Matchmaking

412 40 16
                                    

Jeongharu

Haruto
Jeongwoo

.

"Jeongwoo masih sekolah, ma. Lagian, mama ko bisa-bisanya jodohin Jeongwoo sama orang cacat kayak dia?!"

Kalau dibilang sakit hati, rasanya, hati yang dimilikinya seperti hancur berkeping-keping. Sejak pertemuan pertamanya dengan Jeongwoo-setelah Jeongwoo sadar dari koma, lelaki itu sudah menatapnya tidak suka. Haruto akui, dirinya memang terlihat cacat. Tapi keyakinannya mengatakan bahwa, ia bisa kembali beraktifitas seperti sebelumnya.

Tapi, setiap kali ingatannya mengulang perkataan calon suaminya itu, air mata selalu mengalir deras di pipinya. Haruto, bukan perihal dirinya yang cacat. Namun, soal Jeongwoo yang terang-terangan menolaknya bahkan disaat jari manisnya tersemat cincin yang sama seperti yang Haruro kenakan.

Lagi-lagi hatinya yang terluka seperti ditaburi garam rasanya. Tak pantaskah Haruto merasakan bahagia sejak kecelakaan satu setengah tahun lalu?

Dulu, sebelum kecelakaan mengerikan itu terjadi, sebelum Jeongwoo hilang ingatan dan sebelum ia mengalami kelumpuhan, Haruto ingat betul bagaimana Jeongwoo selalu menempelinya. Mengikuti kemanapun Haruto pergi sampai Haruto sendiri jengah. Jeongwoo, adalah sosok yang periang dan ramah dimata Haruto. Dan.. Haruto menyukainya.

Namun kini, semua kenangan yang telah mereka lalui seakan musnah begitu saja. Jeongwoo begitu berbeda, ia bahkan dengan tegas mengatakan kalau dirinya sangat membenci Haruto. Yang mana Haruto sendiri tidak tahu letak kesalahannya yang membuat Jeongwoo begitu tidak menyukainya.

Salahnya kah kalau ia menjadi cacat seperti sekarang? Haruto juga tidak menginginkan semua ini, ia juga ingin bisa berjalan lagi. Tidak lagi dipandang menyedihkan oleh orang-orang, Haruto juga muak dipandang remeh.

"Haru, udah minum obat, sayang?"

Pintu kamarnya terbuka, menampilkan sosok tinggi berambut merah di sana. Itu kak Yoshi, satu-satunya saudara yang dimilikinya. Satu-satunya orang yang membuat Haruto bisa bertahan sampai sekarang.

"Loh ko' nangis? Kamu kenapa?"

"Kak, sakit hiks.. disini sakit~"

"Mananya yang sakit? Jangan dipukul, Haru.. udah ya, ada kakak disini, Haru ga sendirian."

Pelukan hangat diterima Haruto, namun perasaannya belum juga membaik. Perkataan Jeongwoo menyakitinya begitu dalam, bahkan untuk bernafas saja rasanya sesak.

"Kak.. hiks dia-

"Kalau Haru mau batalin, gapapa. Kakak ga maksa Haru untuk nerima perjodohan ini, keputusan ada ditangan kamu."

Haruto ingin sekali membatalkannya, namun rasa cintanya pada Jeongwoo masih begitu dalam. Sama dalamnya seperti Jeongwoo menyakitinya.

Katakanlah Haruto bodoh, karena memang betul adanya.

"Jeongwoo udah lupa sama kamu, dia bahkan terang-terangan benci kamu. Di depan kakak sekalipun, dia berani menghina kamu, Ru."

Haruto masih menangis, walau tidak sepedih tadi. Tangannya bahkan masih menggenggam tangan kanan milik Yoshi, memberitahu rasa sakitnya lewat sana.

"Kakak maunya kamu nolak, Ru. Tapi kakak tau kamu masih naruh harapan sama dia."

"Tapi kakak mohon, lepasin kalau memang dirasa kamu udah ga sanggup. Bagaimanapun, perasaan kamulah yang harus kamu dahulukan."

.

Flash back

"Haru, mau kemana? Gue ikut!"

One shot | Haruto HaremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang