<<o0o>>
Mendengar penuturan Khanza yang di bantu oleh Hanni juga Marsha, membuat dirinya sedikit yakin dengan identitasnya sebagai Karang.
Ia percaya pada ucapan Khanza, sungguh ia percaya. Yang ia ragukan hanyalah dirinya sendiri.
Antara Hilal dan Khanza, mana yang harus ia percaya? Ia tahu Khanza tak berbohong, di sisi sebaliknya ia juga tahu ucapan Hilal hari itu juga bukan sebuah kebohongan.
“Eh, seriusan, Za? Kak Aman yang waktu itu dateng bareng Bang Deon, Kakaknya Yis— eh, Karang!?” Marsha mentap Khanza juga Yisa bergiliran.
Sedangkan Hanni hanya diam, sesekali menggeleng-gelengkan kepalanya, sejujurnya ia juga baru mengetahuinya.
“Jadi yang lo bilang waktu itu gak bohong, Za?” Tanya Hanni kini menatap Khanza yang juga menatap Hanni balik.
Tak lama Khanza mengangguk. Ia sama sekali tak berbohong, justru ia bertanya-tanya siapa Hilal? Mengapa ia mengakui dirinya sebagai Kakak dari sahabatnya, Karang?
Yisa yang selama ini diam atau sesekali mengangguk angkat bicara. “Terus, Kakak Karang siapa? Kak Hilal atau Kak Aman?”
“Kak Aman! Percaya sama Aza kali ini, Ra!” Khanza menggenggam tangan Yisa kuat. “Aza gak kenal Kak Hilal itu, Ara dulu gak pernah cerita sama Aza. Ara cuman cerita tentang Kak Aman! Jadi Aza yakin kalo Kakak Ara itu Kak Aman! Bukan Kak Hilal itu.”
“Tapi waktu itu… Kak Hilal kasih aku foto kita berdua waktu masih kecil, Aza…. Jadi siapa? Siapa yang bener?”
***
“Lo mau sampe kapan cuman diem aja, Ris? Lo gak mau bantu adek lo?” Sulut Juan yang kini tengah berkumpul di rumah Haris.
“Kasian adek lo, masa dia sendiri yang cari identitas dirinya, lo kan, bisa bantu. Jangan cuman diem di sini kayak orang bego!” Juan sedikit kesal dengan tanggapan sahabatnya itu, sejak awal ia datang bersama Jordan, Haris sama sekali tak menanggapi ucapannya.
“Gue kan, udah ngomong apa yang gue tau tentang Yisa! Terus apa lagi yang bisa gue bantu, hah!? Emang setelah dia ketemu Hilal-Hilal itu, dia mau anggep gue abangnya!?” Napasnya memburu, matanya sedikit panas, ah apa ini? Perasaan tak menyenangkan apa ini?
“Bukannya udah gue bilang tadi siang? Lo bisa buat dia gak ngerasa sendiri, buat Yisa sekarang… situasinya gak mudah, Ris. Lo harusnya bisa rasain apa yang dia rasain. Lo mungkin juga bisa bantu buat cari kebenerannya, siapa tau di antara Kak Aman sama Kak Hilal itu… ada Kakaknya Karang, kan?”
“Nama Yisa itu cuman ada buat lo, tapi lo tau, ‘kan? Cuman tiga tahun, mungkin ini tahun terakhir lo bisa manggil adek lo itu pake nama Yisa. Sisanya? Semua hidup dia, dia terbiasa pake nama Karang, itu namanya.”
“Dan sekarang yang bikin susah itu, nemuin mana yang bener… dua-duanya mengklaim adek mereka namanya Karang.”
Jordan menyudahi bicaranya, ia takut terlalu banyak bicara, padahal ia baru saja datang beberapa minggu lalu. Ia sejujurnya tak begitu mengerti bagaimana Haris bisa memiliki adik angkat, tapi yasudah itu sudah berlalu.
“Tapi Jo… susah….” Haris menundukkan kepalanya, pikirannya terbang entah kemana.
Bagaimanalah ini? Diam atau membantu? Haris sejujurnya ingin memberikan satu hal pada adiknya itu, tapi sungguh ia tak mampu. Ia masih ingin berlama-lama, ia tak ingin ini semua cepat berakhir. Bagaimanalah ini?
***
Langit Jakarta mulai berubah warna, matahari telah berganti dengan bulan, meski begitu, bintang tak begitu terlihat di langit. Lampu-lampu jalanan sudah lama menyala, jalanan semakin padat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memeluk Luka
Fanfiction"Surat-surat itu tak pernah sampai pada penerimanya." Season II of Karang & Hujan. Start : 8 January 2024 Finish : 6 April 2024