Bab 25

3.2K 23 0
                                    

Abel tidak jadi tersenyum. karena , di sana tidak ada yang menatapnya rama. Menatap saja tidak rama, bagaimana mau membalas sapaan Abel?

"He he , aku mengerti . kalian menatapku sebagai  saingan baru dalam memperebutkan pekerjaan ini, kan?" batik abel sambil mengecek berkas di tangannya kembali.

"Hai , kamu melamar kerja ? aku juga sama sepertimu."sapa seorang gadis cantik berkulit sawo matang, pada Abel.

Abel sedikit menoleh pada sosok gadis yang menyapanya. Abel tersenyum dan menggangguk. " ya, aku juga sedang melamar pekerjaan."

"Semoga kita berdua di terima, dan bisa bekerja di tempat yang sama. Biar bisa saling membantu. Perkenalkan namaku Rika, siapa namamu ?" Rika mengulurkan tangan kanannya untuk berkenalan.

"Oh , aku Abelia." abel membalas uluran tangan tersebut.

"senang berkenalan denganmu, Bel."

"Aku juga senang berkenalan denganmu , Rika ." Abel tersenyum ke arah rika.

Rika menatap Abel dari ujung rambut hingga ujung kaki, ia mengernyitkat dahinya. Mengapa Abel tidak terlihat seperti gadis yang kekurangan uang, bahkan barang yang dia pakai semua branded. Rika tentunya tahu , karena ibunya bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah yang mewah dan dirinya sesekali datang membantu. ia sering melihat banyak barang mahal di rumah bos ibunya.

"Bel, apa kau sugguh ingin melamar pekerjaan ini? kau tidak terlihat membutuhkan pekerjaan dan uang. Kulitmu yang putih , parasmu yang cantik kau seperti orang kaya yang tengah bosan hidup kaya." tanya rika frontal.

"hey , aku sungguh membutuhkan pekerjaan ini, bahkan di dompetku tidak ada selembar uang sama sekali." Abel berkata dengan jujur. Ia hanya memiliki kartu yang Kenan berikan pdanya tapi tak perna ia pakai belakangan ini.

"Benarkah ? Rika hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal. " Mungkin semua barang yang Abel pakai itu ,KW." batin Rika.

"Cih! kalian berdua berisik sekali . Dan kau !" tunjuk seorang gadis pada Abel, yang sepertinya usia dia sedikit lebih tua dari Rika dan Abel. " Untuk apa kau berhgaya dengan barang KW itu? Memalukan ! miskin saja banyak gaya!" cibirnya.

"Aku? barang KW? Apa maksud mu? Ini pemberian Kakakku , maka aku harus memakainya dan hanya ada beberapa baju di rumah." Abel menunduk. IA menatap sepatu, baju dan tas mini di pangkuanya.

Abel memang tak pernah mebeli barang - barangnya sendiri , karena semua itu sudah tersedia di dalam kamarnya.

"Apa ini semua barang KW? aku tidak percaya Kakakku membelikanku barang KW. Tapi, KW juga tak masalah , yang penting aku bisa memakainya."

Interview di mulai, satu persatu antrian calon pekerja sudah mulai kerkurang. Abel mendapatkan nomor antrian yang sama dengan Rika, yaitu paling terakhir.

"Semoga aku di terima bekerja disini, aku harus membantu ibuku membiayai sekolah adikku," Lirih Rika.

"Aku juga berharap di terima , untuk menambah biaya kuliahku yang mahal itu . Aku tak selamanya bisa bergantung dengan Kakakku , aku harus bisa membiayai diriku sendiri." Abel mengeluhkan  keseharianya pada Rika.

"Sepertinya . . . Abel memang buka orang kaya gabud yang melamar kerja. Dari ceritanya, hidupnya tidak jauh lebih baik dari hidupku." Rika henya menatap Abel dengan tatapan prihatin. Ternyata Abel sama saja dengan dirinya.

"Kita harus semangat , dan berusaha menjawab semua pertanyaan dengan baik agar di terima bekerja," ujar Rika.

Abel hanya mengangguk , Rika sungguh gadis yang baik semangat juangnya tinggi.

"Memangnya, kedua orang tuamu kemana?" tanya Rika pada Abel.

"Kedua orang tuaku sudah meninggal sejak usiaku 10 tahun." Jelas Abel.

