1. Nyebelin

152 10 29
                                    

<<o0o>>

Hari ini rutinitas seperti biasa berjalan normal. Aku membantu Mama memasak di dapur. Oh ayolah, orang kaya juga harus melokal bukan? Tak selamanya makan harus di tempat makan ternama dengan bintang lima. Karena 'orang kaya mati, orang miskin mati.'

Aku punya satu Kakak, menyebalkan. Jangan tanya apakah wajahnya bagus atau tidak, tentu saja wajahnya bisa dapat nilai seratus! Tapi sikapnya minus. Namanya Zauzan Haris. Aku biasa memanggilnya Abang.

Biasanya, pagi-pagi seperti ini Abang sudah duduk rapi di teras rumah atau bersepeda keliling perumahan. Tapi pagi ini tidak. Sepertinya manusia bersifat minus itu malas, lihat, dia malah tertidur di sofa ruang tengah.

Aku diminta Mama membangunkan Abang untuk bersiap sarapan. Pagi ini aku memasak sayur bening dan beberapa lauk lain. Sederhana saja.

"BANG BANGUN BANG! ADA TEH AZA!" Aku memekik histeris. Panik.

Lihat, Abangku yang satu itu segera bangun dari tidurnya merapikan pakaian juga rambut, dan segera berlari menuju pintu rumah. Semangat sekali ia pagi ini setelah mendengar nama 'Aza'.

Oh ayolah, aku bisa menebaknya. Abangku itu ada rasa bukan? Semua manusia di dunia ini juga tahu kelakuannya, dia bahkan tak malu mengakuinya di depan orang tua Teh Aza, Tante Fania dan Om Geo. Tapi, aku malu.

"YISA! LO BOONG YA SAMA GUE!"

Ini sangat gawat. Aku ketahuan. Kalian tau apa yang harus dilakukan disaat-saat seperti ini? Lari!

"YISA JANGAN LARI, LO! GUE KESEL BANGET, IHH!!"

Mau secepat apapun aku berlari, kalau lawannya Abang, aku pasti kalah. Dengan cepat, sebelum aku tertangkap aku segera berlari menuju teras rumah, ada Papa disana sedang meminum kopi di pagi hari dengan tenang.

Saatnya membuat keributan.

"PAPA! ABANG MAU PUKUL YISA, PAA! YISA MAU DISIKSA! PAPA TOLONGIN AKU!" Aku segera bersembunyi dibalik kursi tempat Papa duduk meminum kopi. Memegangi lengan Papa sembali sesekali tertawa dan menatap Abang dengan senyuman khasku. Menyenangkan.

"Haris, kamu itu udah gede, gak pantes kamu berantem sama adek kamu, kamu tuh lakik, Ris. Harus manly, kayak Papa." Papa tetap tenang meminum kopinya, tak menatap Abang sama sekali. "Kamu juga, Sa. Jangan suka tengil, anak cewek itu harus super duper anggunly. Biar Oppa-Oppa Korea kamu suka balik sama kamu."

Aku tertawa, astaga, ada apa dengan pagi ini?

Keluargaku sempurna, aku mendapatkan Papa yang baik, Mama penyayang, minusnya Kakak yang menyebalkan. Oh ayolah, seberapa menyebalkan apapun Kakakku, aku selalu menyukainya. Setidaknya aku bersyukur menjadi seorang Yisa. Tepatnya Harisa Zayn Meera. Namaku aneh, tapi dengar-dengar dari mulut Papa, artinya bagus.

Kalian tau? Namaku itu punya arti : Penjaga Keindahan Lautan. Aku juga tak mengerti kenapa namaku bisa sebagus ini.

"Papa ada-ada aja." Aku bangkit dari tempat persembunyian teramanku. Berlari menuju Papa memang yang terbaik, aku akan selalu aman dari kejaran Abang.

"Papa tuh bener, Saa. Lo tuh, jadi cewe minimal kayak Aza. Cantik, pint-"

"Iya-iya bawel! Kayak Teh Aza, minimal Teh Aza, Teh Aza, Teh Aza. Terus aja Teh Aza." Aku mencibir Abang kesal. Kenapa patokan diriku harus Teh Aza? Kalau begitu aku tak akan pernah bisa, aku bukan gadis favorit Abang.

Bang, andai kau tahu, aku tak akan sempurna kalau patokan kesempurnaanku dimatamu adalah gadis yang kau sukai.

Asal kalian tahu, Teh Aza itu perempuan keren! Perjalanan hidupnya sudah seperti novel atau film-film di layar TV. Siapa sangka? Teh Aza yang sejak kecil menyandang status anak tunggal ternya memiliki satu Kakak dan saudara kembar di Jakarta? Itu menakjubkan! Aku selalu semangat setiap keluarga Teh Aza atau Teh Aza sendiri yang menceritakannya. Keren.

Memeluk LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang