<<o0o>>
Malam ini hujan kembali membasahi jalanan Jakarta. Apartemen gadis itu begitu sunyi, hanya ada dirinya bersama tumpukan buku-buku juga kertas-kertas berserakan.
Sudah beberapa hari berlalu sejak ia mengajak Aman datang bertamu.
Hari ini ia sempatkan untuk meminta Riki membawakannya bahan bacaan, ia terlampau bosan bila hanya berbaring atau sekedar menonton televisi. Hal-hal yang dilakukan secara berulang selalu membuatnya bosan, ditambah bila pikirannya mulai kosong, suara-suara itu akan kembali menghantuinya.
Kepalanya berdenyut kencang, ia berusaha mengingat apa yang telah ia lupakan. Hal penting apa yang hilang dalam hidupnya?
Suara-suara asing itu menemaninya, bersama dengan segala rasa takut yang berusaha ia telan, suara itu terus menghantuinya sejak seminggu belakangan ini. Benar, gadis itu sudah tinggal di apartemen ini selama satu minggu, dan selama itu lah suara ini menghantuinya.
Nama itu asing baginya, tapi semakin ia mendengarnya, tepatnya sejak ia bertemu Hilal di pantai hari itu, nama ‘Karang’ semakin berisik dalam kepalanya. Entah itu dengan nada lebut, berteriak, putus asa, bahagia, atau yang lainnya.
Ia seperti pernah merasakannya.
“Karang itu aku?” Tanyanya pada diri sendiri.
“Tapi siapa?” Tanya nya lagi. Kepalanya semakin terasa berat dan berdenyut setiap kali ia berusaha mengingat siapa Karang, atau siapa dirinya.
TING!
Ada pesan masuk dari ponselnya.
__________________________________
Abang
----------------------------------------------------------
Besok gue mau ketemu, Sa. Gue bakal ceritain semuanya.
___________________________________
Mendapat pesan seperti itu, gadis itu dengan cepat menjawab, memberikan alamat apartemennya. Tak lagi menimang-nimang apakah keputusannya baik atau tidak, karena ia sendiri tak lagi mengenal siapa dirinya yang sebenarnya.
Derasnya hujan di luar sana tak mampu membungkam suara-suara yang terus-menerus berbuat semaunya di dalam kepala. Suara itu bahkan semakin terasa nyata, seiring derasnya hujan malam ini.
“Yisa juga mau pulang.” Monolog gadis itu sembari meringkuk diatas ranjangnya. Biarlah malam ini suara itu yang menemani, esok hari mungkin ia akan mengerti.
***
Langit begitu cerah pagi ini, hamparan biru bersama gumpalan putih itu seolah pengganti gelap juga gemuruh yang sepadan lepas badai hujan semalam.
Suasana apartemen itu tetap sunyi, orang yang berjanji ingin menemuinya itu belum datang.
Gadis itu duduk menunggu, setelah berpisah selama tujuh hari lamanya, ia sedikit merasa rindu dengan keributan kecil pagi hari bersama abangnya itu.
Tok-Tok-Tok!
Segeralah ia buka pintu itu cepat. Matanya tak lagi mampu menahan air matanya, ia teramat rindu. Ia tak mampu berbohong untuk mengatakan bahwa ia baik-baik saja.
Tubuh tinggi yang berdiri di depan pintu itu ia terjang dengan cepat, mendekapnya kuat. “Abang, Yisa cape… Yisa mau pulang.” Lirihnya dalam pelukan itu.
Orang yang disebut Abang itu diam membeku, ia tak menyangka ia akan disambut dengan pelukan secara tiba-tiba seperti ini.
“Lo masih marah?” Tanya pemuda itu, Haris namanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/359413645-288-k910401.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Memeluk Luka
Fanfiction"Surat-surat itu tak pernah sampai pada penerimanya." Season II of Karang & Hujan. Start : 8 January 2024 Finish : 6 April 2024