaku?" tanya pilu gadis yang sekarang hanya sebatang kara.

Dia pun tersungkur di atas gundukan tanah yang masih basah itu, dia remas tanah itu menyalurkan luka di hatinya.

Semesta pun ikut bersedi , rinti hujan mulai turun membasahi tubuh kecil rapuh itu. Ia tak henti hentinya menangis, hidupnya sudah hancur tak ada tujuan hidup.

Sedikit demi sedikit air hujan mulai membasahi gundukan tanah yang belum kering itu. Abel tak memperdulikan dinginnya air hujan yang membasahi tubuh mungilnya. Dia masih saja menangis ,mengadu , dan mengeluh dengan apa yang ia rasakan saat ini.

Sedangkan di rumah almarhum orang tua Abel saat ini semua saudara almarhum sedang berkumpul membahas siap yang akan mengasuh Abel.

"kemana anak itu pergi, kenapa gak pulang - pulang sudah malam begini ?" tanya paman Dani kakak dari mendiang Ayah Abel dengan ketusnya.

"Entah lah ! Mungkin dia masih di makan orang tuanya ," ucap pria yang tidak lain adik dari sang ayah, om Davit namanya.

"Dasar bocah, belum apa - apa sudah menyusakan orang saja . Aku tidak mau merawat anak sialan itu , kamu saja Davit yang merawatnya bersama istrimu ." ucap Isa istri dari paman Dani.

"Kenapa jadi aku yang harus merawat dia , aku gak mau . Aku di rumah masi ada anak kecil yang butuh perhatian yang ekstra, kasian istriku nanti kecapean ." ucap om Davit yang di angguki oleh sang istri yaitu tante Amel.

" Bukannya kalian memakai jasa pengasuh ya . Kenapa Abel tidak kalian carikan pengasu saja sekalian. " tanya bibi isa.

"Aduhh mbak , biaya sewa pengasuh itu mahal kita tidak mampu kalau harus menyewa lagi untuk Abel, Buang - buang duit . Kenap gak mbk aja sih yang mengasuh Abel , bukannya mbak dan mas dulu sering dapt bantuan dari Ayah.nya Abel ya ?" tanya Isa yang tak mau kalah.

"Hey... Bukannya kamu dan suamimu juga sering di bantu dengan Ayahnya Abel. Kalian jagan lupa ya , kalian itu ada masalh kecil saja langsung minta bantuan mereka. Lihat sekang apa yang kalian lakukan, merawat Abel saja tak mau ."

" Bukannya gak mau mbk , cuman kita gak mau menanggung semua hutang Ayahnya Abel. Kita lagi butuh banyak biaya akhir akhir ini. " ucap

David kali ini.

" Aku juga tidak mau kalo harus membayar semua hutang mas Bima." Bima adalah Ayahnya Abel , adik paman Dani dan kakak om David.

Sebelum terjadinya kecelakaan yang menimpa pada kedua orang tua Abel . Ayah Abel ,Bima sedang terlilit hutang karna perusahaanya yang dia kelola sedang berada di ambang kebangkrutan.

Pagi hari sekitar pukul 05:00, saat semua orang masi tertidur pulas . Bima mendapatkan telfon dari orang kepercayaanya di kantor , bahwa pabrik Bima yang ada di Bandung sedang kebakaran. Sontak membuat Bima syok , dan membuat Lisa sang istrik terbangun dari tidurnya.

"Mas Bima, kamu kenapa ?" tanya sang istri sembari menatap sang suami

Bima hanya diam mematung , dia masi syok seperti mimpi dengan apa yang ia dengar barusan. Ia seperti tak mendengar sang istri berbicara dengannya.

"Hey mas, ada apa.. Jangan buat aku khawatir?" tanya Lisa pada suaminya sambil ia menguncang - guncang tubuh suaminya itu agar ia cepat sadar dari lamunannya.

"Bun . . Bun , ki - kita . ."

"Iya , kita kenapa mas. Bicara yang jelas dong ,aku gak ngeti kalo kamu ngomongnya gitu." tanya Lisa dengan wajah bingungnya.

"Semuanya terbakar , kita tidak punya apa - apa lagi ." ucap Bima dengan tatapan kosong.

"Maksud kamu apa sih mas . . , apa yang kebakar , ayo dong jelasin yang jelas jangan buat aku bingung kayak gini."

"Perusahaan kita yang telilit hutang saja belum selesai , sekarang pabrik kita yang di Bandung hangus terbakar tak bersisa Bun... !" teriak Bima sambil mengacak - ngacak rambutnya frustasi.

Lisa yang mendengar penuturan suaminya itu seketika bungkam, ia syok dengan semua masalah yang menimpah keluarganya saat ini.

"Kamu gk lagi becanda kan mas , ini masi pagi .. Kenapa kamu ngomong gitu sih ." ucap Lisa tak percaya dengan kenyataan yang ada . Air matanya lolos begitu saja bembasai kedua pipi lisa.

"Aku juga berharap ini hanya mimpi. Tapi inilah kenyataan.nya , kita bangkrut kita jatu miskin ."

"Terus kita harus gimana mas, kasian Abel di masih kecil. Masa depannya masih panjang dia butuh banyak biaya mas untuk masadepannya."

Bima hanya menggelengkan kepalanya pelan, ia juga tidak tau harus bagaimana , harus melakukan apa. Ia saat ini tidak bisa berfikir dengan jerni , semua ini terjadi begitu tiba - tiba tidak ada ruang untuk dia bernafas sejenak.

Keduanya diam dengan pemikiran masing - masing.

"Aku harus ke Bandung bun , aku harus mengecek pabriku yang di sana." ucap Bima bergegas bersiap - siap untuk berangkat ke Bandung.

"Aku iku mas, aku tidak bisa membiarkanmu sendirian dengan keadaanmu yang kacau seperti ini."

"Baik , bersiap lah kita berangkat sebentar lagi ," ucap Bima sambil mencium puncak kepala sang istri.

Satu jam lamanya, mereka sudah siap berangkat ke Bandung .  mereka berjalan beriringan dengan tergesa - gesa menuju mobil.

" Bik rika, saya nitip Abel ya bikk. Saya sama mas Bina mau ke Bandung ada urusan yang harus segera di urus ." ucap Lisa , dengan wajah cemas Dan terburu - buru saat berbicara.

"Baik nyonya , hati - hati di jalan ."

"Iya bik, kami pergi dulu ." ucap Lisa berlalu menaiki mobil sang suami.

" Ayo mas kita berangkat ."

"Hemm . . Ayo ."

Mobil mereka melaju meninggalkan pekarangan rumah .

Namun di tengah - tengah perjalanan mobil mereka mengalami tabrakan beruntun , yang saat itu Bima mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi dan ingin menyalip mobil kontainer di depannya . Ia tak tau kalau di depannya berlawanan ara ada truk muatan yang saat itu kecepatanya juga tinggi . . Terjadilah kecelakaan itu yang tak bisa di hindari . Ayah dan bunda Abel meninggal di tempat kejadian dengan kondisi yang mengenaskan.

※ ※ ※ ※

Kakak sepupu pelindungkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang