<<o0o>>
Pagi ini mereka semua bermain di bibir pantai, menikmati indahnya alam ciptaan tuhan. Semua tersenyum dah tertawa bahagia, melupakan penat tiada tara.
Riki menyiramkan air asin mengarah pada Aman yang tengah bersantai memunguti kerang-kerang kecil yang indah. Aman segera bangkit dari duduknya, menggeram kesal lalu balik mengejar Riki. Keduanya melupakan kejadian kemarin sore.
"AWAS YA LO! BERANI-BERANINYA GANGGU GUE!" Pekik Aman yang bisa di dengar oleh semua.
Yisa, Khanza, Marsha dan Hanni. Keempat gadis itu memilih berbincang santai sambil memainkan pasir, mengubur badan Hanni didalamnya. Hanni diam sesekali tertawa, ia dengan suka rela menjadi tumbal hari ini.
"Itu jarinya Hanni masih keliatan, Syaa!" Khanza menunjuk kaki Hanni yang belum tertimpa pasir.
Juan, Jordan dan Haris. Ketiga pemuda itu memilih duduk meminum air kelapa langsung dari tempatnya, tidak bermain air ataupun pasir. Mereka sibuk bercerita ini itu, tertawa seolah tak memiliki beban hidup.
"Lo inget pas gue nyasar kemaren gak, Ju? Aseli! Gue nyasar, lupa gue rumah lu yang mana. Untung gue cepet-cepet ambil puter balik, kalo enggak yang ada gue nyasar ke rumah orang, minta suguhan pisang goreng." Jordan memulai cerita, memilih topik pembicaraan yang baik, tidak menyinggung siapapun.
Sultan juga Deon asik memperhatikan adik-adik mereka. Duduk di bawah saung teduh, meminum air kelapa segar. Keduanya sibuk tenggelam dalam dunia masing-masing.
Deon sesekali memperhatikan Juan dan Khanza, mengingat masa-masa yang telah dilalui keduanya sampai bisa berada di titik ini. Semuanya bisa terlewati.
Sultan diam memperhatikan, menghirup udara yang terasa bebas, sesekali memperhatikan Riki yang berlari pontang panting dari kejaran Aman. Ia tertawa kecil melihat adiknya di sana.
"Sebenernya gue lebih suka keadaan kayak gini. Gak ada lagi masalah yang bikin semua hubungan jadi runyam. gue juga mulai suka kedeketan dua anak itu. Serius." Sultan memulai pembicaraan ditengah suara bising dari hantaman ombak.
"Iya. Gue masih inget banget Yisa dua tahun lalu. Beda banget anak itu sekarang. Tingkahnya udah sebelas-dua belas sama Aza." Deon terkekeh pelan, kembali menyeruput air kelapa.
"Tapi bukan itu yang gue maksud, Yon."
Mereka semua tak pernah lupa, bagaimana keluarga Haris menangani Yisa dua tahun lalu. Penuh kesabaran, kasih sayang, dan tulus dari hati. Merubah sikap gadis itu delapan puluh lima derajat. Terlepas dari itu semua, banyak kebohongan yang ditutupi. Dan semuanya diam.
"GAK ADIL KALO CUMAN GUE YANG DI KEJAR KAYAK GINI!" Riki memutar badannya, melirik Yisa yang asik berbincang bersama Khanza.
"SA! BANTUIN GUE SA!!" Riki menarik lengan gamis Yisa, memintanya untuk melindungi dirinya dari kejaran Aman.
"CEMEN BANGET LU, RIK! MASA MAU BERLINDUNG DIBELAKANG YISA!" Aman sudah siap dengan air di dalam ember, bersiap ingin menghujani Riki dengan air asin. Tapi rencana itu gagal karena Riki berlindung dibalik tubuh Yisa.
Yisa tersungut-sungut kesal. Oh ayolah, ia tak mau pakaiannya basah hanya karena Riki. "RIKI LEPASIN GAK!?" Yisa mendengus kesal bahunya dipegang-pegang.
"PENDEK-PENDEK GINI PASTI KAK AMAN GAK BERANI KENAIN AIR KE YISA, KAN!? HAHAHA PINTER BANGET EMANG GUE INI!" Riki sibuk tertawa, sampai-sampai tak sadar Aman sudah berlari secepat mungkin memutari dirinya. Dan kini, Aman sudah tepat berada dibelakang Riki, siap menjatuhkan ember berisi air asin.
BYURR!
Baju yang dikenakan Riki basah kuyup. Yisa tertawa terbahak-bahak, sampai tersungkur mengenai pasir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memeluk Luka
Fanfiction"Surat-surat itu tak pernah sampai pada penerimanya." Season II of Karang & Hujan. Start : 8 January 2024 Finish : 6 April 2024