Summer

312 18 8
                                    

Jenharu X PJW

Jeno
Haruto
Jeongwoo

"Kalau dulu Lo ga pergi, mungkin gue mau."

Ucapan haruto membuat suasana menjadi canggung. Jeno maupun Jeongwoo hanya bisa diam dengan sorot mata bertanya.

"Tapi itu dulu, sekarang gue udah ada kak Jeno. Emangnya elo, masih sendiri wlee!"

Mungkin kalau hati Jeongwoo diibaratkan kayu, suara patahnya sudah dapat terdengar. Haruto, ia menawan dengan caranya sendiri. Bahkan saat Jeongwoo di ejek seperti itu, ia tidak bisa marah pada haruto. Apa Jeongwoo masih sebegitu cintanya pada pemuda Aries dihadapannya?

"Woo, ini undangan buat Lo. Kebetulan banget ketemu, kan?"

Jeno dengan suara beratnya mengulurkan sebuat undangan ke hadapan Jeongwoo.

"Tadinya mau gue kirim by email, soalnya Lo benar-benar hilang ga ada kabar! Sumpah ya, Woo. Lo tega!"

Sahutan Haruto bagai cambuk untuknya, Jeongwoo benar-benar merasa bersalah.

"Maaf Ru, gue ada urusan mendadak waktu itu."

"Emang harus sampai pindah dan ga ngabarin gue?"

"Iya. Maaf ya?"

Maaf karena lagi-lagi Jeongwoo berbohong.

"Dimaafin asal Lo datang ke acara gue sama kak Jeno musim panas nanti!"

"Masih lama, Lo udah sebar undangan aja. Nanti gue dateng, Ru. Ten-"

"Harus! Pokoknya Lo harus dateng!"

"Iya Ru, janji deh."

"Bawa gandengan loh!"

"Kalau itu gue ga bisa janji~"

Mereka tertawa, tanpa sadar kalau diantaranya ada tawa Jeongwoo yang terdengar sumbang.

.

Jeongwoo's side

.

Haruto terlihat menawan dimata Jeongwoo. Ia sadar kalau sahabat semasa sekolahnya itu sudah memiliki pria, tapi Jeongwoo tidak dapat menyangkal penglihatannya. Haruto malam ini memang terlihat begitu bersinar.

Jeongwoo tahu ia tidak seharusnya melihat Haruto dengan perasaan cinta, sebab Haruto pasti sudah terlanjur kecewa dengannya dan tidak mungkin kembali padanya. Jeongwoo juga sadar bagaimana Haruto menatap Jeno dengan mata penuh binar itu.

Jeongwoo akui ia merasa kecewa pada dirinya sendiri, yang telah tega dan begitu pengecut dulu. Andai waktu bisa diputar kembali, Jeongwoo tidak akan dengan mudah pergi begitu saja saat Haruto membutuhkannya.

Ia yang dengan bodohnya malah memberi jalan untuk Jeno, bukannya bertahan dan menjaga Haruto dengan tangannya sendiri. Padahal Jeongwoo tahu bagaimana Haruto begitu menyayanginya. Bukannya Jeongwoo terlalu percaya diri, tapi memang saat itu Haruto sendiri lah yang mengakui kalau dirinya menyukai Jeongwoo.

Senang bukan main perasaannya, namun lagi-lagi ia harus merelakan bahkan sebelum dirinya sempat menyuarakan perasaannya pula. Jeongwoo hanya ingin Haruto tahu bahwa bukan Haruto saja yang memiliki perasaan itu, tapi ia juga sama.

Namun, sampai saat ini pun lidahnya kelu untuk sekedar memberitahu Haruto. Ia tidak ingin hubungannya dengan sahabat sekolahnya itu menjadi renggang. Biarlah perasaannya hanya ia yang tahu, dengan melihat Haruto bahagia saja sudah cukup untuk Jeongwoo.

"Woo, makasih ya udah datang."

Ah, Ia bahkan tidak sadar kalau si manis ini menghampirinya. Sebisa mungkin ia membalas senyum manis Haruto, tidak ingin terlihat suram diacara sakral ini.