"Maafkan aku, seharusnya aku tidak terlalu ingin tahu tentang kehidupanmu. kamu yang sabar ya, anggap saja aku saudaramu sendiri mulai sekarang. Apa kau setuju?" tanya Rika.

"benarkah ? Tentu! Dengan senang hati !" Abel tersenyum ke ara Rika.

Dan selanjutnya giliran nama mereka berdua yang terpanggil dari dalam, keduanya mengangguk dan berjalan bersama memasuki ruang unterview.

Begitu keduanya masuk dan duduk di kursi yang sejajar, semua petugas interview fokus menatap ke Abelia. Mereka sama seperti Rika saat melihat Abel pertama kali, sama sekali tidak terlihat orang yang membutuhkan pekerjaan.

"Tuhan , semoga aku di terima bekerja." batin Abel.

"Tuhan , semoga tidak ada yang gagal di antara kita berdua," doa Rika.

Interview di mulai, pertanyaan demi pertanyaan berhasil keduanya jawab dengan sangat lancar, hingga proses interview elesai.

"Sudah, kalian sudah boleh kempali pulang . Dan hasilnya akan kami infokan melalui email."

Keduanya mengangguk dan bersiap untuk pergi .Abel dan Rika berjalan keluar perusahaan bersama.

"Bel, bagaimana jika kita makan siang bersama?" ajak Rika.

"Aku . .  aku belum lapar Rika."

Rika hanya menatap Abel ,ia ingat sekali Abel mengatakan tidak ada selembar uang pun di dalam dompetnya. Rika berfikir Abel  menolak karena tidak memiliki uang sama sekali.

"Aku yang traktir! ayo !" Rika menggandeng tangan Abel mengajaknya ke salah satu kedai pinggir jalan.

"pak ! Pesan nasi sama ayam goreng dua porsi ya ! Minumnya Es teh !" rika memesan menu utama dari kedai tersebut.

"Kamu serius ingin mentraktirku makan?" tanya Abel pada Rika.

"Tentu !"  Rika tersenyum ke arah Abel.

Mereka menikmati makanan mereka masing - masing . setelah selesai makan mereka memutuskan untuk pulang ke rumah mereka msing - masing .

Abel memesan ojek onlin untuk mengantarnya ke tempat ia kuliah , karena sopirnya akan menjemput di sana . Ia melakukan ini untuk menghindari kecurigaan orang di rumahnya.

Setelah sampai di tempat tujuan ia memberikan ongkos ke tukang ojek itu, ia mengedarkan matanya ke segala penjuru untuk melihat mobil jemputanya sudah sampa apa belum . tenyata mobil yang ia cari sudah parkir rapih di halaman parkir tempat kuliahnya itu.

Abel mengendap -endap agar tidak ketahuan, ia berniat untuk ke toilet mengganti pakaiannya dengan baju yang tadi pagii ia pakai. tak lama kemudian ia suda sampai di dalam toilet itu .

"Huftt . . aku jadi seperti maling gini . Harus kucing - kucingan , tapi mau bagaimana lagi ." ucap Abel dengan mengusap peluh di dahinya .

"Maafkan aku ya kak Kena ." batin Abel , ia merasa bersalah karena membohongi Kenan . ini semua ia lakukan untuk belajar mandiri agar tak menyusahkan banyak orang lagi . dan apabila sewaktu - waktu ia di usir dari rumah Kenan ia sudah punyak banyak bekal.

Setelah selesai mengganti pakaiannya , ia berjalan keluar toilet dengan santai seperti tidak perah terjadi apa -apa.

Ia berjalan menghanpiri pak Joni yang berada di halam parkir di luar.

Tok

Tok

Tok

Joni keluar dari dalam mobil setelah melihat Abel berdiri di samping mobil.

"Siang nona ." sapa Joni.

"Siang juga paman joni."

"Sudah selesai kuliahnya non?" tanya Joni.

"sudah pak , ayo kita pulang ." ajak Abel.

"Baik, silahkan masuk non ." Joni mempersilahkan Abel masuk kedalam mobil yang pintunya sudah ia buka untuk nonanya itu.

"Trima kasi paman." ucap Abel dengan senyum simpul.

Mesin mobil di nyalahkan , dan melaju menuju mansion dengan kecepatan sedang. tak ada percakapan lagi di antara mereka berdua , Abel sibuk memandangi jalanan dan pemandangan di ibu kota itu.

* * * *

Kakak sepupu pelindungkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang