<<o0o>>
Selepas kelas pianonya selesai, gadis itu berdiam diri didalam kamarnya, melamun di depan meja belajarnya. Sudah lama ia tak menulis di buku diarinya yang menipis.
"Ngapain, ya?" Gumamnya melirik sekeliling kamar, netranya mencari sesuatu yang bisa ia mainkan.
"Eh, kado dari Teh Aza kemarin belum sempet aku buka... hm, dimana, ya?" Gadis itu bangkit dari duduknya, mengacak-acak laci besar di samping meja blajarnya.
"Ketemu, apa ya, isinya?" Tangannya cekatan sekali merobek kertas pelapis hadiah itu, begitu terkejutnya dirinya ketika melihat apa yang diberikan Khanza dan Juan padanya.
Kotak dengan warna merah muda cerah, dengan penutup yang transparan membuat siapapun yang melihat isinya berteriak gemas.
"Ihhh lucu banget!" Yisa cepat membongkar isinya, senyuman cantiknya terukir indah, menciptakan dua lesung pipi yang terlihat di wajahnya.
"Lucuan juga gue." Suara briton Haris menyapa indra pendengaran Yisa. Seketika senyuman gadis itu menjadi hambar, Haris mengacaukan parasaan hebatnya.
"Lucuan juga Jisung." Yisa memutar bola matanya malas, "Abang ngapain sih, disini? Suka ya, ganggu Yisa? Yisa kan, lagi gak mau berantem! Besok Mama sama Papa pulang, loh! Gak mau jadi anak berbakti? Inget apa kata Mama gak, kemarin sebelum berangkat? 'Haris, Yisa, kalian harus akur, gak boleh berantem selama Mama Papa pergi. Haris, kamu harus jadi Abang yang baik, bertanggung jawab, jagain adek kamu. Yisa, kamu harus nurut apa kata Abang kamu, jangan nakal.' Gitu kan, kata Mama?"
Sempurna sekali gadis itu menirukan perintah Ibunya, tak ada satu katapun yang terlewat.
Haris menghela napasnya pelan, pemuda itu membiarkan pintu kamar adiknya terbuka, dan ikut duduk di sebelah adiknya dibawah lantai.
"Dari siapa yang ini?" Tanya Haris mengambil salah-satu pulpen berwarna merah muda dengan gambar kelinci.
"Dari Teh Aza sama Bang Juan, bagus, ya!" Yisa mengambil notebook yang berada didalam kotak dan membuka lembaran-lembaran penuh warna di dalamnya.
"Oh, lo mau gue beliin juga?" Tanya Haris menyandarkan punggungnya di dinding.
"Gak usah, Yisa suka kok, sama hadiah dari Abang." Gadis itu sibuk merapikan kembali isi kotak hadiah pemberian Khanza dan Juan.
"Sa, kalo semisal gue bukan Abang lo, gimana?" Tanya Haris sembari memejamkan matanya, pemuda itu memang tak terlihat resah sedikitpun, tapi diam-diam hatinya begitu resah ketika mendengar perkataan Hilal pagi ini.
"Ya alhamdulillah." Gadis itu sama sekali tak serius dalam menanggapi pertanyaan Haris, ia sibuk menata isi kotak merah muda di depannya.
"Sa, gue serius." Haris menekankan ucapannya.
"Yisa juga serius. Alhamdulilah kalo Abang bukan abangnya Yisa, bukannya Abang gak suka sama Yisa?" Gadis itu tersenyum sejenak, lalu beranjak dari duduknya, menaruh kotak merah muda itu diatas meja belajarnya.
"Gue...." Haris kehilangan kata-katanya, pemuda itu menatap netra gelap milik adiknya, ia tak berbohong, Haris tak menemukan kebohongan dalam perkataan adiknya.
"Bercanda." Gadis itu terkekeh geli melihat reaksi Haris, lucu sekali kakaknya belakangan ini. "Bang, kayaknya kalo jadi adeknya Bang Sultan asik, ya?" Tanya gadis itu merubah topik pembicaraan.
"Gak." Haris menjawab singkat, emuda itu terlampau kesal dengan adiknya, ingatkan dia bahwa adiknya tak pernah menganggap serius hal apapun yang dilakukan Haris padanya.
"Jangan marah, dong! Yisa kan, cuman bercanda." Gadis itu masih tertawa geli, ia mengambil tempat kosong disamping Haris, ikut menyederkan punggungnya di dinding.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memeluk Luka
Fanfic"Surat-surat itu tak pernah sampai pada penerimanya." Season II of Karang & Hujan. Start : 8 January 2024 Finish : 6 April 2024