"Lo manis banget, Ru."

Tangannya tanpa sadar mengelus rambut Haruto yang sedikit memanjang. Haruto makin terlihat bersinar dengan rambut blondenya.

"Woo, kak Jeno ngeliatin loh."

"Emang gue pikirin?!"

Haruto tertawa. Lagi-lagi ia terpesona. Sadar Jeongwoo, Haruto sudah bahagia dengan orang lain!

"Ru, Lo ga mau nikah sama gue aja?"

Haruto's side

Malam makin larut dan Haruto lihat suami serta sahabatnya sedang berbincang berdua di dekat pintu keluar. Haruto sudah bicara dengan Jeongwoo sebelumnya, ia juga sudah tahu kenapa dulu Jeongwoo pergi meninggalkannya tanpa pamit.

Haruto tidak marah, ia juga tidak menaruh kecewa pada Jeongwoo maupun Jeno. Haruto hanya sedikit kesal, sebab saat itu perasaannya seakan dipermainkan bocah tan itu. Ia bahkan menolak segala afeksi yang diberikan Jeno dan hanya ingin Jeongwoo kembali.

Tapi Haruto sadar, ia sudah ditolak secara tidak langsung. Bukan saatnya untuk meratapi nasib, kan? Haruto bangkit, dibantu Jeno tentunya. Dan syukurnya ia bisa bahkan sampai pada titik ini.

Ia tersenyum, memandang haru dua orang di sana. Mereka adalah orang-orang berharga di hidupnya.

"Terimakasih udah hadir di hidup haru.."

Jeno's side

"Sayang, udahlah jangan nangis terus."

"Aku tuh nangis bahagia tau, kak! Lihat, Jeongwoo akhirnya nyusul!"

Jeno tertawa, setelah setahun pernikahannya dengan Haruto, kini akhirnya sahabat istrinya itu mengirim undangan.

Jeno turut bahagia, ia tahu bagaimana kisah romansa Jeongwoo selama ini. Sejak mengalah padanya dan pergi jauh, Jeno tidak pernah membiarkan Jeongwoo putus kontak dengannya. Haruto tidak tahu soal itu, dan jangan sampai tahu kalau bisa.

"Kak, Jeongwoo akhirnya nikah! Aku sedih banget~ hiks!"

Helaan nafas terdengar. Jeno sudah terbiasa dengan mood Haruto yang suka berubah, istrinya memang sesuatu.

"Mau makan siang apa, hmm?"

Tarikan ingus Haruto tidak membuat Jeno jijik, ia justru merasa gemas. Sebab pipi gembilnya memerah serta hidung bangirnya juga, terlihat lucu dimatanya.

"Haru.. hiks.. mau sup kak~"

Aduh gemasnya!

"Udah jangan nangis terus, sekarang cuci muka. Aku pesanin supnya dulu."

"Maunya dimasakin kakak!"

"Eh serius?"

Haruto mengangguk dengan tangan Jeno di kedua pipinya, menghapus sisa-sisa airmata disana.

"Dimakan ga, tapi?"

"Dimakan!"

"Yakin ga akan mual lagi, kalau kakak yang masak?"

"Eung!"

"Okee, ayo kita masak!"

Mari tinggalkan dua sejoli itu barang sejenak. Musim panas kali ini, tepat satu tahun pernikahannya, mereka habiskan bersama dengan penuh suka cita. Sebab selain sahabat kental Haruto akan menyusul pernikahan mereka, kabar gembira lain juga mengiringinya.

Bayangkan, bagaimana bahagianya mereka, bagaimana ramainya rumah mereka jika ada Jeno atau Haruto kecil disana?

-fin-

Jenharuwoo-nya selesai sampai sini yaa~
Ucapkan apa? Yap! Selamat tinggal~~
Ehehehehe><

Makasih udah mampir dan setia menunggu si kapal hantu ini sampai selesai. Met malam Senin ges!

Mohon maaf apabila ada salah kata yap^^

Bubayy🤟🏻

One shot | Haruto HaremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang